Luna dan Gama sampai di pusat perbelanjaan terbesar di kota itu. Salah satu Mall yang ditanami saham juga oleh J.B group.
Luna mendorong kursi roda Gama masuk ke dalam Mall tersebut setelah memarkirkan mobilnya.
Terlebih dahulu Luna mengantarkan Gama menuju sebuah barber shop yang ada di pusat perbelanjaan itu. Letaknya di lantai 3, lantai khusus yang disediakan untuk memanjakan para pengunjung dengan layanan spa, salon dan lainnya.
"Kamu pangkas dulu ya, aku pergi belanja sebentar, kalau sudah selesai tunggu aku jangan kemana mana," ucap Luna sambil membawa masuk Gama ke dalam barber shop tersebut.
"Pak tolong pangkas suami saya, yang rapi awas kalau jelek kututup tokomu ini," ucap Luna dengan nada mengancam pada salah seorang pegawai di dalam barber shop itu.
Gama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah bar-bar istrinya itu. Namun ia beruntung mendapatkan seorang istri yang kuat dan punya prinsip seperti Luna.
"Iya nona, tenang saja kami akan memberikan pelayanan terbaik, tapi sebelum itu....." ucap pria itu terputus, ia melihat penampilan Luna dan Gama dari ujung kepala sampai kaki, dengan pandangan merendahkan ia mengucapkan kata-kata yang membuat Luna kembali kesal.
"Tapi apa Pak?" ketus Luna, ia merasa risih dengan cara pria itu memandang dirinya dan Gama.
"Mohon maaf sebelumnya ya nona, tuan tapi apa kalian sanggup membayar perawatannya?" tanya pria itu dengan tatapan mengejek.
"Oh masalah pembayaran lagi, cih apa semua manusia di muka bumi ini selalu merendahkan orang lain dan menilai mereka dari penampilannya? sudah ayo kita pergi dari sini aku tak ingin membuang uangku hanya untuk manusia sampah seperti pria ini!" teriak Luna marah sehingga pengunjung melihat ke arah mereka.
"Kalau memang tidak sanggup membayar nggak usah mengatai saya gadis buluk! suamimu saja lumpuh aku yakin pasti kalian tidak punya uang sepeser pun, jangan belagu!" ledek pria yang ternyata adalah manajer di Barber shop yang biasa dikunjungi kalangan pebisnis itu.
"Dasar pria banci!!!" teriak Luna kesal.
Pegawai lain tidak berani mencampuri urusan mereka sebab manajer mereka itu terkenal kejam, ia tak segan-segan memecat pegawainya jika berani ikut campur dengan masalahnya.
Gama yang merasa geram karena istrinya dihina akhirnya angkat bicara.
"Tunggu sebentar sayang, aku akan buat si banci ini menyesal!" ucap Gama dengan tatapan datar dan menusuk.
Luna yang dipanggil sayang cukup terkejut karena tiba-tiba dipanggil begitu. Luna diam di belakang kursi roda suaminya namun jantungnya jangan ditanya, rasanya seperti terjun bebas dari atas tebing yang sangat tinggi.
Gama mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang disana.
Tak beberapa lama kemudian, seorang pria tampan dengan kulit putih dan rambut panjang dengan gradiasi warna biru, tubuhnya tinggi dan proporsional menghampiri mereka.
"Hah....hah...hah, kapan kau datang kesini el? kenapa gak bilang-bilang?" tanya pria itu pada Gamaliel, ia berlari sekuat tenaga saat mendapat panggilan dari Gama.
"Pa...pak Presdir!" ucap para pegawai di barber Shop itu. Mereka semua menunduk hormat saat melihat pemilik Mall itu datang ke barber Shop tersebut.
"Astaga sepertinya pria itu orang penting, mampuslah pak Doni, bahkan Presdir saja sampai berlari begitu ditelepon oleh pria asing itu," gumam pegawai lain yang menyaksikan perdebatan mereka tadi.
"Apa perlu kuratakan Mall milikmu ini menjadi tanah agar semua pegawai di gedung ini belajar sopan santun?" ucap Gama dengan amarah yang sudah membuncah.
Ia sangat tidak suka jika miliknya diusik oleh orang lain. Miliknya? ya Gama sudah mengklaim Luna sebagai miliknya dan tak ada yang bisa mengusiknya.
"Astaga kumohon jangan begitu, sebenarnya ada apa, tolong jangan mengatakan kata-kata keramat itu padaku!" pinta pria yang sering disapa Bima itu.
Ia adalah rekan bisnis sekaligus sahabat Gama meskipun selama setahun terakhir Gama menutup diri dari sahabat-sahabatnya, mereka tetap mendukung Gama dengan sering mengunjungi dan menanyakan kabarnya walaupun Gama pasti hanya akan menanggapi mereka dengan tatapan dinginnya.
"Tanyakan pada si banci itu!" ucap Gama geram.
"Ada apa ini?" tanya Bima pada salah satu pegawai disana.
"Be...begini tuan, sebelumnya saya meminta maaf pada Pak Doni tapi saya selaku karyawan disini tak ingin kejadian yang sama terulang lagi," ucap pria itu sambil melirik ke arah Pak Doni yang sedari tadi memandangnya dengan tatapan mengancam.
"Katakan saja," ucap Bima.
"Se... sebenarnya Pak Doni telah menghina tuan dan nona ini pak, dia merendahkan mereka dengan mengejek nona ini buluk dan miskin serta menghina kondisi tuan ini, sebelumnya beberapa langganan kita mengamuk pada Pak Doni karena pelayanan yang tidak memuaskan, Pak Doni mengurangi perawatan yang seharusnya diberikan full dengan harga yang sesuai sehingga membuat pelanggan itu tidak puas namun pak Doni malah menyalahkan dan memecat pegawai yang bertugas di hari itu," jelas pria itu.
Doni membelalakkan matanya tak percaya, pegawainya melaporkan ulahnya pada pemilik barber shop itu. Padahal Barber shop itu adalah salah satu jenis layanan untuk pengunjung mall yang diciptakan oleh Bima sendiri dan Doni dipilih menjadi manajernya.
"Kau sudah dengar kan apa ucapan pegawaimu itu? aku kecewa dengan pelayanan kalian!" tegas Gama.
"Sialan ! Gama kumohon jangan menutup mall ini, aku akan memberi pelajaran pada bajingan ini dan aku minta maaf atas ucapannya padamu!" mohon Bima, semua orang terkejut bagaimana mungkin seorang Presdir meminta maaf pada pria lusuh seperti Gama.
"Cepat minta maaf!" teriak Bima panik, pasalnya jika Gama sudah berniat maka ia akan sulit menarik kembali kata-katanya.
Luna sendiri terkejut kenapa Presdir Mall ini sampai memohon seperti itu pada suaminya bahkan sampai meminta maaf di depan banyak orang.
"Sebenarnya Gama ini siapa? kenapa Presdir yang terkenal karena ketampanannya itu sampai memohon maaf pada Gama?," batin Luna menatap suaminya dari belakang.
"Ma...maafkan saya tuan," ucap Doni ketakutan saat dibentak oleh Bima bahkan tatapan mata Gama lebih menakutkan lagi dari bentakan Presdir mereka.
"Kau tahu bukan pada siapa kau seharusnya meminta maaf bajingan!" kesal Gama.
"Gama kumohon jangan seperti ini," ucap Bima memohon.
"Dia harus meminta maaf dengan benar!" teriak Gama lagi.
"Hey jangan marah ya kau sakit nanti, kita pulang saja," ucap Luna pelan, ia khawatir suaminya kembali sakit karena marah-marah di tempat itu.
"Mohon maaf nona, kami sedang berbicara tolong jangan memotong pembicaraan kami!" bentak Bima yang malah meluapkan kekesalannya pada Luna karena gadis itu berani-beraninya berbicara dengan santai padahal situasinya sedang genting seperti itu.
Namun apa yang dilakukan Bima malah menambah kemarahan seorang Gamaliel Park.
Luna sedikit terkejut karena mendapat bentakan dari pria itu. Ia ingin membalas namun suara Gama menghentikannya.
"Bima Satria beraninya kau membentak istriku!!" teriak Gama menggelar sehingga membuat semua orang di tempat itu merinding ketakutan.
"Is..tri? ma..maafkan a...aku Gama, a...aku hanya kesal, ma..maafkan saya nona, maafkan saya," pinta Bima sambil berlutut di hadapan Gama dan Luna yang membuat semua orang semakin terkejut sekaligus penasaran dengan sosok pria lusuh dan wanita polos itu.
"Diam Kau!! karyawanmu menghinaku tidak masalah tapi berani sekali mulutmu dan mulut karyawanmu itu menghina istriku hah? jangan hanya karena kita berteman kau bisa seenaknya Bima!" teriak Gama lagi, kini amarahnya sudah berada di puncak ubun-ubun dan yang bisa menenangkannya hanya Mark asistennya saat ini.
"Gama tenanglah dulu," pinta Luna sambil memegang lengan Gama.
Gama yang sudah di puncak amarahnya malah semakin tidak terkendali, tanpa sadar ia mendorong Luna hingga gadis itu terjatuh dan kepalanya membentur sudut meja di ruangan itu.
"Awhh...arghh," rintih Luna tepat setelah ia jatuh dan membentur meja sehingga kepalanya memar dan sedikit terluka.
Gama tersadar dengan apa yang dilakukannya, seketika ia menyesal.
"Luna! ma..maafkan aku, maaf aku tak melihatmu tadi, maaf," ucap Gama yang berusaha turun dari kursi rodanya untuk mendekati istrinya.
"Diam disitu, jangan melakukan apa pun!" ucap Luna sedikit kesal, namun ia sadar ia harus bisa menguasai emosinya agar suasana tidak semakin runyam.
Gama menurut dan diam di tempatnya. Hal ini membuat Bima terkejut melihat dan mendengar Gama yang tidak tersentuh itu meminta maaf pada seseorang apalagi itu adalah seorang wanita. Hal yang tidak pernah terjadi selama ia kenal dengan Gama.
"Siapa perempuan ini? kenapa Gama sampai menurut padanya, Gama mengatakan bahwa dia adalah istrinya," batin Bima.
Luna bangkit sambil memegangi keningnya yang terluka, ia mendekat pada Gama dan meletakkan lututnya tepat dihadapan pria itu, ia menatap Gama dan menggenggam tangannya dengan lembut.
"Kumohon jangan marah-marah lagi, aku tidak ingin kau sakit lagi, kita pulang saja, untuk pakaian aku akan memesan online saja jadi tenanglah ya," ucap Luna lembut.
Luna tahu jika Gama adalah pria yang mudah marah, oleh karena itu senjata untuk meluluhkan pria pemarah itu adalah dengan berbicara baik-baik dan lembut agar ia tenang.
"Maaf, pasti itu sakit," ucap Gama menyesal sambil memegang kening Luna.
"Tidak apa-apa, tetapi berjanjilah jangan diulangi," balas Luna sambil tersenyum.
"Aku janji," jawab Gama membalas senyuman istrinya.
Kemesraan mereka menjadi tontonan semua orang. Kalau para jomblo melihat ini habislah mereka baper dengan kemesraan pasangan bar-bar ini.
"Astaga, apa aku tidak salah lihat? Gama kembali tersenyum! aku harus sujud di hadapan gadis ini karena mengembalikan Gama seperti dahulu!" batin Bima takjub.
.
.
.
Like, vote dan komen 😊😉😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
andi hastutty
apakah respon Luna klo tau gama sekaya i2 yah ????
2023-07-02
0
epifania rendo
luna belum tau gamal sebenarnya
2023-01-25
0
Sri Lestari
uhhh so sweet banget sihhhh...akunya yg baper Thorrrrr 😄😄😄
2021-12-18
0