Luna membawa Gama masuk ke dalam rumah, hari sudah mulai dingin, Luna takut jika kondisi Gama semakin parah.
"Duduk disini, aku akan menyiapkan makan malam, demammu masih ada," ucap Luna membantu Gama duduk di sofa di ruang santai yang biasa Luna tempati.
Gama menatap gadis itu, perlahan ia tersenyum samar mengingat kejadian tadi. Seperti yang Gamaliel ucapkan, baginya pernikahan hanya sekali untuk seumur hidup maka ia akan mempertahankan pernikahan tanpa cinta ini dan berharap suatu saat cinta itu tumbuh dengan sendirinya.
"Mom, Dad, Anna, aku sudah menikah dengan seorang gadis baik-baik aku sudah menghancurkan masa depannya dengan membuat dia menikah denganku, apa yang harus kulakukan? dia gadis baik tak seharusnya dia menikah dengan pria tak berguna seperti diriku, aku ingin membuatnya bahagia tapi apa dia mau mencintaiku? apa dia tidak akan mengkhianatiku?" ucap Gama pelan, namun ternyata Luna mendengar ucapannya sebab ia tadi ingin bertanya pada pria itu makanan apa yang mau dimakannya untuk makan malam.
Luna mengurungkan niatnya untuk bertanya, ia mendengar ucapan Gama bahkan melihat pria itu meneteskan air matanya. Luna menutup mulutnya menahan tangisnya, ternyata suaminya memikirkan dirinya, ia begitu sedih saat mendengar suara menyedihkan pria itu.
"Aku berjanji, ini akan menjadi pernikahan pertama dan terakhirku, aku akan belajar membuka hatiku untukmu Gama, mungkin kita baru saling kenal tapi kuharap cinta bisa tumbuh dalam rumah tangga kita," ucap Luna disela-sela tangisnya.
Luna tak menyangka bahwa ia akan menikah karena skandal perzinahan yang dibuat-buat oleh musuhnya. Entah dia harus bersyukur atau tidak dengan hal ini.
Luna membasuh wajahnya, ia tak ingin terlihat buruk di depan suaminya. Setelah itu ia memasak makan malam dengan menu sederhana namun wanginya mampu menarik siapa saja untuk mencicipinya.
Perlahan Luna membawa nampan berisi makanan dan minuman serta obat suaminya.
"Ayo makan!" ucap Luna pada Gama yang duduk di atas Sofa.
"Emm...bisa bantu aku? aku ingin duduk di atas karpet," ucap Gama meminta bantuan.
"Baiklah, sebentar," jawab Luna, ia bangkit berdiri lalu menggeser meja agar Gama bisa duduk dengan leluasa.
Dengan bantuan Luna, Gama duduk di atas karpet sama seperti posisi mereka semalam saat merakit barang jualan Luna.
"Ayo makan!" ucap Luna memberikan semangkuk bubur dengan tambahan abon sapi di atasnya.
Mereka menikmati makan malam mereka dengan pikiran mereka masing-masing.
Setelah selesai, Luna membersihkan piring bekas makan mereka. Gama hanya bisa menatap Luna bergerak kesana kemari tanpa bisa membantu gadis itu.
Melihat kesibukan Luna, Gama mengambil buku sketsa milik Luna lalu membaca barang pesanan yang harus dibawa Luna besok.
Dengan menggeser tubuhnya sedikit demi sedikit, Gama mengambil batu warna warni, manik-manik, benang dan alat lainnya yang diletakkan Luna di meja dekat televisi.
Perlahan-lahan Gama merakit pesanan itu satu persatu. Ia mengukur, menghaluskan dan menyusunnya sesuai dengan gambar. Gama sangat ahli dibidang ini seperti sudah punya pengalaman bertahun-tahun.
Luna kembali ke ruang santai setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, ia terkejut saat melihat Gama tengah mengerjakan pekerjaannya.
"Kau tak usah repot-repot mengerjakan itu, tubuhmu masih lemah!" ucap Luna sedikit khawatir mengingat kondisi Gama yang masih lemah, bahkan masih ada bercak merak di kulitnya.
"Tak apa, toh kita sekarang suami istri, maka aku setidaknya bisa berguna membantumu merakit ini semua, emm bisa kau ambilkan salep, tanganku sedikit tergores tadi," ucap Gama pada Luna.
"Baiklah, tapi jika kau merasa sakit lagi katakan padaku, tunggu sebentar akan kuambilkan salepnya!" ucap Luna sedikit panik saat mendengar Gama terluka.
Gama tersenyum samar melihat kepanikan gadis itu, "Menggemaskan," gumam Gama. Tak beberapa lama Luna datang dengan membawa kotak P3K yang selalu tersedia di rumahnya.
"Ini salepnya," ucap Luna memberikan salep pada Gama.
"Ahh terimakasih, ada hand sanitizer disana?" tanya Gama sambil meletakkan manik-manik itu di atas meja.
"Ini," ucap Luna menyerahkan botol sanitizer.
Gama mensterilkan kedua telapak tangannya lalu mengeluarkan sedikit salep luka di ujung telunjuknya.
"Luna bisa mendekat sebentar?" tanya Gama yang membuat Luna sontak mendekat.
"Ada ap..." Luna terdiam saat tangan Gama mengoleskan salep luka ke pipinya yang sedikit terluka, sejak tadi siang Gama sudah melihat luka itu, namun belum juga diobati oleh Luna.
"Kalau ada luka seperti ini jangan dibiarkan, nanti infeksi dan meninggalkan bekas," ucap Gama mengoleskan salep dengan lembut.
"Kompres memarmu, nanti akan sakit kau bisa demam karena itu!" ucap Gama merapikan rambut Luna yang agak berantakan.
"Eh ba..baiklah," jawab Luna gugup, jantungnya berdetak tak karuan kala memandang wajah suaminya dari dekat.
"Terimakasih," ucap Luna merona, membuat Gama tersenyum samar.
"Apa kau jualan besok?" tanya Gama pada Luna yang ikut duduk di hadapannya dan mulai merakit barang jualannya.
"Tentu, aku harus jualan kenapa?" tanya Luna.
"Bisa aku ikut?" tanya Gama.
"Emmm apa kau tidak akan kesulitan nanti?" ucap Luna tak yakin.
"Tidak, lebih baik daripada aku harus disini terus," ujar Gama datar.
"Baiklah terserahmu saja, emm jadi kita sekarang suami istri ya?" ucap Luna lagi.
"Menurutmu setelah kejadian tadi?" tanya Gama menaikkan satu alisnya, sungguh pria itu sangat dingin bagaimana Luna akan hidup seatap dengan pria dingin sepertinya.
"Emmm ya kita memang suami istri, aku tak tahu apa yang akan dikatakan adikku saat ia pulang nanti dan menemukanku sudah menikah denganmu," ucap Luna.
"Jelaskan saja, kan beres," ucap Gama melanjutkan rakitannya.
"Iya sih, Gama boleh aku bertanya?" ucap Luna.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" balas Gama.
"Emmm, apa pekerjaanmu? maaf kalau aku menanyakan ini, aku hanya ingin tahu apa pekerjaan suamiku," ucap Luna tanpa sadar mengucapkan kata suamiku.
"Tak apa, kau memang harus tahu semua tentangku, aku bekerja di sebuah perusahaan, namun aku mengambil cuti selama sebulan," ucap Gama jujur mengatakan bahwa ia bekerja di sebuah perusahaan namun lebih tepatnya dia memiliki sebuah perusahaan terbesar di negeri itu dan termasuk dalam jajaran orang terkaya di dunia.
"Oh begitu, tapi apa bos tidak akan marah jika kau cuti selama itu?"tanya Luna penasaran.
"Tidak, tak ada yang akan marah," jelas Gama singkat.
"Apa kau mempunyai trauma tertentu? bisa jelaskan kondisi kesehatanmu padaku agar aku tak melakukan kesalahan," ucap Luna.
"Aku trauma jika menutup mataku dan ada seseorang mendekatiku saat aku menutup mata bahkan mendekati ku saat tidur, aku juga trauma dengan jarum suntik!" ucap Gama menjelaskan kondisinya.
"Benarkah? pantas saja wajahmu berkerut saat tidur semalam!" ucap Luna.
"Maksudmu?" ucap Gama bingung.
"Semalam aku berada di dekatmu saat kau sedang tidur, dan benar saja wajahmu berkerut tidak nyaman," ucap Luna.
"Jadi kau sudah melihatnya, dan lagi aku selalu bermimpi buruk setiap hari, kau sudah lihat kan tadi pagi," jelas Gama.
Luna mengangguk paham, " Gama apa kau mau sembuh?" tanya Luna tiba-tiba.
.
.
.
like Vote dan komen 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Bzaa
semangat Luna n gama
2023-07-25
0
andi hastutty
mau bangetlah sembuh
2023-07-02
0
Lili Yoon
ayo Luna Bobo bareng' sama gama biar gama sembuh dr trauma nya 😂
2021-09-21
0