Dengan wajah kesal Luna mendudukkan pria itu di atas sofa rumahnya.
"Kau berat sekali, kebanyakan keluh kesah kali ya,"ledek Luna dengan wajah kesal.
"Apa maksudmu membawaku kesini?" ketus Gama, wajah Gama tampak acak-acakan, rambutnya panjang, kumis dan Jenggotnya juga sudah tumbuh lebat, tampak tidak terurus.
"epe meksedmu membawaku ke cini heh? nyenyenyenye..." ledek Luna sambil meniru ucapan Gama dengan wajah kesal dan bibir yang dimonyongkan.
"Cih gayamu banyak sekali, dasar pria bodoh! apa kau pikir aku akan membiarkanmu disana dan malah mati di tempat itu, hohoho tidak Bambang, kalau kau mau mati pergi jauh dari tempat damaiku ini!" kesal Luna.
Ia tak habis pikir dengan pria di depannya itu, namun ia juga kasihan sebenarnya melihat wajah sembab dan kondisi pria itu yang lumpuh dan tak bisa menggerakkan kakinya.
Bahkan saat ia mengangkat Gama tadi, dengan sengaja ia mencubit kaki pria itu dengan kuat namun tak direspon oleh Gama, hal ini justru membuktikan bahwa Gama memang lumpuh dan sedang terpuruk.
Gama hanya diam saja, wajahnya muram ia ingin marah pun tak bisa karena ucapan gadis itu benar adanya. Bagaiman mungkin ia membuat kacau kampung orang dengan berita kematiannya sungguh tidak etis bukan.
"Lihatlah pria bodoh ini, dia terdiam seperti anak kecil cih dasar, aku tidak tahu apa masalahmu sampai kau memilih mengakhiri hidupmu seperti itu, tapi satu yang perlu kau ketahui kau itu berharga, hidupmu itu berharga, umurmu masih muda, belum saatnya kau pergi meninggalkan dunia ini!" ucap Luna dengan pandangan mengejek ke arah Gama yang tengah menunduk.
"Siapa kau berani-beraninya menasehati ku hah?" balas Gama dengan wajah marah.
"Kau lihat sendiri kan bagaimana aku tidak berguna, lihat kakiku lumpuh, orang-orang yang memiliki tubuh sempurna seperti kalian tidak akan tahu betapa sakitnya mempunyai kaki yang lumpuh seperti ini!" teriak Gama sambil memukul-mukul kakinya.
"Semuanya memuakkan, aku lelah arghhh kalian tak akan mengerti," ucap Gama menuangkan semua perasaan yang disimpannya selama ini. Namun Luna tampak biasa-biasa saja bahkan tak ada mimik iba di wajah gadis itu.
"Bodoh!" ucap Luna.
Luna duduk di lantai tepat didepan Gama. Gama yang menangis menatap bingung ke arah gadis itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Gama heran sambil mengusap air matanya yang mengalir.
"Lihat dan perhatikan ini pria bodoh!" ketus Luna sambil membuka kaos kaki panjang yang digunakannya. Luna mengeluarkan kakinya lalu
Klek
"Kau lihat ini pria bodoh?" ketus Luna sambil melemparkan sesuatu ke hadapan Gama yang membuat Gama sontak terkejut.
"Ka...kau!" ucap Gama terbelalak melihat kaki kiri gadis itu buntung, yang dipasang di kakinya adalah kaki palsu. Kaki kiri Luna putus dari bagian pergelangan kakinya sehingga menyebabkan gadis itu memakai kaki palsu.
"Apa yang mau kau katakan lagi hah? kau harus bersyukur kakimu masih lengkap, kau tidak lihat ini hah? buntung!" ucap Luna kesal lalu mengambil kembali kaki palsunya dan memasangnya di kakinya seperti semula.
Gama terdiam, ia tak bisa menjawab gadis bar bar itu lagi, baru kali ini ia mati kutu di hadapan seseorang, bahkan semua lawan bisnisnya tak bisa melawannya jika berdebat namun gadis ini dengan mudahnya membuatnya tak mampu membalas.
"Sekarang kau sudah tahu kan bahwa bukan hanya dirimu yang mengalami hal menyedihkan? bahkan banyak anak di luar sana yang tak bisa bergerak, berbicara pun susah, sedangkan dirimu? baru tidak bisa menggerakkan kaki saja kau sudah mau menyerah, dasar bodoh!" ketus Luna.
"Dengarkan aku, kau masih punya mulut dan otak untuk berpikir maka bersyukurlah dan jalani hidupmu dengan benar, cukup mengeluh dunia tidak akan berakhir hanya karena keluh kesah mu itu!" ucap Luna sambil berkancah pinggang di depan Gama.
Gama terdiam, benar apa yang diucapkan gadis itu seharusnya ia bersyukur masih mempunyai kesempatan untuk hidup dan membalaskan dendam orangtuanya, ia bahkan bisa mencaritahu siapa dalang penyebab kecelakaan keluarganya.
"Siapa namamu?" tanya Luna sambil duduk di depan televisi dan menyalakan benda itu.
"Gamaliel, namaku Gamaliel Park," ucap Gama memperkenalkan dirinya.
"Aku Luna Christina, panggil saja Luna," ucap Luna memperkenalkan dirinya.
"Baiklah, dan Maafkan aku sudah membentakmu tadi," ucap Gama dengan nada menyesal.
"Hmmm tak apa, dan maaf karena mengejek mu bodoh, aku terlalu emosi tadi," tukas Lina sambil memutar acara talk show yang sellau ditontonnya.
"Apa kau tinggal sendirian disini? dimana orangtuamu?" tanya Gama sambil menatap seluruh ruangan yang penuh dengan pernak-pernik cantik namun tersusun dengan rapi dan indah sehingga membuat mata nyaman di rumah sederhana berwarna putih bersih itu.
"Aku tak punya orangtua, dulu aku tinggal bersama sepasang kakek nenek, tetapi mereka sudah meninggal dunia dua tahun lalu, tapi aku punya seorang adik perempuan berusia 14 tahun, dia sedang ke luar kota," jelas Luna yang masih fokus dengan tontonannya.
"Lalu darimana kau belajar bawa mobil? kulihat skillmu cukup hebat sebagai seorang gadis yang tinggal jauh dari perkotaan seperti ini," tanya Gama penasaran.
"Ternyata kau banyak bicara ya baguslah setidaknya aku tidak merasa canggung, aku belajar bawa mobil dari turis yang sering berkunjung ke kota, terkadang aku menemani mereka sebagai guide tour dan mereka menawarkanku untuk belajar bawa mobil yah akhirnya aku bisa," jelas Luna.
Gama mengangguk paham.
"Kau darimana asalmu? kenapa kau malah nyasar ke tempat terpencil ini? apa tak ada tempat lain untuk mati?" ketus Luna tanpa menatap wajah Gama.
"Aku dari Jakarta, sebenarnya aku sedang mencari alamat hanya saja tak bisa kutemukan, bahkan aku sampai nyasar ke tempat ini, dan berakhir frustasi," ujar Gama dengan suara sedihnya.
"Ceritalah, apa masalahmu? tenang saja aku tak akan membeberkannya pada orang lain selama kau juga menjaga rahasiaku!" seru Luna sambil menunjuk kaki kirinya.
"Apa kau mau mendengar? aku belum pernah bercerita dengan orang lain," ujar Gama ragu.
"Ck...aku saja sudah membuka luka lamaku kenapa kau sekarang meragu bodoh! aku jadi tampak seperti seorang wanita penggoda, sial!" ketus Luna sambil mematikan televisinya lalu berbalik menatap Gama dengan wajah kesal.
"Baiklah maafkan aku Luna, sebenarnya aku dulu tidak lumpuh seperti ini, tetapi karena sebuah kecelakaan satu tahun lalu yang menewaskan kedua orangtuaku dan juga adikku akhirnya aku semakin drop dan dinyatakan lumpuh untuk sementara waktu," ujar Gama.
"Lalu apa yang membuatmu sampai ingin bunuh diri? jika kuamati pasti kau memiliki banyak orang disisimu, kekasih mungkin atau sahabat? apa mereka tidak mendampingi mu sampai kau memilih mengakhiri hidupmu?" tanya Luna to the point.
"Mereka semua mengkhianatiku, tunangan ku dan sahabatku bermain di belakangku, mereka menginginkan kematian ku karena aku tak mau memberikan apa yang diinginkan tunanganku, tepat dua hari sebelum pernikahan, kami sekeluarga mengalami kecelakaan dan ternyata mereka berdua sudah menantikan itu," ucap Gama.
"Setelah kuselidiki ternyata mereka memiliki hubungan dengan kecelakaan itu walaupun bukan murni perbuatan mereka," jelas Gama.
"Lalu kau dengan bodohnya ingin mengakhiri hidupmu sementara pembunuh keluargamu belum ditemukan? ck...ck...ck Gamaliel naif sekali dirimu!" ledek Luna.
"Kenapa kau selalu mengejekku," kesal Gama.
"Menyenangkan melihat wajah bodohmu itu kesal, lalu apa kata dokter tentang kakimu?" tanya Luna lagi.
"Hmmm, masih bisa disembuhkan selama melakukan terapi," ucap Gama.
"lalu apa rencanamu setelah ini? kau tidak mungkinkan tinggal disini terus?" ucap Luna.
"Apa aku diusir?" tanya Gama.
"Yah semacam itu, jika warga tahu aku membawa pria kesini maka habislah nasibku, mereka akan mengamuk, warga disini agak gila dan kolot," ucap Luna dengan suara pelan.
"Aku akan pulang ke Jakarta, tapi biarkan aku menginap disini malam ini, aku tak akan melakukan hal buruk padamu, kau tahu kondisiku kan?" ucap Gama sambil menunjuk kedua kakinya.
"Hmmm baiklah tapi hanya malam ini, dan ku harap saat kita bertemu suatu saat nanti kau masih hidup, sudahlah aku ke dapur dulu mau buat makanan, kau pasti lapar setelah menangis seperti anak kecil tadi," ledek Luna.
"Ck...aku bukan anak kecil Luna!" kesal Gama.
"Terserah padamu, aku akan buat nasi goreng kuharap kau suka, jika tak suka ya harus suka karena hanya itu yang ada aku belum belanja soalnya," ucap Luna sambil berjalan menuju dapur.
Gama menatap punggung Luna, sungguh hari ini ia beruntung bertemu gadis itu, jika tidak mungkin saja ia tinggal nama beberapa jam yang lalu. Gama tersenyum samar saat teringat dengan semua ocehan dan ledekan gadis itu, rasanya nyaman mendengar ocehan gadis itu.
.
.
.
Like vote dan komen 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Bzaa
Luna, phisikater otodidak 🤣😉..
hadir aku tor
2023-07-24
0
andi hastutty
Luna hahahahhs ledekanmu slalu kenna banget hahahha
2023-07-02
0
Dian
baru awal udah nyaman aja lu tong 🤭🤭
2022-08-27
0