Luna mengemudi dengan tenang meskipun perasaannya tak karuan kala melihat suaminya tertidur di sampingnya, wajah pucat Gama mengalihkan fokus gadis itu.
" Tidak bisa begini, dia harus makan dulu, wajahnya pucat sekali," gumam Luna.
Luna memarkirkan mobilnya sebentar di minimarket terdekat, Gama yang merasa mobilnya berhenti membuka matanya dan melihat mereka berhenti dimana.
"Kenapa berhenti?" tanya Gama.
"Tunggu sebentar disini aku mau beli roti untukmu," Luna keluar sambil membawa dompetnya namun tiba-tiba Gama memanggilnya tepat saat ia akan keluar.
"Tunggu sebentar," ucap Gama pelan.
Luna memperhatikan pria lusuh itu, Gama perlahan mengambil sesuatu dari dashboard mobilnya.
"Pakai ini, belilah yang kau butuhkan," ucap Gama sambil menyerahkan beberapa kartu unlimited miliknya pada Luna. Luna yang tidak tahu jenis kartu itu biasa saja saat melihatnya, ia malah menolak kartu milik suaminya.
"Eh tidak perlu, aku ada uang kok," tolak Luna lembut.
Gama mengamati Ekspresi gadis itu, memang murni gadis itu menolak, tampak dari wajah Luna yang tidak tahu menahu jenis kartu yang dipakai oleh suaminya sehingga membuat Gama tersenyum samar karena ia tahu istrinya bukan wanita yang gila uang.
"Pakailah, kau juga bisa membeli yang lain dengan itu, sudah sana cepat, kepalaku sakit sekali aku masih ingin tidur," ucap Gama menyerahkan kartu itu ke tangan Luna dan kembali tidur sambil memegang keningnya.
Luna pasrah saja, ia mengambil tiga kartu itu lalu memasukkannya ke dalam dompet nya.
"Tolong bantu aku menghabiskan uang itu istriku," batin Gama sambil mengintip Luna yang sudah beranjak keluar dengan terburu-buru.
Luna masuk ke dalam supermarket, ia mengambil beberapa roti sebagai pengganjal perut dan minuman hangat dari supermarket itu. Dia juga membeli minyak kayu putih serta kompres demam untuk suaminya.
Luna membawanya terburu-buru ke kasir hingga tak sengaja menabrak seorang pria berperawakan tinggi, wajah datar dan tampan serta pakaian formalnya.
"Maafkan saya nona," ucap pria misterius itu sambil membantu memungut barang milik Luna.
"Saya juga minta maaf tuan," ucap Luna langsung mengambil alih barang miliknya dan menyerahkan pada kasir.
"Berapa ?" tanya Luna yang terkesan terburu-buru.
"Totalnya Rp.158.000 nona," jawab pelayan itu.
Luna membuka dompetnya, namun uangnya malah kurang dan tak mungkin ia berlari mengambil uang dari mobilnya.
"Aduh kok kurang sih," gumam Luna.
"Biar saya yang bayar sebagai permintaan maaf saya nona," ucap pria itu.
"Ah tak usah tuan," tolak Luna cepat, ia langsung menyerahkan kartu unlimited milik suaminya pada kasir itu.
"Bisa bayar pakai kartu kan?" tanya Luna sambil menyodorkan kartunya tanpa sadar ia membuat beberapa pengunjung bahkan pria itu terkejut melihat kartu yang hanya dimiliki oleh orang-orang terkaya di dunia itu.
"BI..bisa nona," ucap pelayan itu gugup kala melihat kartu Luna.
"Kumohon percepat nona, saya sedang terburu-buru!" ujar Luna sedikit kesal pasalnya pelayan itu malah memandangi kartunya. Tentu saja ia memandangi kartu itu, pasalnya itu milik orang terkaya di dunia, hanya si Lunanya saja yang tidak tahu.
"Eh...baik nona," ucap pelayan itu tersadar.
"Siapa wanita ini? dari penampilannya dia bukan orang kaya tapi kenapa ia punya kartu unlimited itu?" gumam pria misterius itu.
"Sudah nona, Terimakasih atas kunjungannya," ucap si pelayan sambil mengembalikan kartu milik Luna.
Luna mengambil barang belanjanya dan bergegas masuk ke dalam mobil. Pria misterius tadi terus menatap penasaran dengan Luna. Siapa gerangan wanita cuek dan ketus ini pikirnya.
"Ah buat apa aku memikirkannya, tugasku masih belum selesai," gumam pria itu.
Luna masuk ke dalam mobil dengan wajah ditekuk, "husshh dasar pelayan lambat, bukannya dicepetin malah planga plongo liatin kartu, arghhh kesal aku!" gerutu Luna sambil masuk ke dalam mobil.
Mulutnya komat Kamit menggerutu seperti emak-emak komplek yang lagi omelin tukang sayur di sekitaran rumahnya.
"Kenapa?" tanya Gama pelan, ia terkejut mendengar gerutuan gadis di sampingnya itu, wajah kesal Luna membuatnya penasaran dengan apa yang terjadi.
"Kasirnya lambat , bukannya dipercepat malah bengong lihatin kartu hishh bikin kesal aja!" gerutu Luna sambil membuka kompres demam dan menempelkannya di kening suaminya.
"Makan ini ya, ini minumnya," ucap Luna sambil menaikkan kursi suaminya agar ia bisa makan dengan nyaman.
Gama menerima semua itu dengan perasaan haru, perhatian yang membuat hatinya hangat dan rasa yang tak pernah ia rasakan bergemuruh di dalam hatinya
"Terimakasih," ucap Gama sambil menerima roti itu, Luna membalasnya dengan senyuman. Dengan kecepatan sedang Luna kembali melajukan mobilnya menuju rumah sakit, melihat bintik-bintik di wajah suaminya malah membuat dia semakin khawatir.
Jarak rumah sakit yang cukup jauh hingga memakan waktu satu jam membuat Luna was-was, ia takut terjadi sesuatu yang buruk dengan suaminya.
45 menit kemudian mereka tiba di rumah sakit. Dengan sigap dan gesit, Luna membantu Gama naik ke kursi roda lalu mendorong kursi rodanya menuju rumah sakit.
Dokter menangani suaminya,namun ada masalah lagi hingga membuat gadis itu bahkan Gama ikut geram dengan kelakuan pegawai rumah sakit disana.
"Kenapa suami saya tidak jadi diperiksa dok? dia sakit parah tolonglah dipercepat!" ketus Luna dengan wajah kesal saat melihat tak ada dokter yang menangani suaminya, para dokter itu malah beralih pada pasien anak anak yang baru tiba padahal tangannya hanya tergores sedikit saja di ujung jarinya.
Dokter yang tadinya akan merawat Gama justru nimbrung mendekati pasien itu.
"Eh maaf nona, pasien itu lebih penting dari suami nona, jika ingin suaminya diobati maka uruslah biaya administrasi rumah sakit dahulu!" ucap dokter itu dengan gaya sombongnya.
"Apa!!! cih sombong sekali kau dokter gadungan! suamiku sedang sakit kau malah membiarkannya di atas brankar itu! mana sumpah doktermu itu dasar gadungan!!" teriak Luna kesal, suaminya dibiarkan di atas brankar rumah sakit padahal jelas-jelas Gama sedang lemah dan bintik merah terlihat jelas di wajah pria itu.
"Silahkan anda selesaikan administrasi baru kami menanganinya!" tegas dokter itu lagi tak mau kalah.
"Kurang ajar kau! pasien itu hanya tergores kecil di ujung jarinya tapi kalian semua sampai sepanik itu? hahahahah lalu bagaimana dengan suamiku hah? kalau di kenapa-kenapa akan kuratakan tempat ini!" kesal Luna, Gama sesungguhnya sudah sangat kesal mendengar ucapan dokter itu, namun apa boleh buat tubuhnya semakin lemah, bahkan untuk berbicara saja ia tak sanggup.
"Katakan saja kau tidak mampu membayar nona!" balas seorang perawat dengan gaya arogannya.
"Ada apa ini?" ucap seorang dokter pria yang baru datang karena mendengar keributan.
"Pak George nona ini tak sanggup membayar tapi ia marah-marah pada kami karena kami tidak menangani suaminya!" adu perawat wanita itu.
Dokter George melihat siapa pasiennya, mata nya terbelalak saat melihat penyumbang saham terbesar di rumah sakit itu terbaring lemah, namun Gama mengedipkan mata seolah mengatakan jangan berbicara yang tidak-tidak.
"Kenapa kalian tidak tangani bodoh! orang sudah sekarat tapi kalian masih lebih mementingkan seorang anak yang jarinya tergores? dokter dan perawat macam apa kalian!" amuk Dokter George yang membuat dokter dan perawat di sana terkejut dengan amukan pria itu.
"Mereka belum membayar dok, lagipula anak itu lebih penting karena dia anak pemilik saham di rumah sakit ini!" tegas dokter lain di ruangan itu.
Luna semakin geram, ia merogoh dompetnya lalu mengeluarkan tiga kartu unlimited milik suaminya dan melemparkan tiga kartu itu ke wajah suster sombong itu.
Prakkk
"Lihat isi kartu itu, apa aku sanggup atau tidak, seharusnya perawat dan dokter mementingkan keselamatan nyawa pasiennya tapi kalian? cuih!! kalian hanya tenaga kesehatan gadungan!!" kesal Luna sambil melemparkan tiga kartu unlimited yang pastinya mereka tahu siapa yang mempunyai benda seperti itu.
Mata dokter dan perawat itu terbelalak melihat tiga kartu itu, tubuh mereka tiba-tiba gemetar mereka telah salah menilai orang.
"Cepat periksa! apa masih perlu kartu lain hah? apa perlu kuratakan gedungmu ini dengan tanah !!" kesal Luna saat melihat mereka justru terdiam.
Sontak para tenaga kesehatan itu kocar-kacir, mereka langsung melakukan penanganan pada Gama yang terbaring lemah di atas brankar.
"Hufftt baru melihat kartu saja kalian sudah gemetar dasar manusia laknat! kusumpahi kalian ketemu pasien laknat juga, semoga karier kalian tidak baik baik saja cih!" gerutu Luna.
Dokter George langsung mengambil alih Gama dan tidak membiarkan rekannya melakukan penanganan pada tuannya lebih tepatnya.
"Awas biar aku yang tangani, segera siapkan ruang VIP!" titah Dokter George.
"Nona ikut saya sebentar untuk mengurus administrasinya,"ajak seorang perawat yang lebih ramah dan lembut, tak ada kesan sombong pada perawat itu.
"Maaf atas ketidaknyamanannya nona,"ucap perawat itu.
"Maaf juga sudah membuat keributan, aku terlalu emosi tadi, suamiku sudah sekarat tapi mereka malah memeriksa seorang anak yang bahkan tidak terluka parah, hanya ditutup plester saja pasti sudah beres," gerutu Luna dengan wajah di tekuk.
Perawat itu hanya bisa tersenyum kikuk menanggapi ucapan Luna. Memang rekan kerjanya yang salah.
Luna menyelesaikan administrasi sesuai arahan perawat itu. Setelah itu ia bergegas ke ruangan rawat suaminya dan menunggu dokter selesai memeriksa keadaan Gama.
.
.
.
Like vote dan komen 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
andi hastutty
bagus Luna kamu hebat. dokter dan suster ini melihat dari penampilan luar ajha yah dasar untung ada dokter George Luna ngga jadi ngamuk
2023-07-02
0
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
ya seperti itulah sistem hidup.. semua segala sesuatunya dilihat dari uang, penampilan, jabatan dan tahta. Membagongkan. 😴😌😒
2023-06-13
0
epifania rendo
ngeri bangat
2023-01-25
0