"Jika kemungkinannya tipis lebih baik tidak usah diobati, percuma hanya akan buang-buang uang saja," ucap Gama pasrah.
"Ck....kau lebih sayang pada uang daripada dirimu sendiri, kau memang pantas disebut om-om kurang umur!" ledek Luna dengan wajah kesal.
"Haishh bukan begitu Luna, aku hanya tidak yakin apa bisa pulih seperti dulu," ucap Gama lirih.
Mendengar ucapan Gama, seketika Luna turut sedih, ia kembali mengingat bagaimana ia dulu sangat terpuruk ketika mengetahui kakinya harus diamputasi, Luna tahu perasaan itu, rasa sakit karena merasa bahwa dirinya tidak sempurna seperti orang lain.
Luna memberanikan diri menggenggam tangan Gama yang masih berbaring. Ia menatap dalam-dalam kedua netra abu-abu pria itu.
"Jangan khawatir, sekecil apa pun kemungkinannya kita harus coba, kamu harus yakin bisa pulih dan menunjukkan kepada semua orang kalau kamu itu kuat dan sanggup melawan mereka," ucap Luna memberi semangat pada Gama.
"Mau berapa persen pun kemungkinan sembuhnya mari kita coba, jangan takut aku akan terus mendampingi mu!" ucap Luna sambil tersenyum manis membuat hati Gama menjadi hangat.
"Apa aku harus melakukannya? apa kau akan bahagia jika aku sembuh? bagaimana jika aku tidak bisa pulih? apa kau akan meninggalkanku?" tanya Gama.
Luna menggelengkan kepalanya, " Aku berjanji akan setia mendampingimu, kau kan suamiku jadi hanya aku yang akan mendampingimu bukan orang lain!" ucap Luna tegas.
"Dan jika kau sembuh suatu hari nanti kuharap kau tidak meninggalkanku dan mencari wanita lain, jika itu terjadi mungkin aku akan mematahkan kakimu, kedua tanganmu dan membuatmu lumpuh seumur hidup dan aku akan meninggalkanmu!" ucap Luna dengan nada sedikit mengancam walaupun sebenarnya ia tidak terlalu serius.
Sorot mata tegas dan wajah serius Luna mampu menumbangkan pertahanan Gama untuk tidak merasa terancam.
Glek
"Ternyata kau menyeramkan juga ya, aku mana berani melakukan itu jika sudah ada ultimatum dari Tante cerewet ini hehehehe," kekeh Gama.
"Ck....dasar om-om kurang umur!" ucap Luna mencebikkan bibirnya.
"Hahahah, jangan buat bibirmu seperti itu nanti disosor hantu baru tahu rasa hahahah," ledek Gama.
"Mana mau hantu nyosor duluan kan udah udah ada yang punya iya kan suamiku??" goda Luna sambil menaik turunkan alisnya, Gama tersenyum kikuk karena digoda istrinya sendiri. Wajahnya merona kala Luna menggodanya.
"Eh...ehkkmm...i..itu....emmm ah terserahlah," balas Gama canggung, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal untuk mengurangi rasa canggungnya.
"Pfhttt.... hahahahah, wajahmu merona seperti tomat hahahha, digoda sedikit saja kau sudah seperti itu dasar om-om kurang umur!" ledek Luna.
"Sebegitu senangnya kah kau meledekku Luna, haishh habislah aku diledek oleh gadis ini setiap hari," ucap Gama pasrah.
"Hahahahah, bercanda Gama, sudah ganti pakaianmu dulu kita akan pulang," ucap Luna beranjak mengambil pakaian Gama.
Setelah mengemas barang-barang mereka, Luna membantu Gama untuk naik ke kursi roda. Setelah semuanya beres Luna mendorong kursi roda Gama sedangkan Gama memegang barang-barang mereka di atas pangkuannya.
" Bagaimana keputusanmu? apa kau mau mengikuti pengobatan?" tanya Luna pada Gama saat mereka berjalan di lorong rumah sakit.
"Aku mau selama itu membuatmu senang," ucap Gama.
"Baguslah, nanti aku akan menghubungi Dokter George, semoga kau bisa cepat pulih, dan ingat Gama, apa pun hasilnya nanti kamu harus bisa menerimanya mengerti? aku akan mendampingimu!" jelas Luna.
"Terimakasih Luna, maaf kau harus mendapatkan seorang suami yang lumpuh seperti diriku," ucap Gama.
"Hey Om, apa aku harus bilang maaf karena kau mendapatkan istri buntung seperti diriku ? dasar manusia pesimis, kenapa kau tidak bisa punya pikiran positif sih?," gerutu Luna di belakang Gama.
"Maaf kalau membuatmu tersinggung," balas Gama.
"Hmmm tak masalah, asal jangan ulangi lagi, perbanyak pikiran positif supaya kau bisa cepat pulih, dasar Om-om!" ledek Luna.
"Ck....kau ini cerewet sekali Tante," balas Gama tak mau kalah.
"Pfthhh.... hahahahah, kau memang tidak mau kalah ya," kekeh Luna.
"Tentu saja, seorang Gama tidak akan kalah dengan tante-tante cerewet seperti dirimu," balas Gama.
"Hadehhh, tapi kenapa kau kalah dengan penyakitmu? dasar aneh!" ledek Luna.
"Ya itukan dulu, sekarang aku tidak akan kalah aku pasti akan sembuh, akan kubuktikan kalau aku bisa sembuh!" ucap Gama dengan penuh semangat.
Luna tersenyum mendengar ucapan Gama, ia bersyukur akhirnya ia mulai bisa melihat wajah dingin Gama lebih berwarna dari sebelumnya.
"Kita lihat saja nanti, kau mungkin akan menyerah," balas Luna.
"Tidak akan, mungkin saja kau yang menyerah membantuku," balas Gama.
"Cih mana mungkin aku menyerah, kau yang akan menyerah," balas Luna.
"Nggak pokoknya Kamu yang akan menyerah," kekeh Gama
"Ck...kita lihat saja nanti, kau ini ternyata sangat cerewet ya," ledek Luna yang membuat Gama terdiam, ia sendiri juga heran kenapa ia bisa berbicara sebanyak itu dengan Luna bahkan seluwes itu.
Selama ini Gama terkenal dengan sikap dinginnya, irit bicara, pemarah, bahkan semua orang di kantornya sangat takut bila mendengar amukan pria itu.
Hanya Mark yang mampu menangani Gama jika ia kehilangan kendali. Siapa pun yang melakukan kesalahan di perusahaannya pasti akan langsung dipermalukan dan dipecat, oleh karena itu banyak orang yang tidak suka dengan dirinya padahal memang mereka yang tidak becus dalam bekerja.
"Hey Om kenapa diam? apa mulutmu jadi karatan karena terlalu banyak bicara?" ucap Luna.
Gama tersadar dari lamunannya.
"Aku sedang memikirkan cara untuk membalas omongan Tante cerewet di belakangku ini," balas Gama yang membuat Luna terkekeh.
"Hahahah, kau selalu bisa membalasku, senang juga ada yang bisa berdebat denganku, kalau adikku dia tidak mungkin bisa membalas ucapanku hahahah," tawa Luna terbahak-bahak sehingga membuat beberapa orang menoleh ke arah mereka berdua.
"Tuh kan bener kubilang, mereka itu pasangan gila, udah gak waras," ucap suster yang kemarin melihat Gama senyum-senyum sendiri di kamar inap nya pada rekan kerjanya.
"Iya kamu benar ternyata, ngeri ahk mana cowoknya brewokan, gondrong terus ceweknya bar-bar lagi haduh dunia sudah gila!" balas rekan kerjanya.
Luna dan Gama sampai di area parkir rumah sakit, seperti biasa Luna akan membantu Gama masuk ke dalam mobil. Ia memapah tubuh Gama dengan pelan, kemudian ia meletakkan barang-barang mereka di belakang.
Luna menyalakan mobil dan mengemudi meninggalkan rumah sakit.
"Luna ada yang ingin kutanyakan," ucap Gama di tengah-tengah perjalanan mereka.
"Apa?" tanya Luna tanpa menoleh.
"Tentang adikmu, bukankah kamu mengatakan bahwa kakek dan nenekmu menemukanmu di jalanan," ucap Gama.
"Ahh, Yuna itu sebenarnya bukan adik kandungku, aku bertemu dengannya satu tahun yang lalu saat ia mengalami kecelakaan, tubuhnya saat itu tergeletak dibawah jurang, saat itu aku sedang mencari batu dan kerikil untuk barang jualanku, aku menyelamatkannya dia terluka cukup parah waktu itu, sepertinya dia ada disana selama tiga atau empat hari beruntung dia bisa bertahan, hanya saja ia mengalami amnesia dan hanya mengingat wajah kakaknya tapi ia tidak tahu siapa namanya," jelas Luna.
"Sejak saat itu aku memutuskan merawatnya, ia juga punya trauma dengan hujan dan badai, jika hal itu terjadi ia tidak akan bisa tidur sepanjang malam," tambah Luna.
"Ohh ternyata begitu," ucap Gama sambil manggut-manggut mengerti.
"Dan kau tahu kalian punya satu kebodohan yang sama," ucap Luna menatap Gama sekilas lalu kembali fokus ke jalanan.
"Hey apa aku sebodoh itu? memangnya apa yang dia lakukan," jawab Gama.
"Kalian sama-sama bodoh, menganggap hidup itu permainan, dia juga sempat ingin bunuh diri seperti dirimu karena tidak bisa mengingat masa lalunya, ia selalu dihantui oleh kecelakaan yang menimpa dirinya dan keluarganya," jelas Luna.
"Itu bukan kebodohan Luna, itu sebuah trauma," balas Gama membela diri.
"Ck....bagiku itu hal bodoh," balas Luna tak mau kalah.
"Terserah padamu saja nona," ucap Gama pasrah.
"Gam, kita ke pasar ya buat beli bahan masak, dua hari lagi Yuna pulang aku mau masak yang enak-enak heheh, dia sangat suka dengan rendang sapi, kalau kau apa makanan kesukaanmu?" tanya Luna.
"Aku sangat menyukai rendang sapi sama seperti adikmu," ucap Gama.
"Wah baguslah, ternyata kalian punya selera yang sama, tapi dia mungkin akan terkejut melihat kamu di rumah, aku tak sabar ingin melihat reaksinya saat tahu kakaknya yang cantik ini sudah menikah," ucap Luna sambil membayangkan wajah adiknya.
"Kau senang sekali membuat orang lain terkejut," ledek Gama.
"Hey tuan, kita harus punya kesenangan supaya hidup ini lebih bahagia," ucap Luna.
"Kalau kamu apa makanan kesukaanmu?" tanya Gama kembali ke topik makanan.
"Aku tidak terlalu pemilih soal makan, tapi kalau ditanya yang paling kusukai mungkin roti bakar rasa cokelat dan makanan manis," ucap Luna.
"Aku malah tidak suka yang manis-manis," ucap Gama.
"Ck....jadi kau tidak suka denganku, aku manis loh hahahah," goda Luna.
"Dasar Tante cerewet! itu berbeda, kau ini selalu saja menggodaku," balas Gama.
.
.
.
Like, vote dan komen 😊😉😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
andi hastutty
liat pasangan ini bikin senyum2 trus dan terharu deh 😂
2023-07-02
0
Sri Wahyuni
jangan ² Yuna adik Gamma
2022-06-28
0
nichic
jgn2 yuna adiknya gama
2022-04-23
0