Hari menjelang malam, Luna membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan pakaian yang dipesan Gama saat memesan pakaiannya tadi siang. Dia melihat sebuah paper bag lain berisi kotak di dalam paper bag pakaian miliknya.
"Gama, ini punya kamu?" tanya Luna sambil mengangkat Paper bag berwarna hitam itu.
"Ohh iya hampir lupa, kemarikan paper bagnya," ucap Gama.
Luna mendekati brankar Gama dan memberikan paper bag itu pada pria itu. Gama mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru, tampaknya sebuah ponsel keluaran terbaru, dapat dilihat dari kotaknya.
Gama membuka kotak itu lalu mengeluarkan ponsel baru yang sudah dipasangkan kartu di dalamnya, pria itu mengetikkan sesuatu di ponsel itu, tak beberapa lama ponsel miliknya berdering.
"Nih buat kamu, nomorku udah aku simpan disini ya," ucap Gama sambil menyerahkan ponsel itu pada Luna.
"Eh ini ma....maksudnya apa? kenapa malah di kasih ke aku ?" tanya Luna bingung.
"Udah pegang aja, ini buat kamu biar mudah dihubungi kalau ada apa-apa," ucap Gama yang langsung menarik tangan Luna dan meletakkan ponsel baru itu di tangan Luna.
"Eh...gak usah Gam, lagian aku bisa beli sendiri kok," tolak Luna merasa tak enak.
"Ck..ya sudah sini ku buang saja," kesal Gama kembali menarik ponsel itu namun tiba-tiba Luna menahannya lagi dengan wajah terkejut saat melihat pria itu sungguh sungguh ingin membuang ponsel baru yang pastinya mahal itu.
"Iya..iya aku terima, dasar ngambekan, ya kali ponsel sebagus ini di buang ke tong sampah," ucap Luna sambil memegang kembali ponsel itu.
"Bukannya kamu gak mau, kalau gak ada yang pakai ya di buang aja," ketus Gama padahal hatinya kini sangat senang karena bisa mengerjai gadis itu.
"Dasar tukang ngambek, seperti anak kecil saja," ledek Luna membuat Gama mengerucutkan bibirnya seperti anak-anak pastinya.
"Nah itu bibir ngapain dikerut-kerutin kaya moncong bebek aja, dasar Om-om kurang umur," ledek Luna membuat Gama tergelak mendengar ejekan istrinya.
"Hahahaha, kenapa aku dikatain om-om kurang umur sih hahaha, aku belum om-om loh Luna, umurku masih 28 loh," balas Gama sambil tertawa terbahak-bahak.
"Pffthh...umur dua delapan udah cocok dipanggil Om-Om apalagi rambut kamu gondrong terus kumis sama jenggotnya juga mendukung citra kamu sebagai om-om hahaha," imbuh Luna ikut tertawa bersama suaminya.
"Kalau aku Om-Om berarti kamu tante-tante dong kan nikahnya sama aku hahahaha, tante cerewet," balas Gama lagi membuat Luna kalah telak.
"Hishh dasar Om-Om kurang umur," ucap Luna sambil mencubit kedua pipi pria itu tanpa sadar, tiba-tiba mata mereka saling bertatapan untuk sesaat seolah-olah ruang dan waktu berhenti sejenak, yang terdengar suara detak jantung yang sangat keras bergemuruh di dalam dada keduanya.
Deg...deg....deg...deg
Luna dan Gama tersadar, dengan segera Luna menarik tangannya lalu menjaga jarak dari Gama.
"Ekhmmm...a...aaku ma..mandi dulu," ucap Luna gugup sambil membalikkan tubuhnya dan berlari ke kamar mandi sambil membawa pakaian ganti yang diletakkan di atas meja.
Di dalam kamar mandi, Luna bersandar pada pintu kamar mandi sambil memegangi dadanya yang terasa bergemuruh, wajahnya memerah dan terasa panas. Ia mengipas wajahnya dengan tangannya yang satu lagi.
"Huffthh panas euii panas...aduh jantungku juga deg degan gini, apa aku penyakit jantung ya? wajahku juga panas apa kau demam? arkhhh tapi kenapa disini rasanya dag dig dug tak karuan huh," gumam Luna merasakan ada yang berbeda dengan hati dan tubuhnya kala berada dekat dengan suaminya.
Sementara itu di atas brankar, Gama malah memegangi dadanya, ia merasakan detak jantungnya tak beraturan, ia masih ingat dengan jelas tatapan mata Luna yang sangat teduh dan hangat. Tanpa ia sadari kedua pipinya juga ikut memerah.
"Aku harus menelepon dokter, sepertinya aku punya penyakit ganas lainnya, arkhhh kenapa tatapan matanya membuat jantungku berdebar-debar sih," ucap Gama frustasi.
"Tapi dia sangat cantik, matanya bulat besar, hidungnya tidak terlalu mancung tetapi sangat imut, bibirnya menggoda sekali," gumam Gama mengingat wajah cantik istrinya.
"Astaga Gama dasar otak mesum! apa sih yang kau pikirkan, tapi kenapa aku jadi memikirkan wajahnya terus ya?" ucap gama lagi sambil senyum-senyum sendiri hingga membuat perawat yang masuk bergidik ngeri melihat seorang pria brewokan senyum- senyum di atas brankar.
"Tuh kan banyak orang gila disini, istrinya bar-bar suaminya gak waras, aduh merinding aku," batin perawat itu tak jadi masuk ke dalam ruang rawat Gama, sebenarnya ia ingin memberitahukan bahwa mereka sudah bisa pulang besok pagi, tapi diurungkan karena melihat Gama senyum-senyum seperti orang gila di atas brankar.
"Loh kenapa buru-buru sus?" tanya Dokter George yang berpapasan dengan suster itu.
"Ada pasangan gila dok, hiii ngeri aku, dokter aja deh yang keruangan itu," ucap suster itu sambil lari terbirit-birit meninggalkan dokter George yang kebingungan.
Dokter George memasuki ruangan Gama, ia sempat kaget saat melihat Gama yang masih tersenyum walau tipis.
"Pantas suster itu ketakutan, seorang pria brewokan senyum-senyum sendiri di atas brankar seperti orang tidak waras," batin dokter George.
"Ekhmm, selamat malam tuan," sapa Dokter George sopan.
"Ada apa," tanya Gama dengan wajah datarnya yang sudah kembali.
"Besok pagi tuan sudah bisa kembali," jelas dokter itu.
"Hmm baik, pergilah aku akan menghubungimu jika butuh sesuatu," balas Gama.
"Baik tuan, saya permisi," ucap Dokter George undur diri.
Luna menyelesaikan mandinya, ia mengenakan pakaian yang pas di tubuhnya bahkan sampai ukuran dalam**nya tepat semua.
"Kok bisa ya dia tahu ukuran ku?" Batin Luna. Tapi dia tak mempermasalahkan hal itu, yang penting dia punya pakaian ganti daripada tidak ada sama sekali.
Sang rembulan menguasai malam, Luna dan Gama pun akhirnya terlelap dalam satu ranjang yang sama setelah melewati perdebatan sengit lebih sengit dari debat capres.
Gama yang tidak tega jika istrinya tidur di atas sofa akhirnya memaksa Luna tidur di sampingnya dengan mengancam kalau ia tidak mau makan, tidka mau tidur dan tidak akan minum obat jika Luna tidak menurut.
"Aku gak mau, aku tidur di sofa saja, itu cukup untuk satu orang," ucap Luna bertahan pada pilihannya.
"Kalau kamu tidur disana aku gak akan makan, gak minum obat dan gak mau tidur, biar kita disini terus!" ancam Gama.
"Haishhh kau ini, kau tidak tahu apa kalau jantungku tak normal di dekatmu bodoh," gumam Luna dengan wajah kesal.
"Bagaimana? kata dokter aku tidak boleh loh telat makan obat, jika telat maka akan kembali kumat, kan kamu yang buat alergiku kumat, aku akan dirawat lagi disini dan kau..." ucapan Gama berhenti karena dipotong oleh Luna.
"Dasar Om om kurang umur, iya iya aku tidur disitu, haishhh," gerutu Luna sambil naik ke atas brankar Gama yang memang muat untuk mereka berdua.
"Sudah jangan mengomel, tidur disini Tante cerewet!" ucap Gama sambil tersenyum penuh kemenangan.
Dengan pasrah Luna menerima tawaran Gama dan tidur di samping Gama. Awalnya ia tak bisa terlelap karena Gama memeluknya dari samping, jantungnya sudah seperti lari maraton, namun Gama berhasil menenangkan Luna agar wanita itu tidur padahal Gama sendiri juga ikutan gugup.
"Selamat malam Luna," ucap Gama.
"Mimpi Indah Gama," balas Luna.
.
.
.
Like,Vote dan komen ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Dyah Oktina
hehehe akhirnya tidur se kasur.... pelan2 ya
2023-08-24
0
andi hastutty
cie cie udah mulai nih
2023-07-02
0
Fitri Anwar ALfhyank
alurx mnarik skli
2021-10-28
0