Luna melangkahkan kakinya dengan kesal, saat akan kembali ke rumah ia teringat dengan Gama yang masih sakit di rumahnya.
Luna berjalan menuju toko obat terdekat untuk membeli obat demam sekaligus vitamin bagi pria malang yang ada di rumahnya. Dan membeli beberapa salep luka untuk dirinya sendiri karena Cindy dan Kiki memukulnya di bagian wajahnya tadi.
"Kak beli salep untuk ini ya," ucap Luna sambil menunjuk luka lebam dan goresan di wajahnya.
"Obat demam dan alergi makanan sekaligus vitaminnya juga kak, untuk orang dewasa ya," jelas Luna yang dianggukkan oleh pelayan di apotek itu.
Setelah menerima obatnya, Luna pulang dengan berjalan kaki, jarak rumahnya ke pasar memang agak jauh namun ia sudah biasa berjalan seperti itu.
Di perjalanan Luna membeli beberapa bahan makanan berhubung stok makanan di rumahnya mulai habis. Luna membeli ikan, sayuran, bawang, tomat dan bahan bahan masak lainnya yang dipilihnya secara langsung dari tempat langganannya.
Setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan, Luna pulang ke rumah.Luna melewati area pemukiman warga yang tepat berada sebelum jembatan menuju rumahnya.
"Neng kok udah pulang?" sapa seorang penjual bakso yang biasa mangkal di simpang jembatan, sebab kawasan itu cukup ramai karena ada taman kanak-kanak di dekatnya.
"Eh iya pak, jualannya dicepetin lagi kurang enak badan," jawab Luna sambil tersenyum ramah.
"Oh gitu ya neng, semoga cepat sembuh ya,"ucap tukang bakso yang dianggukkan oleh Luna.
Tanpa Luna sadari, sedari tadi Cindy dan Kiki mengikutinya dari belakangnya dengan mengendap-endap.
"Kiki ayo ikuti dia, aku ingin balas dendam padanya!" ucap Cindy.
"Sssttt suaramu jangan terlalu besar Cin, entar dia dengar!" bisik Kiki saat melihat Luna menoleh ke belakang, untung mereka bersembunyi di balik pohon besar sehingga Luna tidak melihat mereka.
Luna menyusuri jembatan menuju rumahnya, setelah sampai di rumah Luna meletakkan semua barang-barang miliknya.
"Apa dia masih tidur?" gumam Luna mengingat Gama yang masih berada di kamarnya.
Luna perlahan masuk ke dalam kamarnya, ia mendapati Gama tengah terlelap di atas tempat tidurnya. Dengan perlahan Luna mendekati Gama, ia meletakkan tangannya di kening pria itu.
"Astaga dia masih demam! bahkan alerginya belum berkurang!" ujar Luna mulai panik. Ia melihat pakaian Gama yang mulai basah karena keringat pria itu.
Luna beranjak keluar dengan terburu-buru, ia mengambil baskom berisi air untuk kompres, serta handuk kering dan mengambil baju ganti untuk Gama, pakaian Gama yang kemarin masih belum kering sehingga Luna mengambil pakaian mendiang Kakeknya, bahkan disana masih ada dalaman yang baru dan tidak dipakai.
Luna masuk ke dalam kamar dengan tergesa-gesa, setelah meletakkan barang-barang itu ia membangunkan Gama.
"Gamaliel bangunlah," ucap Luna sambil sedikit menggoyang tubuh pria itu.
Gama membuka matanya, kepalanya masih pusing dan tubuhnya panas, ia menatap lemah ke arah Luna.
"Ayo ganti pakaianmu, ini sudah kusiapkan pakaian ganti, ********** juga ada, semuanya masih baru, aku akan ke dapur sebentar," ucap Luna menyerahkan pakaian itu pada Gama.
Dengan langkah terburu-buru Luna keluar dari kamar bahkan wajahnya begitu panik, ia langsung pergi ke dapur dan mengolah bahan-bahan yang dibawanya dari pasar tadi.
Luna memasak bubur dan sup ayam, dengan cepat ia mengolah sayuran, daging dan bumbu.
Setelah dirasa pas Luna menyajikan semuanya di atas nampan lalu mengambil obat yang dibawanya tadi dari apotek.
Sedangkan Gama tengah mengganti pakaiannya dengan menggunakan pakaian yang diberikan oleh Luna.
Gama bukanlah pria yang pemilih perihal pakaian, meskipun ia selama ini hidup mewah namun semua kemewahan itu bagaikan tiada artinya bagi dia.
"Mungkin Tiara dan Alex akan tertawa melihatku memakai pakaian seperti ini, bahkan penampilanku begitu buruk," ucap Gama dengan nada sendu.
Luna masuk ke dalam kamar dengan membawa makanan dan obat untuk Gama.
"Ini makanlah dahulu, setelah itu minum obatmu, kau punya alergi tertentu dengan obat?" tanya Luna sambil mengangkat mangkuk bubur dan memberikannya pada Gama.
"Tidak ada aku tidak punya alergi pada obat," ujar Gama sambil menerima mangkuk bubur itu.
Gama menyendok bubur itu dengan tangan gemetar, rasanya sangat lemah tetapi ia gengsi meminta bantuan gadis itu.
Luna duduk di samping Gama dengan posisi saling berhadapan, ia menarik napas panjang saat melihat pria itu makan dengan lambat dan bergetar.
"Hufftt, kalau butuh bantuan bilang, jangan memaksakan dirimu seperti ini dasar pria kaku!" kesal Luna, ia mengambil alih mangku makanan itu membuat Gama menatapnya datar.
"Apa lihat-lihat? makan ini, tidak ada penolakan kau sangat lemah tidak usah gengsi meminta bantuan!" ketus Luna sambil mengangkat sesendok bubur dan mengarahkannya ke mulut Gama.
"Aku bisa makan sendiri, lagipula kenapa kau merawatku, lebih baik biarkan saja aku mati, toh aku tak berguna lagi!" balas Gama dengan wajah pasrah dan lemah.
"Ck....kau memang bodoh! cepat makan ini jika tidak aku akan memaksamu!" kesal Luna saat mendengar penolakan dari Gama.
Dengan pasrah, Gama membuka mulutnya dan memakan bubur dari suapan Luna.
"Kau begini juga karena aku, jika tidak kau sudah pulang dari tadi, maafkan aku tidak berhati-hati kemarin seharusnya aku menanyakan apa kau alergi atau tidak," ucap Luna menyesal, ia masih fokus dengan sendok di tangannya.
"Bukan salahmu, memang tubuhku yang lemah, aku memang tidak berguna!" lirih Gama.
Luna menatap pria itu, dengan inisiatif sendiri ia meletakan mangkuk itu lalu menggenggam kedua tangan pria itu.
"Hey lihat aku, kita mungkin baru bertemu tapi aku ingin bilang bahwa hidupmu terlalu berharga untuk disia-siakan, jangan menyesali apa yang terjadi dalam hidupmu, kau masih punya kesempatan untuk sembuh maka bangkitlah dan jadilah kuat," ucap Luna sambil menatap kedua manik mata pria itu.
"Jangan menyerah, jika kau menyerah maka orang-orang itu akan menertawakan dirimu, mereka akan merasa menang atas hidupmu karena melihat dirimu terpuruk seperti keinginan mereka," jelas Luna lagi.
"Tapi aku lumpuh, aku bahkan tak bisa bergerak, aku tidak berguna," ucap Gama, pria itu begitu lemah baik tubuh maupun hatinya.
"Hey bagaimana denganku? kakiku buntung bahkan tidak bisa dikembalikan lagi, aku hanya bisa memakai kaki palsu yang bahkan rasanya sangat sakit dan kakiku terasa nyeri setiap malam, apa aku harus menyerah dan mengakhiri hidupku? tentu tidak! karena aku masih punya mimpi yang ingin kugapai," jelas Luna, tampak raut kesedihan di wajah gadis itu ketika menceritakan kakinya.
Gama menatap wajah Luna, ia melihat lebam di pipi gadis itu dan beberapa goresan luka, bagaimana mungkin gadis ini begitu perhatian pada dirinya sementara dia sendiri punya luka yang harus diobati.
"Bantu aku, aku...a..aku ingin pulih seperti sedia kala," ucap Gama.
Luna tersenyum mendengar jawaban pria itu, ia melepaskan genggaman tangannya lalu mengambil mangkuk buburnya.
"Baik aku bisa membantumu, kita mulai dengan menghabiskan bubur ini,"ujar Luna sambil menyuapi pria itu.
Saat Luna tengah asik menyuapi Gama, ternyata di sisi lain rumah itu, Cindy dan Kiki mencuri dengar percakapan mereka melalui jendela kamar Luna.
"Dia membawa seorang pria ke rumahnya!! wah ini akan jadi berita heboh di desa, kita bisa memanfaatkan hal ini agar si Luna tidak lagi mendekati Andre!" ujar Cindy dengan senyuman liciknya.
"Kau benar! apalagi adat di kampung ini masih kental, pasti mereka tidak akan bisa lepas dari ini semua!" balas Kiki.
Mereka berdua pergi dari tempat itu menuju kantor kepala desa dan memanggil warga setempat untuk mendatangi rumah Luna.
.
.
.
Like, vote dan komen 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
andi hastutty
biang masalah ini cindi dan Kiki.
aku suka semangat Luna menasehati gama
2023-07-02
0
epifania rendo
saya dukung kiki dan cindy supaya gamal dan luna menikah
2023-01-25
0
Afi na
wahh setelah ini sepertinya digerbek nih 🤭
2022-11-18
0