Terikat Skandal Dengan CEO Lumpuh
(Jangan lupa Like,Vote dan komentarnya ya reader, Author Harsie menanti kalian, silahkan dibaca 😊😉😊)
"Selamat ya sayang kalian sebentar lagi akan menikah!" ucap seorang wanita paruh baya yang masih cantik dan elegan di usianya yang menginjak kepala lima.
"Thanks Mommy, semua karena restu Mommy!" ucap seorang wanita cantik dan seksi dengan rambut pendek dan tahi lalat di bawah bibirnya.
"Aku sangat mencintai Gama," ucap wanita itu sambil memandang ke arah seorang pria yang ikut tersenyum melihat kedekatan Ibu dan calon istrinya.
"Aku lebih mencintaimu Tiara," ucap Gama pria tampan berkarisma dan sangat sempurna.
Tiba-tiba seluruh ruangan gelap, tak ada cahaya yang terdengar hanya suara percakapan antara seorang wanita dengan pria yang sangat familiar di telinga Gama.
"Hahahaha biarkan mereka mati, Cinta? Aku tak pernah mencintainya, yang kucintai hanya uang dan hartanya, jika aku tak bisa mendapatkan hartanya maka ia harus mati, sayang kapan kau akan menikahiku hmm?" ucap Tiara yang kini sedang memeluk seorang pria di samping tubuh Gama yang tak bisa bergerak.
"Gelap, semuanya gelap Tiara? dengan siapa dia berbicara? apa maksudnya? dimana aku? kenapa kakiku tak bisa kugerakkan?" Batin Gama.
"Kita akan menikah secepatnya Tiara, setelah kupastikan calon suamimu itu hancur untuk selamanya!" ucap seorang pria.
"Alex! Dia Alex, kenapa? Apa yang terjadi kenapa mereka bersama? Bukankah Tiara mencintaiku? Argkkkhhh," batin Gama.
Perlahan-lahan Gama membuka matanya, ia mengedipkan matanya perlahan meneliti seluruh ruangan itu.
"Rumah Sakit!" kata itu yang terbersit saat Gama melihat ruangan serba putih dan bau obat itu, tubuhnya terasa kaku dan tak bisa digerakkan, mata tertuju pada dua manusia yang tengah bercumbu mesra di atas Sofa.
"Tiara!! Alex! Bajingan kalian!" Ingin rasanya Gama meneriakkan kata-kata itu, namun mulutnya seperti terkunci dan rasanya sakit sekali.
Tiara datang menghampiri Gama sambil membawa sebuah alat suntik yang sudah diisi cairan berwarna kuning, entah apa kandungan cairan itu.
Alex menyeringai di belakang wanita itu sambil tertawa terbahak-bahak melihat Gama yang tiba-tiba melemah ketika Tiara dengan senyuman jahatnya menyuntikkan cairan itu ke dalam cairan infus yang terpasang di tubuh lemah Gama.
"Tiara bukankah kau mencintaiku? Tidak tidak jangan! Apa yang kalian lakukan! Sakit! Jangan! Jangaannnnnn," teriak Gama.
"Tuan bangun tuan! Tuan!" Teriak seseorang sambil mengguncang tubuh Gama di atas tempat tidur.
"ergh arhhhh....hah...hah..hah," Gama bangun dari mimpi buruknya dengan napas tersengal-sengal, tubuhnya basah karena keringat yang sangat banyak, ia berusaha menetralkan pikirannya, ternyata hanya mimpi buruk yang sama yang selalu menghampiri dirinya selama satu tahun ini.
"Anda bermimpi buruk lagi tuan," ucap seorang pria yang merupakan asisten pribadinya yang selalu setia menemani dirinya.
"Hmmm, air!" Titah Gama dengan suara berat dan lemah itu.
Asistennya mengambilkan segelas air putih lalu memberikannya pada Gama. Secepat kilat Gama meneguk air putih itu sampai habis tak bersisa.
"Siapkan pakaianku!" Titah Gama lagi, kemudian ia menarik kursi rodanya yang berada dekat dengan kasurnya. Posisi kasur Gama berada di atas lantai agar memudahkan pria itu menaiki kursi rodanya tanpa harus dibantu orang lain sebab ia benci disentuh oleh siapapun.
Gama naik dengan menjadikan dua penyangga yang didesain khusus sebagai alat bantu sebagai topangan tubuhnya agar bisa naik ke atas kursi roda.
Gama masuk ke kamar mandi dan melakukan aktivitas disana, seluruh isi kamar bahkan seluruh ruangan dalam rumah besar itu sudah disesuaikan dengan kebutuhan pria malang yang dinyatakan lumpuh sejak setahun yang lalu.
Kelumpuhan yang terjadi akibat kecelakaan yang menimpa dirinya dan keluarganya hingga menewaskan adik perempuannya yang masih berusia tiga belas tahun dan kedua orangtuanya.
Gama memakai pakaiannya, meskipun agak sulit namun ia sudah terbiasa dengan dirinya yang lumpuh itu sebab ia sadar tak ada yang mau merawat pria lumpuh seperti dirinya, kalau pun ada pasti mereka punya niat lain.
"Mark bagaimana? Sudah kau temukan?" Tanya Gama pada asistennya Mark yang menunggunya di dekat pintu keluar kamar itu.
"Sudah tuan, mereka sudah hidup bersama bahkan jauh sebelum bertunangan dengan tuan," jelas Mark.
"Sudah kuduga!" ujar Gama, ia mengeraskan rahangnya mengingat kejadian setahun lalu saat ia memergoki tunangannya tengah bercumbu dengan sekretarisnya di dalam ruang perawatannya setelah kecelakaan itu.
Gama melajukan kursi rodanya keluar dari kamar tepat setelah Mark membukakan pintu untuk tuannya itu.
"Aku akan pergi untuk sementara, Mark kutitip perusahaan padamu!" Ucapan Gama membuat Mark terkejut, bagaimana mungkin tuannya menitipkan perusahaan sebesar itu pada dirinya.
"Tu...tuan, perusahaan butuh tuan, Saya tak mungkin sanggup mengurus perusahaan ini!" tolak Mark.
"Tidak ada penolakan! Selama aku pergi jangan cari aku sebelum aku yang menghubungimu! Jika memang aku tak menghubungimu anggap saja aku sudah mati," ujar Gama lalu pergi keluar rumahnya dan masuk ke dalam mobil listrik yang biasa dipakai oleh penyandang disabilitas seperti dirinya.
"Tuan kumohon jangan pergi seperti ini," ucap Mark, namun tidak digubris oleh Gama. Sikap dingin, kasar dan datar tuannya itu bukanlah sifatnya yang sebenarnya.
Mark masuk ke dalam rumah besar yang kini kosong dan sepi, ia melangkah menuju ruang kerjanya.
"Tuan bagaimana bisa aku membiarkanmu pergi? Aku akan mengawasimu tuan, aku akan membantu membalaskan dendam mu!" Ucap Mark sambil memandang foto keluarga yang dijadikannya wallpaper ponselnya.
Foto keluarga dimana ada dirinya yang dianggap seperti keluarga oleh mereka.
Sementara itu di pinggiran kota tampak seorang gadis sederhana dengan rambut biru tua panjang yang diikat tinggi ke atas, dengan kaos polos berwarna pink dan celana pendek berwarna hitam dengan girangnya berjalan menyusuri jembatan gantung yang menghubungkan rumahnya dengan kota.
Gadis yang biasa disapa Luna ini tengah membawa barang jualannya berupa aksesoris dan hiasan pajangan yang dibuatnya sendiri dari bahan-bahan alam dan barang bekas yang memiliki nilai seni tinggi bahkan banyak peminatnya.
Hanya rumahnya yang berada di seberang jembatan besi itu sebab tak ada warga desa yang mau tinggal di tempat menyeramkan yang dikelilingi oleh hutan itu.
Namun betapa beruntungnya gadis itu karena bisa tinggal gratis disana, pemilik rumah itu adalah sepasang kakek nenek yang tidak memiliki keturunan dan mereka sudah meninggal dua tahun yang lalu, sejak saat itulah Luna tinggal sendirian di rumah itu.
Kawasan kota yang sering ia kunjungi adalah kawasan pariwisata sehingga banyak orang asing dari mancanegara yang berkunjung ke tempat itu.
Luna sendiri mempunyai seorang sahabat yang saat ini sedang bekerja di sebuah panti jompo, terkadang sahabatnya itu berkunjung ke rumah Luna jika ada waktu libur dari panti.
Orang-orang di pasar sudah mengenali siapa Luna, seorang gadis yang tak tahu dari mana asal usulnya, ia ditemukan di jalanan oleh pasangan kakek nenek saat usianya tujuh tahun. Sejak saat itu hingga kini usianya menginjak dua puluh lima tahun gadis itu tinggal bersama kakek nenek itu.
Luna termasuk wanita incaran para pria, sudah banyak yang mengajaknya menikah namun semuanya ditolak dengan caranya sendiri.
"Eh sudah nyampe Eneng cantik?" Goda seorang pemuda yang biasa dipanggil Ferdi.
"Ya udahlah Fer, kalau belum aku gak bakal disini Ferdi genduttt," balas Luna sambil membentangkan kain hitam di atas meja yang biasa dia pakai untuk berjualan.
"Neng berani amat tinggal di gubuk itu sendirian? Gak takut hantu ya? Dengar-dengar ada banyak hantu di sekitar hutan itu!" Bisik Ferdi pada Luna yang tengah menyusun barang-barang jualannya.
Pletakkkk
Seseorang memukul kepala pria gendut itu dari belakang hingga membuatnya meringis kesakitan.
"Awhhh....sakit woy!" ucap Ferdi meringis kesakitan sambil menggosok kepalanya yang dipukul dengan benda keras oleh seseorang dari belakang.
"Andin!!" pekik Luna saat melihat sahabat baiknya berdiri di dekat lapak jualannya.
"Hay Luna, aku kangen banget!" Ucap Andin langsung menghamburkan pelukannya pada Luna sahabatnya.
"Aku juga kangen tau, kamu sibuk terus sampai gak punya waktu buat kunjungi aku, apa enaknya sih kerja di kota sampai lupa sahabat sendiri?" Gerutu Luna sbil memeluk sahabatnya itu.
"Maaf bebebku sayang, aku kerjanya emang lagi padat, sebisa mungkin aku bakal berkunjung kok," ucap Andin sambil menatap wajah sahabatnya yang sudah beberapa Minggu ini tak dilihatnya.
"Hmmm, tapi hari ini nginap kan?" tanya Lina melepas pelukannya.
"Maaf ya gak bisa Lun, aku cuma disuruh belanja, habis ini langsung balik deh ke panti," ujar Andin dengan wajah kecewa.
"Haissshhh....ya sudahlah gak apa-apa pokoknya kamu kerjanya yang benar ya, kalau ada apa-apa bilang sama aku siapa tahu aku bisa bantu!" Ucap Luna.
"Adik kecil kamu itu gimana kabarnya?" tanya Andin pada Luna.
"Ahh Yuna lagi pergi jualan bareng Bibi Inah dan Paman Budi, mungkin seminggu lagi baru pulang," ucap Luna.
"Ohh gitu ya," ucap Andin mengangguk paham dengan ucapan sahabatnya.
"Andin!" Panggil seseorang dari jauh.
"Eh aku udah dipanggil tuh, ya udah aku balik dulu ya Lun, bang Ferdi titip temen cantikku ini ya," ujar Andin berpamitan.
"Siap neng, akang Ferdi selalu siap sedia disini!" Seru Ferdi dengan tatapan genitnya.
"Jualan aja yang bener Fer, entar kuhancurkan semua barangmu tau rasa kamu!" ancam Luna dengan tatapan bermusuhan.
"ihk si Luna bar bar banget jadi perempuan, ya weslah lanjut jualannya, lihat tuh udah banyak turis yang datang!" Ujar Ferdi.
"Ayo bu kemari kemari aksesoris cantik buatan tangan asli dari alam silahkan dilihat-lihat, ini kak cantik loh apalagi kalau kakaknya yang pakai pasti cantik banget!" Ucap Luna mempromosikan barang dagangannya.
"Bang ini coba dulu pasti cocok buat Abang yang maskulin, keren loh!" Teriak Luna lagi.
Para pengunjung di pasar itu mulai berkerumun di sekitar lapak milik Luna, banyak yang berminat dengan semua aksesoris yang dijajakan oleh gadis cantik tapi bar bar itu.
Yang menarik tentu bukan hanya barang jualannya tapi penjualnya juga menarik hati semua pengunjung karena tingkahnya yang polos tapi sedikit bar bar.
Sementara itu di lapak lain, ada seorang gadis yang sangat tidak menyukai keberadaan Luna, sebab karena Luna barang dagangannya tidak laku sama sekali.
"Cindy lihat deh si Luna udah ngerebut konsumen kamu lagi, sok keganjenan banget sih tuh cewek, mana bang Andre bantuin lagi," ujar seorang gadis bernama Kiki sambil menunjuk Luna yang tengah kerepotan melayani pembeli, beruntung ada seorang pemuda tampan yang biasa datang membantu gadis itu.
"Lihat aja kamu ya Luna gak akan kubiarkan!" Kesal Cindy.
.
.
.
Thanks for reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
andi hastutty
penasaran
2023-07-02
0
dranzmayten
sudah 2023 tpi tetap baca lagi kerna ceritanya terbest😍
2023-06-21
0
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Lanjut
2023-04-28
0