Tahun Suci 1300, Bulan Kedua.
Kota Horus, Kota Pusat Count Selvia.
"Tuan Muda, tembok Kota Horus telah terlihat," ujar Kevin dari luar gerbong kereta kuda.
"Oke," balasku.
Sudah lebih dari 5 minggu semenjak aku meninggalkan Kota Athen. Dalam perjalanan ini, aku melewati banyak kota-kota dan desa di sepanjang jalan utama wilayah barat.
Nah, kerajaan ini sangatlah luas, bukan?
Aku tidak tahu berapa luas wilayah duke yang notabene merupakan keluarga cabang dari keluarga kerajaan serta para marquis yang merupakan para menteri di kerajaan ini.
Yah, pikirkan saja itu sangat luas.
Jika kau melihat keluar dari gerbong kereta kudaku,
"Ada apa, Tuan Muda?" tanya Kevin yang berkuda di samping gerbongku dengan heran.
"Tidak, aku hanya bertanya-tanya mengapa mereka masih bersama dengan rombongan kami," jawabku dengan mengerutkan kening.
Ya, di belakang rombongan kami, terdapat banyak pedagang, pelancong, serta pejalan kaki yang mengikuti kami semenjak beberapa waktu setelah kami berangkat dari Kota Athen.
Juga, setiap harinya, aku melihat jumlah mereka yang semakin bertambah banyak.
"Mungkin sampai kami tiba di ibukota, Tuan Muda," timpal Kevin santai.
"Mengingat kami merupakan rombongan Margrave Artrez dengan banyak tentara elit, perjalanan kami telah dipastikan aman dari bandit dan pencuri. Jadi, mereka mengikuti kami hingga mereka mencapai tujuan, Tuan Muda," tambah Reeves yang berkuda di belakang Kevin.
"Begitukah?" ujarku terkagum.
Nah, mereka sangat pintar memanfaatkan, bukan?
Aku merasa ingin membalas dendam.
Baik, ayo buat mereka mengeluarkan uang secara sia-sia.
"Kevin, aku ingin tinggal di kota kakekku selama dua hari," ujarku riang.
"Eh?!" balas Kevin terkejut.
"Saya setuju dengan Anda, Tuan Muda," balas Mine yang berkuda di depan Kevin dengan sedikit sebal karena melihat pelancong yang mengikuti kami.
"Ta—tapi..." ujar Kevin rumit.
"Tidak apa-apa, bukan? Lagipula, ujian masuk akan berlangsung dalam satu bulan lagi," balasku riang.
Ya, kami akan sampai di ibukota dalam waktu sekitar 20 hari lagi dengan melewati beberapa wilayah viscount dan beberapa wilayah baron.
"Jika Anda berkata seperti itu..." ujar Kevin rumit.
Ketika kami mendekati tembok Kota Horus yang memiliki warna coklat, kami disambut oleh beberapa ksatria yang telah berjaga di luar tembok yang telah menepikan barisan para pelancong.
"Apakah benar ini merupakan rombongan Putra Margrave Artrez?" tanya ksatria itu di dekat tembok dengan sedikit santai.
Kevin mendekati ksatria itu dan turun dari kudanya, lalu dia berkata, "Benar! Lapor, Letnan Kolonel Tentara Barat serta Kepala Pengawal Vex von Artrez, Kevin Scale, telah tiba di Kota Horus!"
"Ba—baik! Silakan ikuti saya!" balas ksatria itu sedikit tersentak.
Apakah kamu kesal dengan sikap mereka, Kevin?
Kevin menaiki kudanya lagi dan rombongan kami dibimbing menuju Rumah Besar Count Selvia yang berada di tengah Kota Horus.
Saat kami menyusuri jalan utama kota, aku dapat melihat ada bangunan besar Guild Alkemis.
Jika dipikirkan kembali, Count Selvia merupakan salah satu jenderal tentara barat, bukan?
Nah, ibu juga memiliki pangkat tinggi di ketentaraan dan divisi penyihir.
Yah, lupakan.
Setelah kami menyusuri kota selama sekitar dua jam, kami tiba di sebuah rumah besar berwarna putih seperti mansion.
Apakah ini kediaman Count Selvia?
Aku agak lupa karena ingatan masa kecil Vex yang agak kabur saat dulu mengunjungi ibukota.
Saat kami mencapai mansion, rombongan kami memasuki gerbang dan tiba di pintu utama mansion.
Kemudian, aku membuka pintu untuk turun dari gerbong dan disambut oleh beberapa pelayan, ksatria, seorang laki-laki tampan, tegap yang memiliki rambut biru laut dan menggunakan seragam militer, seorang wanita yang mirip dengan ibuku, serta anak laki-laki seusiaku.
Jika tidak salah, namanya adalah Clark?
Nah, dia merupakan sepupuku yang memiliki rambut putih seperti ibu. Dan juga, dia adalah karakter "yes-man" lain saat berada di Akademi.
Sedangkan bibiku bernama Letia von Selvia, dan pamanku bernama Bats von Selvia.
Setelah aku turun, Clark berlari ke arahku dan berkata dengan bersemangat, "Bagaimana kabarmu, Saudaraku?!" sembari menjabat tanganku.
Ya, aku ingat bahwa sifat kami saling berkebalikan.
"A—ah, aku baik-baik saja," ujarku sedikit tersentak saat menerima jabat tangannya.
"Selamat datang! Keponakanku terlihat sangat besar dibandingkan dulu," ujar Letia tersenyum bahagia.
"Selamat datang di Kota Horus, Vex," ujar Bats menyambutku hangat.
Kudengar dari ibu, Bats merupakan anak tertua dari Keluarga Cabang Selvia dan menikahi anak perempuan tertua karena Keluarga Selvia tidak memiliki pewaris laki-laki.
Aku juga memiliki kakak sepupu perempuan yang bernama Lowa von Selvia, dia mungkin sedang belajar di Akademi karena usianya yang terpaut 2 tahun lebih tua dariku.
"Terima kasih, paman, bibi. Um, dimana kakek?" tanyaku penasaran.
"Ah, Kepala sedang bertugas di perbatasan kekaisaran karena keadaan yang semakin panas," balas Bats sedikit sedih.
"O—oh..." ujarku sedih.
Maafkan aku karena aku merupakan penyebab semua ini.
"Ayo masuk," ajak Letia dan kamipun mengikutinya.
Setelah kami duduk di sebuah sofa, aku berkata, "Saya telah dipercayakan oleh kedua orang tua saya surat untuk Count Selvia" sembari menyerahkan 2 gulungan perkamen kepada mereka.
"Terima kasih, Vex," ujar Letia saat menerimanya.
"Ayah dan ibu juga meminta maaf karena tidak dapat mengunjungi paman dan bibi karena keadaan kekaisaran yang semakin tidak menentu," sesalku.
"Oh, tidak apa-apa, Vex. Lagipula, kami akan menemanimu menuju ibukota sembari mengantar Clark untuk ujian masuk Akademi," ujar Bats dengan nada riang.
"Be—begitu," ujarku gelisah.
Cih.
Jika begitu, balas dendamku tidak akan terlaksana!
"Um, benar! Bukankah kamu lelah dengan perjalanan panjang ini? Bersantailah dengan Clark selama beberapa hari di kota ini terlebih dahulu," ujar Letia hangat.
"Terima kasih, bibi!" balasku bahagia.
"Baik, semoga kamu dapat menikmati waktumu," timpal Letia dengan riang.
Ayo bersantai selama beberapa hari disini.
Rasakan, kalian para pelancong!
...----------------...
^^^| Sudut Pandang Celine von Terra |^^^
Tahun Suci 1300, Bulan Kedua.
Mansion Duke Terra, Distrik Bangsawan, Ibukota Kerajaan Vetra, Coastal.
Srok.
Srok.
Srok.
Sudah beberapa hari semenjak aku datang ke ibukota dan tinggal di Mansion Duke Terra yang berada di ibukota.
Aku berangkat bersama rombongan kakakku, Ben von Terra, yang dua bulan lebih tua dariku. Saat dalam perjalanan, Ben memerintahkanku untuk bergabung dengan gerbong para pelayan.
Nah, bagiku itu tidak masalah.
Setelah kami tiba di mansion ibukota, Ben memerintahkanku untuk tidak menyebutkan nama Terra saat aku mendaftar di Akademi nantinya. Aku juga diperintahkan untuk tidur di loteng tempat tinggal para pelayan yang keadaannya lumayan buruk dan makan bersama dengan para pelayan.
Nah, aku bersyukur karena tidak pernah bertemu lagi dengan kakakku semenjak hari itu.
Kukira, karena tidak memilih bertunangan dengan pangeran, aku mendapatkan perlakuan yang semakin kasar tiap harinya dari para saudaraku.
Srok.
Srok.
Srok.
"Nona, apakah Anda memerlukan bantuan?" tanya Flora di dekatku khawatir.
"Tidak apa-apa. Lagipula, sebentar lagi langit-langitnya akan bersih," ujarku dengan tenang.
"Ta—tapi..." ujar Flora khawatir.
Saat ini, aku sedang membersihkan langit-langit loteng tempatku tidur karena memiliki banyak sarang laba-laba dan sangat kotor karena debu.
Nah, sudah terlihat bersih.
Kemudian, aku turun dari tangga dan meletakkan sapu yang kugunakan untuk membersihkan langit-langit di sudut kamarku.
"Apakah Anda telah makan siang, Nona?" tanya Flora khawatir.
"Belum..." ujarku sedikit lemas.
"Jika begitu, saya akan mengambil makanan untuk Anda," ujar Flora bereaksi berlebihan dan beranjak pergi.
"Tidak, aku ikut denganmu," ujarku lugas.
"Ta—tapi..." balas Flora rumit.
"Nah, jika saudaraku mengetahui makananku diantarkan olehmu, ia akan membentakku lagi," ujarku dengan tersenyum lemah.
"Maafkan saya, Nona," sesal Flora dengan menunduk.
"Tidak apa-apa. Ayo turun," ujarku dengan membuka pintu loteng dan keluar diikuti oleh Flora.
Saat dalam perjalanan di lorong yang menuju kantin pelayan, terdengar kakakku berteriak, "Celine, dimana kau?!"
Kemudian, aku mendekati sumber suara tersebut dan menemukannya duduk di sebuah sofa yang berada di ruang utama mansion.
"Kemana saja kau?!" ujar Ben kesal.
"Ma—maafkan saya, Tuan Muda," balasku gelisah.
"Cih, lupakan. Keluarga Terra telah secara resmi mendukung Pangeran Pertama untuk suksesi tahta, jadi jangan sekali-kali kau mendekatinya!" ujar Ben kesal.
"Baik, Tuan Muda," balasku dengan menunduk.
"Pergilah, kau membuat mataku sakit," timpal Ben kesal.
"Mohon maaf, Tuan Muda. Permisi," ujarku dengan menunduk dan mundur keluar ruangan.
Mengapa Keluarga Terra mendukung Pangeran Pertama meskipun aku tidak bertunangan dengannya?!
Bukankah itu berarti skenarionya kembali seperti semula?!
"Ada apa, Nona? Mengapa Anda menangis?" tanya Flora khawatir.
Eh?!
Ketika aku menyentuh wajahku, aku baru mengetahui apabila air mataku menetes.
"Ti—tidak apa-apa, mari bergegas," ujarku panik dan berlari menuju kantin pelayan.
"Nona!" ujar Flora saat mengikutiku.
Bukan seperti ini!
Mengapa?!
Aku telah menghindari death flag, namun mengapa aku semakin terpuruk?!
Tidak apa-apa.
Setelah aku belajar di Akademi selama 3 tahun, aku akan menuju ke wilayah Artrez untuk tinggal bersama ibuku dan memulai kehidupanku yang baru.
Aku harus sabar dengan perlakuan buruk ini untuk sementara waktu.
Benar.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
M A
Nanggung thor wkwk maunya marathon
2021-04-17
4
ㅤ
aduh kasihan kan adeknya.....
2021-04-17
9