Tahun Suci 1297, Bulan Kedua.
Guild Pedagang, Distrik Komersial Kota Athen.
Akhirnya!
Yang kutunggu-tunggu!
Setelah aku memasuki guild, terlihat hampir semua orang yang memiliki kesibukan yang luar biasa. Orang-orang di dalam guild tidak peduli kepadaku yang telah memasuki gedung.
Hm?
Aku melihat gelagat mencurigakan seperti orang militer dari beberapa orang di dalam guild yang sedang duduk dan membaca sesuatu.
M—mengapa?!
Jika kalian hanya berdiam diri dan mengawasiku, pergilah!
Kalian hanya memenuhi tempat ini!
Kemudian, aku melangkah menuju konter resepsionis bersama 3 orang pengawalku dan berbaris. Namun, tiba-tiba Barrack bergerak maju ke orang yang berbaris di depanku.
"Oi, minggir," ujar Barrack mengintimidasi.
Ap—apa yang kau lakukan?!
"Hah?! Aku telah berada di sini terlebih dahulu," balas seorang pria muda di depanku.
"Ya, jika kamu ingin menuju resepsionis, harap antre," ujar seorang wanita di depan pria itu.
"Hah?! Apakah kau tidak mengetahui bila beliau ini merupakan Putra Margrave?!" teriak Barrack dengan keras.
Sial, apa yang kau katakan?!
"Eh?!" ujar hampir seluruh orang di guild.
Kuh.
Kemudian, aku merapalkan "Non-elemental Magic: Body Strenghening" dengan lirih lalu melompat dan memukul kepalanya.
"Aduh! Ap—apa yang Anda lakukan, Tuan Muda?!" ujar Barrack kesakitan dengan memegangi kepalanya.
"Tidak apa-apa! Jadi, harap lanjutkan seperti biasa! Kalian juga, lakukan kembali pekerjaanmu!" teriakku memaksa.
Kemudian, ada seorang gadis kecil berambut biru muda yang berumur sekitar 6 tahun mendekatiku lalu bertanya dengan polos, "Um, apakah kamu yang menyelamatkan kakakku tadi malam?"
"Hm? Siapa?" balasku heran.
Lalu, seorang pria paruh baya bergegas menuju ke arahku lalu berkata, "Apakah Anda adalah Tuan Vex? Terima kasih telah menyelamatkan anak saya yang telah diculik oleh Guild Lemon!" dengan menunduk dalam.
"Eh?!" ujarku terkejut.
"B—benar! Beliau merupakan Tuan Vex, sesuai dengan apa yang dirumorkan!" teriak seorang wanita di dekatku.
"Apakah beliau yang telah mengalahkan Dark Guild Lemon sendirian?" tanya seorang pria paruh baya seolah tidak percaya.
"Itu benar! Dia dipanggil Dewa Kematian karena mata merahnya yang menyala saat membunuh para orang jahat itu dan menolong para wanita dengan cepat!" teriak seorang resepsionis.
Setelah resepsionis berkata demikian, hampir seluruh orang berusaha mengerumuniku, namun aku beruntung telah dijaga oleh para pengawalku.
Kuh, mari kabur!
Saat itu, seorang resepsionis wanita mendatangiku dan berkata dengan cepat, "Tuan Muda, harap ikut dengan saya!"
Aku mengikutinya dengan menyelinap diantara kerumunan orang dan menaiki lantai 2 lalu dibimbing menuju suatu ruangan privat.
Lain kali, aku pasti tidak akan membawa Barrack sebagai pengawalku.
Menyebalkan.
Setelah aku dipersilakan duduk, resepsionis itu kemudian bertanya, "Um, apakah Anda benar-benar Tuan Vex?"
Aku mengalihkan pandanganku dan berkata, "T—tidak... kok?"
"T—tapi mengapa di pakaian Anda terlihat ada lambang Keluarga Artrez?" tanya resepsionis itu seolah takut.
"Kuh, aku mengakuinya!" teriakku kesal dengan memukul meja di depanku.
"E—ek!" ujar resepsionis itu ketakutan.
"Jadi, aku ingin membuka suatu perusahaan dengan cepat!" balasku berteriak.
"B—baik, Tuan! S—saya akan membawa Kepala Guild Pedagang Kota Athen!" balas resepsionis itu ketakutan dan membungkuk dalam lalu pergi dengan langkah kilat.
"Ti—tidak perlu, oi!" teriakku namun resepsionis itu tetap meninggalkanku.
Kuh, menyebalkan!
Setelah menunggu beberapa saat, seorang pria tua bersama resepsionis yang menemaniku tadi memasuki ruangan.
"Selamat datang di Guild Pedagang Cabang Kota Athen, Tuan Muda. Perkenalkan, saya adalah Vector Blouse, Kepala Guild Pedagang Kota Athen," ujar Vector lalu menunduk diikuti oleh resepsionis tadi.
"Oh, iya. Saya adalah Vex von Artrez, Putra Margrave Artrez. Ah, silakan duduk," balasku menanggapi.
Kemudian, Vector duduk lalu bertanya, "Apa yang dapat saya bantu untuk Anda?"
"Saya ingin membuka perusahaan atau toko," balasku cepat.
"Hou, perusahaan yang bagaimana, Tuan Muda?" ujar Vector dengan menyipit seolah curiga.
"Hmm, apakah Anda ingin kejutan, Kepala?" balasku dengan tersenyum.
"Begitu, sebenarnya Anda harus memiliki wali ketika mendaftar menjadi anggota guild bila berusia dibawah 13 tahun," ujar Vector.
"Ah, tidak apa-apa. Saya telah mendapatkan izin dari ayah. Ayahku telah menjadi penjaminku," balasku dengan menyerahkan surat yang disegel dengan lambang Keluarga Artrez.
"Untuk lokasi toko, saya meminta tanah yang tidak terlalu ramai," tambahku.
"Begitukah? Di kota ini terdapat beberapa yang sesuai dengan kriteria Anda," balas Vector saat menerimanya lalu mengeluarkan peta yang tidak terlalu detail dan menunjukkannya padaku.
Aku melihat ada beberapa lokasi yang telah ditandai, ada yang berada di dalam distrik kelas atas, distrik komersial, distrik kelas bawah, distrik perumahan, dan beberapa tempat lainnya.
Begitukah?
"Ah, aku menginginkan di distrik kelas bawah itu," ujarku.
Vector mengerutkan kening dan bertanya, "Anda cukup aneh, bukan?"
"Yah, tidak apa-apa," balasku seolah tidak peduli.
"Kemudian, untuk pembiayaan awal, pendaftaran sebagai anggota, serta pajak awal secara keseluruhan berjumlah sebanyak 5 koin emas. Untuk lokasi toko tersebut, jika Anda bermaksud membelinya, itu dihargai sebanyak 5 koin emas merah," ujar Vector tanpa terganggu.
"Begitu," balasku dengan menyerahkan 1 koin platinum kepada Vector.
Di dunia novelku ini, aku menerapkan mata uang yaitu koin logam yang berupa besi, tembaga, tembaga besar, perak, perak besar, emas, emas besar, emas merah, dan emas putih atau platinum dengan masing-masing memiliki nilai sebanyak sepuluh kali lipat.
Jika aku membeli makanan secara normal di kota ini, mungkin itu hanya dihargai sebanyak 5-8 koin besi. Untuk penginapan kelas atas, mungkin dihargai sekitar 1-5 koin perak permalamnya.
Yah, mungkin harga di ibukota lebih tinggi daripada di kota ini.
"Anda mendapatkan pembiayaan yang cukup besar, bukan?" ujar Vector tersenyum sinis dan mengeluarkan kembaliannya.
"Hahaha," ujarku tertawa kering dan menerimanya.
"Jadi, mengapa Anda ingin membuka toko?" tanya Vector dengan tajam.
"Sudah kubilang, apakah Anda ingin kejutan, Kepala?" balasku tersenyum.
"Begitukah? Jika seperti itu, harap buat saya terhibur dalam satu tahun. Saya akan selalu menantikan perkembangan Anda," balas Vector dengan tersenyum lalu menuliskan beberapa dokumen dan menyerahkannya kepada resepsionis.
Baik, mari kita mencari sumber daya untuk setelah ini.
...----------------...
Tahun Suci 1297, Bulan Ketiga.
Hutan Monster, Wilayah Barat Margrave Artrez.
Sudah sekitar sebulan semenjak aku membuat perusahaanku. Setelah aku membeli toko, aku merekonstruksi bangunan itu kembali karena tidak sesuai dengan seleraku.
Aku membuat toko bergaya klasik yang memiliki 4 lantai dan beberapa gudang di belakangnya, namun itu tetap saja memiliki halaman belakang yang sangat luas.
Yah, lagipula aku belum aktif dalam melakukan penjualan.
Saat ini, aku sedang mencari sumber daya yang telah aku temukan di hutan monster karena terinspirasi dengan pedagang sate daging yang saat itu kutemui.
Singkatnya, aku menemukan garam batu dengan sihir pencarian mineralku. Namun, itu berada di pinggiran hutan.
Namun, ada suatu hal yang aku merasa tidak pada tempatnya.
"Mengapa ayah dan ibu mengikutiku?" tanyaku dengan mengerutkan kening saat kami sedang berjalan.
"Hmm, tidak ada anak berumur 8 tahun yang memasuki hutan monster sendirian, Vex," balas Anna lugas dengan membawa tongkat sihir seperti tombak.
"Ayah juga sesekali harus berlatih untuk berburu monster agar tubuh ayah tidak kaku," balas Roxes dengan memutar pedangnya.
"N—namun, mengapa kita membawa satu batalyon tentara?!" tanyaku berteriak.
Ya, kami bertiga dibersamai dengan 600 orang tentara pribadi Margrave.
"Hmm? Bukankah kamu bermaksud menemukan sumber daya yang belum ditemukan? Ayah membawa tentara juga agar mereka tidak tumpul, Vex," balas Roxes riang.
"Lagipula, ibu juga membawa satu peleton penyihir pribadi milik ibu," balas Anna riang.
Apa?!
"I—ibu memiliki satu peleton tentara pribadi?!" timpalku terkejut.
"Hm? Ibu adalah Kepala Divisi Penyihir Tentara Barat, Vex," balas Anna dengan tersenyum.
Hah?!
"Lagipula, Anna adalah mantan penyihir istana," tambah Roxes bangga.
M—mengapa aku baru mengetahuinya?!
Namun, Tentara Barat?
Mengapa aku tidak mengetahui hal itu?!
"Um, ayah..." tanyaku gelisah.
"Ya, apa itu?" balas Roxes tersenyum.
"Apa itu Tentara Barat?" tanyaku gelisah.
"Itu merupakan tentara gabungan bangsawan di wilayah barat Kerajaan Vetra. Pemimpin tertingginya disebut sebagai Gubernur. Untuk Tentara Barat, pemimpinnya adalah Margrave Artrez selaku pemilik militer terkuat," balas Roxes bangga.
"Tugas Gubernur adalah bertindak sebagai wakil raja selama masa perang. Apapun yang diperintahkan oleh gubernur, itu memiliki bobot setara keluarga kerajaan di masa perang," tambah Anna bangga.
Hah?!
Ak—aku tidak pernah menuliskan hal ini!
Na—namun, aku dapat memanfaatkan ini.
Ya, mari serang dan bantai Kekaisaran Dormus setelah raja meninggal dan pangeran melarikan diri.
Kemudian, ibu merangkulku lalu berkata, "Vex, apakah kamu ingin tahu kisah pertemuan ibu dengan ayahmu?"
Hah?! Mengapa aku harus?!
"T—tidak..." balasku seolah malas.
"E—eh," ujar Anna dengan ekspresi seolah akan menangis.
"Ya..." balasku kalah.
"Baik! Pertemuan kami dimulai pada saat kami berusia sekitar 17 tahun. Saat itu, Kekaisaran Dormus menyatakan perang kepada kami, ibu—" kata Anna senang namun tersela.
Saat ibu berbicara, tiba-tiba terdapat iblis harimau yang lolos dari tentara di depan kami dan menyerang ke arah kami.
HAARGGH!
"Cih, mengganggu. Ice Magic: Ice Spear," ujar Anna kesal dan menembakkan tombak es berkekuatan tinggi ke arah monster.
ARGH!
D—dia mati. Apalagi, hanya dengan satu serangan...
Ibuku menakutkan!
"L—luar biasa..." ujar seorang wanita penyihir.
"Kepala Divisi Penyihir bukanlah tanpa alasan..." ujar tentara yang lain.
"Saat itu, pasukan seluruh Bangsawan Kerajaan Vertra bergerak bersama karena Kekaisaran Dormus menyerang dengan 1 juta tentara," ujar Anna tanpa terganggu.
"B—begitu," balasku gelisah karena ketakutan terhadap sikapnya.
Namun, bukankah ibu berusia sekitar 25 tahun?!
Apakah ibu melahirkanku saat ibu berusia 17 tahun?!
G—gila...
Perjaka tua sepertiku telah dikalahkan.
Ak—aku depresi.
"Saat itu, ibu memimpin satu peleton penyihir kilat untuk menyerang garis belakang musuh. Singkat cerita, kami berada dalam keadaan terjepit, namun tiba-tiba ibu melihat ayah memimpin pasukan kavaleri dengan cepat. Saat itu, ayahmu sangat keren sekali," balas Anna riang.
"Jangan katakan itu, kamu membuatku malu, Sayang," balas Roxes.
Kuh, kita hampir mencapai tujuan!
Mari hentikan obrolan tidak berguna ini!
"I—ibu! Kami hampir sampai!" ujarku menyela dengan keras dan melepaskan diri dari rangkulannya.
"E—ehh, tidak..." balas Anna seolah akan menangis.
Mengapa ibu tidak mempedulikan sekelilingmu?!
Lihat, bahkan para tentara sedang melawan monster ketika kami sedang berbicara!
Setidaknya, bantu mereka! Bukankah ibu sangat kuat?!
"A—ayah! Di depan kami terdapat bongkahan garam batu dalam jumlah besar!" balasku tergesa-gesa.
"Eh, dimana?" tanya Roxes balik.
"Aku tidak melihatnya," ujar Anna setelah melihat sekeliling.
"Um... di bawah tanah..." balasku lirih.
"Eh? Mengapa kamu dapat mengetahuinya, Vex?" tanya Anna curiga.
Sial!
"T—tidak! H—hanya firasat! Benar!" balasku gelisah.
"Begitukah?" timpal Anna dengan menyipitkan matanya.
Ku!
"Jujur saja, tidak apa-apa. Kami tidak akan memarahimu," balas Roxes tenang.
Kuh, aku tidak dapat mengelak bila sudah seperti ini!
"S—sebenarnya... saya dapat menggunakan sihir pencarian..." ujarku dengan mengalihkan pandanganku.
"Bagaimana kamu dapat melakukan itu?! Bukankah kamu belum dapat menggunakan sihir?!" tanya Anna dengan mendekatiku lalu memegang tanganku.
"Y—yah, hanya membaca buku?" ujarku gelisah.
"Hmm, tapi tidak ada buku sihir di dalam kastil yang membahas sihir seperti itu," balas Anna curiga.
Gut.
"Saya dapat memodifikasinya..." kataku lirih menanggapinya.
"Begitukah?! Coba tunjukkan!" balas Anna bersemangat dan melepaskan tangannya.
"I—iya, Bu," timpalku sedikit tersentak.
"Search: Mineral Finder," ujarku merapal mantra lalu terlihat garis yang menghubungkan mataku dengan target.
Hmm, ada garis lain, bukan? Mari kita menggalinya nanti.
"Garis apa ini?" tanya Anna penasaran.
"Um, itu menujukkan suatu mineral yang terkubur, Bu," balasku.
"Search: Mineral Finder," kata Anna merapal mantra.
Hmm? Tidak ada apapun?
"Eh?! Mengapa?!" ujar Anna shock karena tidak ada yang muncul dan jatuh tersungkur dengan menahan tubuhnya di tanah.
"Anakku sangat hebat!" ujar Roxes bangga.
"Ak—aku dikalahkan..." ujar Anna shock.
"Jadi, Vex, harap untuk tidak memberi tahu siapapun mengenai sihirmu," ujar Roxes tegas.
Ya, aku tidak akan memberi tahu siapapun.
Sebenarnya, itu juga termasuk pada kalian!
"B—baik, ayah!" balasku tegas.
"Kalian juga," ujar Ayah kepada para tentara.
"Ya, Pak!" balas para tentara.
"Nah, ayah juga tidak ingin kalah. Lihatlah spesialisasi sihir Keluarga Artrez," ujar Roxes riang.
Apa itu?!
Aku tidak pernah menuliskan hal itu!
Mengapa ada banyak hal dari novelku yang tidak aku ketahui?!
"Sword Skill: Shock Wave," ujar Roxes dengan menusukkan pedangnya ke tanah.
Kemudian, tanah di depan kami perlahan-lahan longsor dan sesekali terdapat aliran listrik berwarna kuning yang muncul ke atas.
"G—gila..." ujarku keheranan.
"Um! Itulah Roxesku yang keren," balas Anna bangga.
"Hahaha," balas Roxes tertawa malu.
Sudah cukup! Jangan menggoda di depanku!
Kuh, lain kali jika aku telah dewasa dan telah memiliki tunangan, aku akan membalas kalian!
Lihat saja!
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Riyu AM
gila... gila... kenapa bru sekarang nemu novel sekeren ini, wifi ku mau abis lgi ahh... g thu bsa sampai mna bacanya moga g tanggung
2023-04-21
1
Fixcy Xi
masih coba.pengennya nyari cerita mcnya yg ngga down.bisa dibilang sesuai asli
2021-07-21
0
[🍀F i t r i🍁]
Semangat up
2021-05-28
2