Tahun Suci 1297, Bulan Kedua.
Aula Latihan, Barak Ksatria Margrave Artrez.
"Lambat!" teriakku mengejutkannya saat mengayunkan pedang secara vertikal dari belakang Etole.
KLANG!
B—bagaimana bisa?!
Padahal, aku menebasnya dari titik butanya!
Saat aku masih tercengang, tiba-tiba Etole berbalik ke arahku dengan mengarahkan pedang kayunya, dan berteriak, "Kamu menjadi lebih baik, Tuan Muda!"
"Ugoh," ujarku saat terpental terkena pedang kayu.
Kuh, pengalaman seorang bocah dan mantan orang biasa sangatlah berbeda jauh dengan jenderal perang yang sebenarnya.
Sejak aku merasakan keadaanku yang lebih baik, aku memaksakan diri untuk berlatih berpedang bersama Etole meskipun dia sedikit menolakku karena kondisiku yang masih kurang baik.
Aku bersikeras melakukannya karena aku hanya memiliki jangka waktu selama 3 tahun. Dalam 3 tahun ini, aku harus memiliki kekuatan yang setara dengan Jenderal Utama Margrave Artrez sehingga aku mampu mendukung cerita yang akan berlangsung.
Aku berlatih dengan Etole karena dia merupakan mantan tangan kanan kakekku, Margrave Artrez terdahulu, dalam beberapa perang yang telah berlangsung diantara Kekaisaran Dormus dan pihak kami sehingga Etole memiliki pengalaman yang berlimpah.
Kemudian, Etole mengulurkan tangannya kearahku, lalu berkata, "Nantinya bila Tuan Muda telah mendapatkan kekuatan yang cukup, saya percaya Tuan Muda dapat bersanding dengan Kakek Anda. Gahaha."
Aku menerima uluran tangannya untuk bangkit, dan membalas, "Terima kasih telah selalu menerima permintaan egoisku, Etole."
"Sebagai satu-satunya penerus Margrave, Anda memang diharapkan untuk menjadi seperti ini, Tuan Muda," timpal Etole dengan tersenyum.
Jika aku melihat diriku selama pelatihan ekstrim dari beberapa hari yang lalu, bukankah tubuh ini cukup mampu?
Bahkan, aku memulai pelatihan sejak pagi tadi dengan berlari mengelilingi barak dengan keliling sekitar 3 kilometer sebanyak 20 kali.
Lagipula tidak ada gadget di dunia ini, jadi aku menghabiskan waktuku dengan melakukan pelatihan dan pembelajaran. Namun, aku menjadi cukup bosan karenanya.
Nah, mari beristirahat untuk saat ini.
Aku sangat lelah.
Kemudian, aku menuju pinggir lapangan dengan Etole untuk duduk. Setelah aku duduk di kursi yang tersedia, Scilla mendekatiku dan berkata, "Terima kasih atas kerjasamanya, Tuan Muda," sembari memberikan handuk basah dan air kepadaku dengan tersenyum.
"Ah, terima kasih, Scilla," ujarku saat menerimanya.
Saat aku melihatnya dengan seksama, bukankah Scilla terlihat seperti gadis yang baru lulus sekolah menengah dan akan bekerja?
Umurmu sekitar 18 tahun, bukan?
Nah, mari tidak bertanya tentang umurnya.
"Jika begitu, mari cukupkan pelatihan untuk hari ini. Tulang tua saya juga sudah cukup lelah untuk menghadapi semangat muda. Gahaha," ujar Etole riang dengan tertawa seperti kakek-kakek.
"Ah, terima kasih, Etole. Mari lanjutkan besok," balasku setelah meminum air.
"Baik, Tuan Muda. Saya menantikan hari esok," timpal Etole tersenyum lalu membungkuk dan pergi.
Setelah melihat Etole pergi, Scilla berkata dengan hangat, "Tuan Muda, Nyonya memanggil Anda untuk makan siang bersamanya."
B—begitu.
Yah, bukannya aku malu untuk berkumpul dengan ibuku.
Dia pasti khawatir setelah aku tidak sadarkan diri selama 5 hari.
"Baik, mohon bimbing aku, Scilla," ujarku menyetujuinya.
"Silakan ikut dengan saya, Tuan Muda," balas Scilla.
Namun, aku masih bau. Mari bersihkan terlebih dahulu.
"Tunggu sebentar, Water Magic: Cleanse," ujarku dengan merapal mantera agar tubuhku bersih.
"Eh?! Apa yang Anda lakukan, Tuan Muda?!" tanya Scilla terkejut.
"Hm? Aku hanya membersihkan diriku," balasku heran.
"N—namun, bukankah Anda belum dapat menggunakan sihir?" timpal Scilla gelisah.
Heh?!
Sial, aku lupa!
Aku bersyukur bahwa hanya ada aku dan Scilla di tempat ini. Karena dia merupakan pelayan dan orang biasa, pendidikannya tidak setinggi itu.
Mari berikan alasan acak agar dia percaya kepadaku!
"Um, sebenarnya itu merupakan sihir yang baru-baru ini kupelajari dari buku. Aku menyembunyikan kemampuan sihirku ini untuk mengejutkan ibu dan ayah!" balasku berpura-pura riang.
"Oh, begitu. Seperti yang diharapkan dari Tuan Muda!" timpal Scilla bangga.
I—itu berhasil!
Ak—aku tidak menyangka dia akan percaya dengan alasan acak seperti itu.
Mari tambahkan asuransi untuk keamanan diriku!
"Jadi, aku harap kamu tidak mengatakan apapun tentang kemampuan sihirku kepada siapapun, oke?!" ujarku memaksanya.
"Baik, Tuan Muda! Saya berjanji!" balas Scilla dengan senang.
Sukses!
Ya, aku akan lebih berhati-hati di masa depan karena aku karakter figuran!
"Um, jadi tolong bimbing aku menuju ibuku," ujarku mengalihkan topik.
"Baik, Tuan Muda," balas Scilla lalu mulai berjalan memanduku.
Kemudian, aku dibimbing menuju taman bunga untuk makan siang bersama ibuku.
Mengapa ibu makan di tempat seperti ini?
Ayahku juga sangat toleran, bukan?
Saat kami mendekatinya, terlihat bahwa ibu berada di dalam gazebo dan ditemani oleh Ayah.
Kuh, me—mengapa aku harus makan siang dengan melihat mereka saling menggoda?!
Jiwa dewasaku tidak cukup kuat menanggungnya.
"Tuan Roxes, Nyonya Anna, saya telah membimbing Tuan Muda menuju tempat ini," ujar Scilla untuk memanggil orang tuaku dari luar gazebo.
"Oh, Vex, kamu telah datang," ujar ayah bahagia.
Gut.
Kemudian, aku memasuki gazebo dan duduk bersama dengan orang tuaku.
Sesaat setelah aku duduk, ibu berkata dengan mata berkaca-kaca, "V—Vex, apakah kamu telah memasuki masa pemberontakan?"
Hm?
"Apa yang ibu maksudkan?" tanyaku penasaran.
"Rambutmu dalam keadaan yang tidak rapi," balas Ibu seolah sedih.
Ya, aku mengacak-acak rambutku karena sebal dengan penampilan orang polos seperti itu.
"Um, i—itu..." balasku bingung.
"Tidak apa-apa, kurasa tren yang berkembang saat ini adalah model rambut yang seperti itu. Kurasa Vex melakukannya agar menarik perhatian para gadis," balas ayah dengan hangat.
"B—begitukah?" timpal ibu terkejut.
Ku!
"Ah, um, iya..." balasku dengan bingung.
Kemudian, ibuku mendekatiku dan memelukku sembari berkata, "Uuu, tidak terasa kamu sudah besar, kan?"
H—hentikan!
Aku malu!
Lihat, Scilla sedang melihatku!
"A—ah, i—iya, Bu," balasku dan menjauhkannya.
"Eehh?!" timpal ibu dengan mata seolah akan menangis saat aku menjauhkannya.
"S—saya sudah besar, Bu," kataku malu.
"O—oh, ya, kurasa ibu jarang menghabiskan waktu denganmu sehingga tidak mengetahui kamu telah tumbuh," balas ibu sedih.
"Um, nanti saya akan lebih sering meluangkan waktu bersama ibu dan ayah," kataku untuk menghilangkan suasana kusam ini.
"Begitu, janji, oke?!" balas ibu memaksa.
"Ah, iya. Baik, Bu," timpalku dengan tersenyum paksa.
Saat kami berbicara, ayah hanya menatap kami dengan hangat, lalu dia berkata, "Baiklah, mari menyantap hidangan bersama."
Setelah itu, kami makan bersama dengan suasana yang hangat dan tentram.
...----------------...
Kamar Pribadi Vex, Kastil Margrave Artrez, Kota Athen.
Malam Hari.
Aku memikirkannya sejak tadi.
Apa yang harus aku lakukan agar cerita ini berjalan dengan lancar?
Singkatnya, aku membutuhkan suatu kelompok pendukung. Aku juga membutuhkan pendanaan yang besar agar tidak ada yang mengintervensi cerita ini.
Namun, melihat kembali sikap orang tuaku yang seperti itu, aku menilai bahwa aku tidak dapat melakukannya secara terang-terangan.
Apalagi, bila ibuku mengetahui aku melakukan perbuatan aneh, pasti aku tidak akan lepas dari ceramahnya yang berlangsung hingga berjam-jam.
Jadi, mari melakukan eksplorasi di malam hari saat semua orang telah tidur. Setelah itu, aku juga akan membuat perusahaan perdagangan untuk mendanai apa yang akan aku lakukan.
"Stealth: Night Walker," ujarku merapal mantera.
Aku juga cukup heran, mengapa aku dapat melakukan casting mantera aneh ini meskipun semua orang di dunia ini hanya dapat melakukan sihir seperti emisi?
Yah, mari jangan memikirkannya.
Kemudian, aku mengambil belati beserta jubah hitam dan membuka jendela lalu melompat keluar. Ketika aku mencapai tanah, rumah ini terlihat besar dan cukup terang, bukan?
Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki yang mendekatiku.
Siapa?! Penjaga?!
Kemudian, aku melompat untuk bersembunyi di balik semak-semak dengan skillku yang masih aktif.
"Kevin, apa yang kau lakukan tadi siang?" tanya seorang penjaga muda yang sedang berpatroli.
"Hah? Aku hanya berlatih pedang," balas Kevin.
Hmm? Mengapa kalian tidak memperhatikanku?
Skill ini luar biasa, bukan?
Yah, aku authornya.
Kemudian, aku mendekati mereka yang sedang berjalan dan melambaikan tanganku di bidang penglihatan mereka.
Bagus, mereka tidak melihatnya!
Mereka juga tidak mendengar suara langkah kakiku yang aku hasilkan.
Saatnya menyelinap!
Aku datang ke pintu utama rumahku dan menyelinap dengan aman tanpa ketahuan ke luar tembok di bawah bukit. Tapi, bila kulihat kembali, rumahku ternyata seperti kastil di atas bukit, bukan?
Bahkan, di luar pintu Kastil Artrez juga terdapat tembok yang mengelilinginya.
Jika dibandingkan dengan duniaku sebelumnya, rumahku terlihat seperti Kastil Hohensalzburg dengan dikelilingi tembok di bawah buktinya. Juga, barak ksatria yang kudatangi saat pelatihan biasa ternyata berada di dalam tembok yang mengelilingi bukit.
Luar biasa.
Bahkan, Kota Athen yang mengelilingi Kastil Artrez yang kulihat saat perjalananku menuruni bukit juga sangat luas dan dikelilingi oleh 3 lapisan tembok.
Aku cukup terkejut karena aku hampir tidak menuliskan apapun tentang Vex kecuali keluarganya.
Nah, mari fokus dengan urusanku.
Aku memasuki Kota Athen yang tidak pernah tidur dan menyelinap menuju distrik kumuh.
"Search: Terrain Map," ujarku merapal mantera lalu di bidang penglihatanku muncul lingkaran berbentuk seperti radar yang berisi titik-titik berwarna kuning.
Apakah tanda ini berarti orang?
Mari kita periksa.
Kemudian, aku mendekati tanda kuning yang memiliki banyak orang itu dan menemukan sebuah rumah lusuh.
Hm?
Aku cukup penasaran.
"Non-elemental Magic: Body Strengthening," ujarku merapal sihir penguatan dan melompat menuju jendela di loteng.
"Hup," ujarku saat menggapai jendela dan mengangkat tubuhku untuk memasukinya.
Mari buat asuransi untuk kabur jika aku berada dalam bahaya.
"Stealth: Eliminate Presence, Stealth: Magic Cloak, Stealth: Assassinate," ujarku merapal mantera.
Kemudian, aku mengeluarkan belatiku dan mengendap-endap tanpa kehadiran dan tanpa reaksi mana keluar dari loteng lalu menemukan banyak orang yang sedang mabuk dan ditemani banyak wanita.
Apakah ini guild gelap?
Cih, kalian membuatku kesal. Mengapa kalian bertingkah sesuka kalian di dalam area kekuasaanku?
Tidak, aku masih pewaris.
Tapi!
Aku sangat kesal.
Lalu, aku turun dan dengan cepat menebas leher semua orang yang ada di dalamnya.
"Ugoh," ujar beberapa orang yang telah terkena belatiku.
"Kyaaa!" teriak beberapa wanita ketakutan.
Hmm, meskipun aku barusan membunuh, aku tidak merasakan apa-apa.
Apakah jiwaku yang telah berasimilasi dengan keadaan dunia ini?
Kemudian, aku mendekati para wanita dan berkata, "Oi, kalian tidak apa-apa?"
"Hiiii, m—maaf!" ujar seorang wanita ketakutan.
"D—Dewa Kematian!" teriak wanita yang lain ketakutan.
"Cih, pergilah," balasku kesal.
Para wanita itupun pergi meninggalkan rumah dengan langkah yang terburu-buru.
Mengapa kalian bersikap seperti itu?
Aku menyelamatkan kalian, tahu?
Kemudian, aku tanpa sengaja melihat bayangan diriku yang terpantul melalui sebuah perisai yang ditinggalkan.
Hm?
Aku melihat seorang anak kecil memakai jubah hitam namun wajahnya tidak terlihat. Ya, hanya terlihat mata merahku yang menyala.
Sial!
Bukankah aku menakuti mereka?!
Ah, tidak masalah.
Kemudian, aku mendekati lantai atas dan menemukan satu tanda kuning di dalam ruangan.
Siapa?
Tanpa berpikir panjang, aku menyelinap masuk dan mengarahkan belatiku di leher seorang pria paruh baya berambut coklat seperti preman yang sedang membaca catatan dan duduk di bangku dengan meja di tengah ruangan.
Kemudian, aku membatalkan sihirku, dan berkata, "Mati jika berbuat aneh."
"Eh?!" ujar pria paruh baya terkejut.
"S—sejak kapan?!" tambah pria itu gelisah.
"Hmm? Sejak tadi?" balasku heran.
"Gut, siapa kau?!" tanya pria itu dengan keras.
Tidak ada yang berniat memperkenalkan diri saat sedang menyusup, kau tahu?
"Oi, apa yang kau inginkan?" tanyaku balik acuh tak acuh.
"Apa maksudmu?!" balas pria itu gelisah.
"Oi, jadilah kaki tanganku. Jika kau menginginkannya, aku akan memberikan apapun yang kau inginkan," ujarku dengan riang.
"Hah?!" balas pria itu bingung.
"Ya, pikirkan baik-baik terlebih dahulu. Aku akan menemuimu besok saat tengah hari di tempat ini," balasku acuh tak acuh lalu dengan cepat menyelinap pergi.
"Oi, siapa kau?!" balas pria itu namun aku telah beranjak pergi.
Ya, langkah pertama telah dilakukan untuk mendukung ceritaku yang akan berlanjut.
Mari kita perbanyak dukungan dan berlatih keras untuk saat ini.
Aku tidak sabar melihat bagaimana ini berlanjut.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Vemas Ardian
oooo ini intinya si vex buat alur sendiri buat kehidupannya?
2022-10-14
0
ichika
oh ia thor gue mau nanya lu itu cewe, cowok, gay, banci, atau apa lah. mau naya doang penasaran.
2021-06-25
1
ichika
wah mantap si ni novel ceritanya dah gak bisa di raguin lagi mantap betul dan yg paling penting mc nya gak naif.
2021-06-25
2