Tahun Suci 1299, Bulan Kedua Belas.
Perbatasan Wilayah Margrave Artrez.
Sudah sekitar dua minggu semenjak aku pergi dari Kota Athen dan menuju ke arah timur dimana Ibukota Kerajaan Vetra berada. Ketika aku bertanya pada Kevin, aku diberitahu bahwa kami masih berada di dalam Wilayah Artrez.
Nah, kira-kira kami mungkin hanya melakukan perjalanan selama sekitar 8 jam perharinya dengan kecepatan sekitar 10 km/jam, mungkin?
Tidak, mungkin kurang dari itu mengingat kami adalah rombongan besar.
Tetap saja, wilayah ini benar-benar sangat besar, bukan?
Nah, aku tidak tahu berapa luas Wilayah Artrez yang berada di utara yang notabene merupakan penghasil gandum dan wilayah selatan yang lebih aman karena jauh dari Kekaisaran Dormus mengingat Kota Athen berada di Wilayah Barat Artrez.
Jika aku melihat keluar dari gerbong kereta kudaku, aku akan menemukan tentara pengawalku yang berjumlah 40 orang yang terdiri dari ksatria, penyihir, pemanah, pendeta, dan yang lainnya.
Nah, bukankah itu terlalu banyak?!
Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh orang tuaku?!
Namun, saat ini aku sangat bosan. Aku ingin melakukan sesuatu untuk mengusir kebosanan ini.
Lagipula, aku telah memperbarui sihir yang mengkoneksikan batu sihir penyerap yang kulemparkan ke dalam Dragon Vein dengan penyimpanan mana subdimensiku menjadi terkoneksi secara otomatis bila aku berada dalam keadaan kekurangan mana atau membutuhkan mana dalam jumlah besar yang melebihi kapasitas manaku.
Ayo menguji cobanya.
"Search: Terrain Map," ujarku merapal mantra di dalam gerbong kereta kuda.
Seketika, muncul peta daerah ini yang cukup rinci yang berbentuk lingkaran dengan dengan detail yang sangat rinci.
Hmm.
Ketika aku memeriksanya, aku seperti mengingat karakteristik daerah ini ketika aku menulis dulu.
Benar!
Bukankah wilayah ini merupakan salah satu tempat persembunyian Dark Guild yang telah meneror kerajaan ini selama bertahun-tahun?!
Bukankah itu berarti mereka pasti memiliki banyak uang?!
Jika begitu, ayo serang dan rampas harta mereka!
Ya!
Kemudian, aku membuka jendela gerbong kereta kudaku dan melihat bahwa matahari akan terbenam. Aku juga melihat Kevin yang berkuda tepat di samping gerbongku.
"Oi, Kevin. Aku ingin beristirahat di pinggiran hutan malam ini," ujarku memerintah.
"Eh?! Tapi, bukankah terdapat desa yang akan kami lalui, Tuan Muda?" balas Kevin heran.
"Tidak apa-apa! Lakukan saja!" balasku memaksa dengan keras.
"Jika Anda berkata seperti itu..." balas Kevin rumit.
Kemudian, Kevin berteriak, "Berhenti! Kami akan berkemah di sisi jalan malam ini!"
"Eh?!" ujar beberapa tentara terkejut.
"Bukankah ada desa tepat di depan kita?!" protes Mine keras.
"Ini perintah Tuan Muda," balas Kevin.
"Guh!" timpal Mine seolah terpukul.
Setelah itu, semua tentara pengawalku menepi dari jalan utama dan mendirikan perkemahan di sisi hutan yang berada di sisi jalan utama.
Kami membuat api unggun dan mulai mempersiapkan makan malam.
Dalam perjalanan ini, kami tidak memakan daging kering karena kami lebih sering menginap di desa atau kota yang kami lalui.
Ketika kami bermalam di tepi jalan utama karena jarak desa yang terlampau jauh, kami tidak memakan daging kering atau roti kering karena orang tuaku membawakanku seorang koki dan beberapa bumbu serta bahan makanan lain.
Terima kasih, ayah, ibu!
Aku sangat mencintai kalian!
Nah, melihat para pengawalku yang berbahagia karena tidak memakan makanan yang diawetkan membuat perasaanku sedikit rumit.
"Silakan, Tuan Muda," kata seorang koki laki-laki saat menyerahkan piring kepadaku.
"Terima kasih," balasku dengan tersenyum.
Kemudian, Mine mendatangiku dengan tangannya yang membawa piring yang berisi makanan dan memohon untuk duduk di sampingku.
Ada apa?
"Ya," balasku lalu Mine duduk dengan sopan.
"Tuan Muda, harap untuk tidak terlalu dekat dengannya," ujar Mine dengan mengarahkan pandangannya dengan tajam kepada Kevin yang saat ini duduk di sampingku.
"Apa maksudmu?" tanyaku heran.
Ya, lagipula aku hanya duduk di sampingnya.
"Kevin akan menularkan kebodohannya kepada Anda," balas Mine serius.
"Aku tidak bodoh, kau tahu?" ujar Kevin heran.
"Hah? Lalu, mengapa kau meletakkan tenda wanita di sisi dalam dekat hutan?" balas Mine kesal.
Ya, itu benar. Lebih aman bila tenda wanita berada di dekat tendaku karena berada di tengah perkemahan.
"Hm? Aku baru tahu jika itu adalah tenda wanita," balas Kevin seolah ingat.
Kamu sangat acuh tak acuh, bukan?
"Nah, Tuan Muda. Harap untuk menjauh darinya karena dia bodoh," balas Mine serius.
Aku setuju denganmu.
"Eh? Pangkatku letnan kolonel, kau tahu? Mengapa kamu yang hanya seorang kapten memerintahku?" ujar Kevin keberatan.
Nah, bagaimana kamu membalasnya?
"Guh, itu hanya keberuntunganmu karena tidak mati di tengah medan perang!" balas Mine kesal.
"Jika dipikirkan kembali, aku hanya berlarian di medan perang dan menyarankan strategi secara acak kepada komandan disaat kami terjepit," ujar Kevin setelah menelan makananya.
Bukankah itu berarti kamu sangat pintar?
Mengapa saat itu kerajaan mendapatkan kemenangan bila strategi yang kau sarankan itu acak?
Nah, ayo melarikan diri dari medan perang ini.
Setelah aku cukup kenyang, aku bangkit dari tempat duduk dan berkata, "Belakang."
"Anda tidak perlu berterus terang seperti itu, Tuan Muda," balas Mine takjub.
"Nah, tidak apa-apa," balasku dan pergi.
Aku pergi ke balik pepohonan dimana tidak terlihat oleh para pengawalku dan merapal, "Search: Terrain Map — Radius 20 km."
Aku melihat titik-titik kuning yang agak jauh di utara dari tempat kami berkemah yang berada di dalam sebuah rumah terlantar dengan jarak sekitar 15 km.
Apakah itu tempat persembunyiannya?
Ayo bantai!
Aku mengambil jubah sihir hitamku dan belati sihirku, lalu aku merapal, "Stealth: Night Walker, Space-time Magic: Zero Range, Non-elemental Magic: Body Strengthening."
Aku melompat menuju dahan pepohonan dan menuju rumah dengan tanda kuning itu.
Ketika aku mencapainya, aku melihat bahwa rumah terlantar itu memiliki cahaya redup di dalamnya. Kemudian, aku mengganti jubah sihir hitamku dengan jubah putih yang telah kusihir dengan "Probability Manipulation: Zero Damage" untuk menguji cobanya.
Nah, mari menguping terlebih dahulu.
Aku turun dari dahan pohon dengan melompat dan menuju pintu rumah yang hampir roboh itu lalu menempelkan telingaku.
"Hahaha, apakah kau melihat ekspresi mereka saat kita mengaktifkan area anti sihir?"
"Dia berkata 'Tolong, hanya nyawa putraku.' Melihatnya benar-benar membuatku tertawa, hahaha."
"Yang paling menakjubkan ketika aku menikmati wanita mereka, itu benar-benar berbeda dengan manusia."
"Sialan, jika kau tidak membunuh mereka, aku juga dapat menikmati para vampir itu."
Hm?
Apa yang sebenarnya kalian bicarakan? Aku benar-benar tidak mengerti.
Nah, tidak masalah. Lagipula, mereka adalah Dark Guild yang memiliki banyak uang.
Mari masuki melalui pintu depan dan bantai!
BRAK!
"Hah?!" teriak beberapa orang seperti bandit di dalam rumah.
Ketika aku mendobraknya menggunakan kakiku, aku melihat situasi dimana para berandalan itu sedang mabuk.
Hmm, ada sekitar 25 orang.
"Oi, Sampah! Berikan semua uangmu dan bersujudlah jika kau tidak ingin mati!" teriakku meremehkan dengan mengangkat belati sihirku.
"Siapa kau?!" teriak seorang anggota Dark Guild.
"Serang dia!" teriak anggota yang lain.
Kemudian, mereka mulai mengambil senjata mereka dan beberapa mulai merapal sihir.
Aku berlari menuju salah satu mereka dan menghindari pedang yang diarahkan ke arah kepalaku dengan tipis lalu menggorok lehernya.
"Bodoh, jangan ma—eh?" teriak anggota yang lehernya terputus.
"Sialan! Water Magic: Water Cannon!" teriak anggota Dark Guild yang lain.
"Wind Magic: Wind Cutter!" teriak anggota lainnya.
Aku berlari menuju anggota lain yang menuju ke arahku dengan merapal, "Anti Magic: Magic Jammer."
"Eh?!" ujar anggota yang menembakkan sihir.
"Sihirku tidak keluar!" teriak anggota yang menembakkan sihir angin dengan kesal.
"Sialan!" teriak orang yang membawa kapak saat akan menebasku.
TRANG!
Aku menahan ujung kapak dengan momentum belatiku dan mengarahkan kapaknya kesamping lalu menusuk matanya.
JLEB!
"Aarghh!" teriak anggota yang memegang kapak.
Belati ini benar-benar "one hit kill," bukan?
Bahkan, serangan yang tidak fatal yang ditujukan pada target akan mati menggunakan sihir "Stealth: Assassinate."
Juga, memiliki tubuh kecil benar-benar membuatku dapat bermanuver dengan cepat.
Aku benar-benar menyukai ini, sialan!
"Tembakkan panah! Banjiri!" teriak anggota lain seperti pemimpin memerintah.
"Oke!" balas anggota yang lain.
Lalu, aku melompati perabotan di depanku dan sengaja bergerak menuju panah yang telah ditembakkan kepadaku.
"Ugh," ujarku saat terkena.
Hm?
Tidak sakit.
Jadi, uji cobaku benar-benar sukses.
"Dia tidak mati!" teriak anggota guild.
"Sialan!" balas anggota guild yang lain.
Kemudian, mereka mulai bergerak membanjiriku dengan senjata mereka.
"Space-time Magic: Dimensional Storage," ujarku lalu mengambil pedang orichalcum milikku dan sengaja berdiam ketika akan dibanjiri mereka.
Hehehe.
"Stealth: Assassinate," ujarku merapal mantra pada pedang yang kugenggam.
Saat aku hendak dibanjiri, aku memutar tubuhku yang cukup terlatih secara horizontal dengan mengarahkan pedangku pada leher mereka.
CRASH!
Saat itu, aku melihat kepala-kepala mereka yang jatuh bergelimpangan.
"Ahahahaha!" teriakku riang.
Nah, pedang orichalcum memang benar-benar luar biasa.
BRUK!
Hm?
Ketika aku mengarahkan pandanganku menuju suara itu, aku melihat ada seorang anggota guild seperti bandit yang terduduk ketakutan.
"M—Monster..." ujar anggota itu ketakutan.
Oh, dia lolos.
Aku melangkahkan kakiku untuk mendekatinya dengan mengarahkan pedangku ke arahnya.
"T—tolong! Ampuni nyawaku!" ujar anggota panik.
"Hm?" balasku heran.
"Jika kau melepaskanku, aku akan memberimu segalanya!" teriak anggota guild itu gelisah.
"Jika begitu, aku akan melepaskanmu," ujarku dengan tersenyum.
"B—benarkah?!" ujar anggota guild itu penuh harap.
"Tapi bohong," ujarku dengan tersenyum.
"Eh?" ujar anggota guild itu terkejut.
CRASH!
Seketika, kepalanya terpenggal karena tebasan pedangku. Lagipula, kepalamu juga sangat berharga.
Ya, bukankah kamu akan memberikanku segalanya?
"Hahaha!" tawaku bergema disaat aku memegangi mata merahku yang menyala.
Nah, mari masukkan mayat mereka ke dalam penyimpanan dimensi dan tukarkan dengan hadiah kepala mereka—atau tidak.
Ya, itu akan mencolok, jadi mari mencari harta mereka.
Saat aku hendak memasuki salah satu kamar, dari sudut ruangan terdengar suara lirih, "T—tolong..."
Aku berbalik ke arah suara itu berasal dan menemukan dua orang yang berada di balik penjara besi berbentuk kubus.
Mata merah dan telinga panjang dengan kulit pucat...
Vampir, kah?
Apakah aku harus menolong mereka?
Tidak, lagipula aku adalah karakter figuran.
Ya, ayo pergi.
Kemudian, aku melanjutkan untuk memasuki kamar dan menemukan banyak koin emas dan platinum beserta beberapa senjata antik. Dengan cepat, aku memasukkan semuanya ke dalam penyimpanan dimensi dan menuju pintu keluar.
"T—tolong... ad—adikku akan mati..." ujar anak laki-laki vampir di balik jeruji dengan lemah.
Cih, aku tidak dapat menolakmu jika begitu.
Aku mendekati penjara itu dan menemukan penjara tersebut telah disihir.
Kuh!
"Anti Magic: Magic Jammer," ujarku merapal mantra.
BRAK!
Aku menendang pintu jeruji itu dan mengeluarkan mereka dari penjara tersebut.
"To—tolong..." ujar anak laki-laki itu saat terbaring lemas di lantai dengan menunjuk vampir perempuan di sebelahnya.
Hmm, ayo coba sihir itu.
"Holy Magic: High Heal," ujarku merapal mantra kepada anak laki-laki tersebut.
"Aaarrghh!" teriak anak laki-laki itu kesakitan.
"Ups, maaf," ujarku saat membatalkan sihirku.
Aku tidak dapat menggunakan sihir suci pada iblis. Apa yang harus aku lakukan?
Berpikir, berpikir!
Oh, benar.
"Space-time Magic: Rewind," ujarku merapal mantra untuk mengembalikan waktu kondisi tubuh mereka.
Seketika, kedua vampir di depanku itu telah sembuh karena kondisi mereka kukembalikan menuju sedia kala, namun vampir perempuan itu tetaplah tidak sadarkan diri.
Jika begitu, aku sebenarnya dapat mengembalikan kecatatan para budakku dengan sihir ini.
Tidak, aku tidak akan melakukannya.
Ya, itu akan sangat mencolok. Lagipula, mereka saat ini berada dalam kondisi yang baik-baik saja.
"Eh?!" ujar anak laki-laki vampir itu keheranan.
"Aku pergi," ujarku acuh tak acuh.
"Tu—tunggu!" teriak anak laki-laki vampir itu menghentikanku.
"Apa?" balasku sedikit kesal.
"Sebenarnya, aku memiliki teman yang saat ini berada di penjara bawah tanah rumah ini! Tolong!" teriak vampir laki-laki itu dengan sedikit meneteskan air mata.
Kemudian, aku mengambil dua perkamen dari penyimpanan dimensi dan mulai menggambar rune.
"Cih, buka dan uruslah dengan ini. Jangan menggandakannya," balasku dengan memberikan dua perkamen yang berisi rune "Anti Magic: Magic Jammer" dan "Space-time Magic: Rewind."
Yah, itupun jika kau dapat menyalin idenya saat merapalkan mantra.
"Te—terima kasih. B—bagaimana aku dapat membalasmu?!" timpal anak laki-laki vampir itu bahagia saat menerimanya.
"Lakukan apa yang kau inginkan," ujarku acuh tak acuh dan pergi.
"Siapa namamu?!" tanya anak laki-laki vampir itu dengan sedikit keras.
Nama, kah...
Kemudian, aku menghentikan kakiku dan berkata tanpa menatapnya, "Figuran penguasa balik layar" dan pergi dengan langkah keren.
Benar, seperti inilah karakter yang benar-benar kuinginkan.
Ya, mari menjadi karakter anak bangsawan kaya yang lemah dan tidak dapat diandalkan.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Alter-Ruu
figuran tapi MC
2021-05-17
5
Arim
Figuran penguasa layar👍
2021-04-15
7