Tahun Suci 1299, Bulan Keenam.
Guild Petualang Kota Athen, Wilayah Margrave Artrez.
"Um, Tuan Muda. Apakah Anda bermaksud mengambil permintaan?" tanya Louise gelisah.
"Hm? Ya, tolong," balasku.
"Tuan Muda, harap bergabung dengan party kami!" teriak seorang gadis penyihir di dekatku.
"Tidak, aku saja!" teriak petualang yang lain.
"Tuan Muda, Party peringkat B, Red Fang, siap menemani Anda!" teriak seorang petualang pria penuh bekas luka.
Hm?
Kalian berusaha menjilatku, bukan?
Yah, tidak apa-apa. Bukannya aku keberatan.
"Aku akan bergabung dengan mereka," ujarku dengan menunjuk Zack dan teman-temannya.
"Yahh!" kata beberapa petualang kecewa.
"Sial!" ujar beberapa orang petualang kecewa.
"Um... baik. Jadi, apa yang akan kalian ambil?" tanya Louise pada Toru.
"Permintaan tersulit dengan kenaikan peringkat tercepat!" balas Toru tanpa penundaan.
Kemudian, Louise mengambil beberapa perkamen tipis dan menyerahkannya pada Toru, lalu dia berkata, "Untuk peringkat F, Anda hanya dapat melakukan pemusnahan goblin atau pencarian Bunga Ryhena jika Anda menginginkan permintaan seperti itu."
"Baik, terima kasih! Ayo!" ujar Toru lalu melangkah keluar guild dengan cepat dan diikuti oleh tiga orang yang bersamanya.
Mengapa kau tidak mengumpulkan informasi terlebih dahulu di ruang referensi?
Lagipula, kau tidak mengetahui bagaimana rupa Bunga Ryhena, bukan?
"Vex, ayo! Tidak apa-apa, lagipula ibu mengetahuinya!" ujar Anna bersemangat.
"Ah, ya..." balasku lalu lenganku ditarik oleh Anna.
Kami keluar dari Guild Petualang dan mengikuti Zack dan temannya untuk keluar kota melalui tembok kota.
Hmm, kota ini sangat luas, bukan?
Baik, aku akan serius dalam mengembangkan transportasi di dalam kota ini.
Aku lelah berjalan jauh.
Setelah beberapa saat kami berjalan bersama, aku berkata untuk meramaikan suasana, "Apakah kalian dapat menggunakan sihir?"
"Kami dapat menggunakan beberapa sihir meskipun tidak semua elemen yang cocok dengan kami. Aku dapat menggunakan sihir api dan tanah, Renne disana dapat menggunakan sihir api dan air, Ina dapat menggunakan sihir angin, sedangkan Toru hanya dapat menggunakan sihir air meskipun kami belum dapat menggunakannya," balas Zack dengan sedikit kecewa.
Begitukah?
Yah, hanya bangsawan dan heroine novelku yang dapat menggunakan 4 elemen utama. Jika tidak salah, heroine yang berasal dari rakyat jelata di Akademi juga dapat menggabungkan elemen seperti sihir es ibu dan menggunakan sihir suci.
Yah, bukan berarti aku berharap akan bertemu dengan salah satu heroinenya untuk saat ini. Lagipula, meskipun aku merencanakan Protagonis memiliki 5 heroine, tapi pada saat aku mati, aku hanya dapat menuliskan 3 heroine.
Si gadis rakyat jelata, gadis Beastman serigala dan gadis Elf.
Jika mengingat kembali, gadis Beastman tersebut selain dapat menggunakan 4 elemen utama, ia memiliki kemampuan fisik yang sangat tinggi. Sedangkan untuk gadis Elf, ia dapat menggunakan sihir roh purba.
Nah, aku agak lupa dengan nama mereka.
Namun, jika mengingat kembali, bukankah tunangan Protagonis telah ditinggalkan olehnya?
Aku agak menyesal karena telah menulis hal seperti itu. Aku harus meminta maaf kepadanya nanti.
"Bagaimana jika kalian menjadi muridku?" tanya Anna bersemangat.
"Nyonya, Anda memiliki jadwal ketat untuk mereorganisasi tentara penyihir," timpal Mine seolah mengingatkan.
"Guh..." balas Anna lesu lalu tertunduk.
Nah, mari beritahu mereka. Lagipula, wajah mereka seperti berharap ketika diberitahu untuk mempelajari sihir.
"Jika kalian tidak keberatan, datanglah ke sekolah. Disana juga akan mengajarkan sihir pada kalian. Selain itu, kalian dapat mempelajari berbagai bidang lainnya seperti membaca dan berhitung. Tentu saja, sekolah itu tidak memungut biaya," ujarku.
Hmm?
Jika tidak salah, namanya Renne, bukan?
"Mengapa kamu terlihat ketakutan seperti itu, Renne?" tanyaku penasaran.
"Eh? Ada apa, Renne?" tanya Ina khawatir.
"Ti—tidak apa-apa, maaf..." balas Renne gelisah.
Hmm, aku bingung.
"Nah, jika kamu tidak menginginkannya, tidak apa-apa," kataku meringankan suasana.
"Um... maaf..." timpal Renne gelisah dan menunduk.
"Tidak apa-apa, tidak perlu dipikirkan," balasku dengan tersenyum.
"Terima kasih..." balas Renne.
"Um... aku tadi mendengar tentang tentara. Bolehkah aku bertanya tentang asal-usulmu?" tanya Zack.
"Hm? Aku adalah Pewaris Margrave Artrez, Vex von Artrez. Dan ini adalah ibuku, Anna von Artrez," ujarku memperkenalkan diri dan Anna dengan santai.
"Eh?!" teriak Zack, Toru, Ina, dan Renne terkejut serempak.
Kemudian, mereka semua berhenti berjalan dan menghadap kami, lalu mereka menunduk dalam dan serempak berkata, "Mohon maafkan kami, Tuan!"
"Ah, oh, santai saja," balasku riang.
"Ta—tapi..." ujar Ina gelisah.
"Tidak apa-apa. Lihat, tembok terluar telah terlihat," ujarku dengan menunjuk.
"Oh..." balas mereka.
Kemudian, kami keluar dari tembok dan memasuki hutan yang ada di dekat kota.
Yah, hutan ini berada di luar yang mengelilingi Hutan Monster. Jika menghitungnya dari pintu masuk hutan, jaraknya sekitar 15km, mungkin?
Nah, mengapa Kota Utama Margrave Artrez terletak di dekat daerah berbahaya seperti itu?
Singkatnya, Margrave membuat kota utama di sini agar memiliki pertahanan terkuat dan populasi terbanyak.
Tidak mungkin membentengi wilayah dari Hutan Monster dengan benteng yang kecil, bukan?
Selain itu, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang berasal monster akan membuat perekonomian lebih baik dan menghasilkan barang dengan kualitas tinggi karena bahan monster yang lebih kuat, lebih baik, dan lebih tahan lama dibandingkan dengan hewan biasa.
Nah, meskipun aku telah memiliki benteng di tengah-tengah Hutan Monster ini.
Yah, ayahku mengizinkanku karena selain memanfaatkan ekonomi yang berkembang, itu juga termasuk usaha menipiskan jumlah monster yang semakin banyak.
Kemudian, aku berjalan melambat agar berada di belakang barisan lalu dengan lirih merapalkan mantra agar tidak didengar oleh orang lain, "Search: Target – Goblin."
Muncul lingkaran kecil berbentuk radar dengan beberapa titik berwarna kuning.
Hmm, sudah dekat.
"Tuan Muda?" tanya Mine heran karena perilakuku lalu dengan sigap membatalkan mantraku.
"Tidak apa-apa," balasku.
Kemudian, aku mengeluarkan belatiku dan merapalkan mantra padanya dengan lirih, "Stealth: Assassinate."
Bertepatan dengannya, Kevin langsung mengeluarkan pedang perak yang memancarkan aura dan bersiaga.
Mengapa kau mengetahuinya?
Lagipula, bukankah itu mithril?
Darimana kamu mendapatkan itu?
"Berhenti! Ice Magic: Ice Spear," ujar Anna dengan menembakkan 5 tombak es berkekuatan tinggi ke arah semak-semak.
"Gwaargh!" teriak beberapa goblin kesakitan dari balik semak-semak.
Kemudian, Kevin berlari menuju balik pepohonan dengan memutar.
"Aaaarrghh!" teriak beberapa goblin di balik pepohonan.
Cih, bukan seperti ini!
Petualang tingkat tinggi seharusnya tidak berburu goblin!
"He—hebat..." ujar Toru dan Zack kagum serempak.
"Hehehe," ujar Anna bangga dengan membusungkan dadanya.
"Ku! Aku ingin berburu sendiri!" teriakku kesal.
"Eh?! Tidak boleh!" balas Anna dengan ekspresi seolah tidak menerima penolakan.
"Ku..." balasku kalah.
Ji—jika seperti ini, bukankah sama saja aku tidak melakukan apapun?!
Sial!
Kuh, ayo mencari Bunga Ryhena.
Ketika aku mengalihkan pandanganku kebelakang, aku tidak melihat Mine.
Dimana dia?
Kemudian, aku melihat Kevin dan Mine kembali dari balik pepohonan dengan Kevin membawa kantung yang berisi telinga goblin dan Mine yang terlihat membawa keranjang bunga dengan mahkota berwarna biru muda.
Hm?
Se—sejak kapan?!
Bukankah itu Bunga Ryhena?!
Sialaaan!
"B—Bu, jika seperti ini, bukankah saya tidak melakukan apapun?!" ujarku dengan nada keras.
"Hm? Itu benar. Kamu tidak perlu melakukan apapun, Vex! Hutan ini sangatlah berbahaya!" timpal Anna serius.
Ku!
Kami bahkan belum memasuki Hutan Monster!
"Ta—tapi!" balasku agak kesal.
"Mu, tidak akan pernah," balas Anna serius.
"Kuh..." balasku seolah kalah.
Jika begitu, aku ingin kembali...
"Ayo pulang..." ajakku lesu.
"Ya..." balas Reeves lesu.
"Um, baik! Lebih aman berada di dalam rumah, Vex!" balas Anna riang.
"Um..." ujar Ina rumit.
Hm?
"Ada apa?" tanyaku heran.
"Itu... sebenarnya..." sambung Renne gelisah.
Apakah kalian menghabiskan uang kalian dalam perjalanan kemari?
"Yah, ini. Kuberikan pada kalian," ujarku dengan menyerahkan kantung kain dari saku kepada Zack.
"Tuan, apa ini?" tanya Zack bingung.
"Emas merah. Simpan saja," balasku acuh tak acuh.
"Eehh?!" teriak empat orang anak itu terkejut serempak.
"Banyak sekali!" ujar Zack terkejut.
"Fufufu, tidak apa-apa. Terima saja," ujar Anna menenangkan dengan lembut.
"Na—namun..." timpal Renne gelisah.
"Ibu benar, terima saja. Lagipula, berlatihlah terlebih dahulu sebelum memasuki hutan. Meskipun kalian kuat dan memiliki beberapa teknik senjata, tetap saja pengalaman saat berada di hutan dan menjalankan permintaan sangatlah penting. Jadi, belajarlah terlebih dahulu dengan petualang yang lebih berpengalaman," ujarku dengan tersenyum.
"Baik, tapi tetap saja..." balas Zack gelisah dengan melihat kantung uang.
"Tidak apa-apa. Lagipula, aku memiliki tambangnya," balasku dengan keren.
"Eh?!" ujar semua anak.
"T—terima kasih, Tuan Muda!" balas Zack dengan gelisah dan menunduk dalam lalu diikuti oleh anak yang lain.
"Baik! Jika begitu, jadilah temanku!" balasku riang dan mengulurkan tanganku.
Ya, aku tidak mengenal satupun anak yang berusia sebaya denganku kecuali Lilia.
Meskipun aku melihat beberapa anak yang sebaya denganku di panti asuhan dan di dalam kota, tetap saja mereka enggan bergaul dengan pewaris wilayah ini.
Yah, aku mengetahui perasaan mereka dan wali mereka.
"Ba—baik, Tuan Muda!" balas Zack gugup dan menerima uluranku untuk berjabat tangan.
Saat itu, ibuku dan para pengawalku menatapku dengan hangat.
Kuh, awas saja!
Kemudian, kami kembali ke dalam kota setelah berburu hanya dalam waktu sekitar 1 jam.
Nah, bukankah perjalanan ini lebih panjang daripada saat kami berburu goblin?
Ketika kami memasuki guild petualang, matahari telah naik hingga puncaknya.
Hm? Sepi kah...
Apakah itu berarti mayoritas petualang menjalankan quest saat siang hari?
Kemudian, kami mendekati Louise yang saat ini tidak memiliki antrian.
"Se—selamat datang, Tuan Muda, Nyonya," ujar Louise dengan tersenyum gelisah.
"Ah, ya..." balasku lesu.
"Baik," balas Anna riang.
"A—apa yang dapat saya lakukan untuk Anda?" timpal Louise gugup.
"Penyelesaian permintaan, Kevin, Mine," balasku dan memanggil mereka.
"Eh?" timpal Louise kebingungan.
Kemudian, Kevin menyerahkan kantung besar yang berisi telinga goblin dan Mine menyerahkan kantung yang berisi Bunga Ryhena.
"Eh?! Cepat sekali!" teriak Louise terkejut dengan keras.
Kuh, pelankan suaramu!
Lihat, semua orang yang berada di dalam guild memberi perhatian kepada kami!
"Aku menghargai bila kamu tidak bertanya..." balasku lesu.
"Um, baik..." timpal Louise saat menerima kedua kantung itu.
"Apakah penyelesaian kami secara otomatis tercatat?" tanyaku penasaran.
"Ah, iya, Tuan Muda. Setelah menyelesaikan 10 permintaan, Anda akan menjadi petualang tingkat E," jawab Louise gelisah.
"Begitukah? Hei, kalian. Simpan uangnya," balasku acuh tak acuh.
"Eh?! Na—namun—" timpal Toru keberatan namun tersela.
"Aku tidak butuh uang, kau tahu?" balasku dengan tersenyum.
Nah, mari berpisah dengan mereka.
Lagipula, aku mendapatkan teman.
"Jadi, selamat tinggal," balasku.
"Hati-hati dan jaga diri kalian!" teriak Anna riang lalu pergi bersamaku dengan diikuti oleh para pengawal.
"Ba—baik, Tuan Muda, Nyonya!" balas mereka berempat dan menunduk dalam.
Nah, aku agak penasaran dengan ayahku.
Apakah dia seorang petualang juga?
Yah, ayo tanyakan.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Riyu AM
pas like ke 100
2023-04-21
0
Alter-Ruu
renne kalo kamu jujur kamu bisa lebih aman + di jokiin MC
2021-05-17
2
anggita
sip.,👌
2021-04-14
2