Tahun Suci 1299, Bulan Kedua Belas.
Kantor Penelitian dan Pengembangan Perusahaan Vexia, Wilayah Tembok Bawah Bukit Kastil Artrez, Kota Athen.
Sudah beberapa bulan semenjak aku bermain kembang api—bukan, terjadi ledakan besar jauh di dalam Hutan Monster. Pagi hari setelah aku menyalakan kembang—tidak, terjadi ledakan besar, hampir seluruh Wilayah Barat Kerajaan Vetra terkena hujan debu sehingga seluruh kota tertutupi debu selama beberapa hari.
Saat itu, seluruh warga benar-benar menghentikan aktivitas dan membersihkan kota dan desa di sekitarnya yang terdampak.
Bahkan, wilayah kakekku, Count Selvia yang hampir berdekatan dengan Ibukota Kerajaan Vetra juga terdampak dengan hujan debu meskipun itu tidak separah wilayah kami.
Untungnya, ayah dan ibu tidak menyadari aku yang menyebabkan hal itu.
Nah, aku tidak menyangka akan menyebabkan dampak yang sangat besar hingga seperti itu...
Y—yah, mari lupakan.
Saat ini, aku sedang melihat blueprint yang berisikan tentang pengembangan kereta dalam Kota Athen yang akan beroperasi melalui rel layang yang dibangun dengan pondasi tiang-tiang kokoh.
Aku terinspirasi oleh rencana ini karena melihat kehidupanku yang sebelumnya. Aku mengetahui ada beberapa jenis kereta seperti trem, kereta layang, kereta gantung, kereta listrik, dan beberapa kereta lainnya.
Aku membuat kereta layang dengan tujuan tidak menganggu transportasi barang di dalam kota dan agar menghindari rasa takut orang-orang karena itu tidak beroperasi dengan menggantung.
Ketika aku memberikan proposal proyek ini kepada ayah, dia hanya menatapku dengan hangat seolah aku adalah anak kecil yang sedang bermimpi karena aku mengatakan bahwa aku ingin bergerak di dalam kota ini dengan cepat dan praktis.
Kuh, awas saja!
Nah, meskipun itu cukup membutuhkan biaya yang sangat besar karena aku akan merombak beberapa bagian kota ini.
Setelah proyek ini sukses, aku akan membuat rencana mengenai transportasi barang agar dapat tersalurkan dengan cepat.
"Apakah sudah ada kemajuan, Gai?" tanyaku kepada seorang dwarf tua yang kehilangan lengan kirinya.
"Ya, Master. Meskipun kami sudah merumuskan bagaimana penggeraknya akan bekerja, namun kami belum mematenkan mesinnya secara final karena itu sangat tidak efisien," balas Gai mengerutkan kening.
"Hmm, bukankah beberapa bulan sebelumnya kami bermaksud menggunakan batu sihir?" tanyaku pada mereka.
"Tentu saja, Master. Namun, ketika kami mengekstrak batu sihir, mesinnya berhenti bekerja seperti tersendat oleh sesuatu," balas seorang pria beastman bertelinga anjing di sisi meja yang lain yang kehilangan lengan kanannya.
"Aku jadi ingin melihatnya, Folk," timpalku penasaran.
"Baik, Master. Silakan ikuti saya," ujar seorang wanita elf dengan wajah yang tertutupi luka bakar.
"Ah, oke," ujarku pada Yelena.
Para karyawan pengembangan yang memiliki alat gerak yang sehat membimbingku menuju salah satu bengkel pengembangan.
Saat dalam perjalanan, aku bertanya pada para budakku, "Apakah kalian nyaman tinggal disini?"
"Saya benar-benar bersyukur dapat bekerja disini, Master," balas Gai penuh syukur.
"Saya juga merasa seperti itu, Master," balas Folk tersenyum.
"Um... saya juga sangat berterima kasih kepada Anda, Master," balas Yelena sedikit menitikkan air mata.
"Begitu, bagus. Apakah obat yang kuberikan bereaksi terhadap lukamu?" tanyaku sedikit khawatir.
"Maaf..." ujat Yelena menyesal.
"Ti—tidak apa-apa. Selama kalian baik-baik saja, aku juga merasa lega," balasku mengalihkan topik.
"Terima kasih, Master," ujar mereka serempak penuh syukur.
Saat aku mencapai bengkel, aku melihat sebuah mesin raksasa yang berukuran seperti komputer generasi pertama yang memiliki beberapa roda di bawahnya.
"Coba nyalakan," perintahku.
Kemudian, Gai mendekati mesin itu dan menyalakan sakelar di salah satu sudut permukaan mesin.
GROOO!
GROOO!
Nah, cukup berisik.
"Berapa banyak batu sihir yang diperlukan?" tanyaku penasaran.
"Hanya dalam beberapa saat, itu akan menghabiskan satu batu sihir goblin. Namun, kami memiliki beberapa alternatif agar mesin itu dapat bergerak lebih efisien meskipun kami belum memasuki tahap ujicobanya," balas Gai.
Hmm, aku merasakan beberapa mana yang terbuang dengan sia-sia.
Namun, aku baru saja menyadari satu hal yang sangat penting.
Ya, tidak adanya satuan waktu.
Jika mereka memiliki satuan seperti detik dan menit, mungkin itu akan membuat kinerja lebih efisien.
Kemudian, aku mendekati mesin itu dan menggambarkan rune "Space-time Magic: Subdimensional Space" dan mengkoneksikannya dengan mesin agar mana yang terbuang masuk ke dalam subdimensi dan menjadi bahan bakar kembali.
GROOO!
GROOO!
GROOO!
"Nah, dengan ini mungkin akan bertahan sedikit lebih lama," ujarku dengan menyerahkan rune lain yang kugambar di atas perkamen dan menyerahkannya kepada Gai.
"Master, apa ini?" tanya Gai penasaran.
"Ah, hanya rune yang membuat sedikit lebih efisien," balasku tersenyum.
"Bolehkah saya bertanya tentang rune ini?" tanya Gai penasaran.
Saat Gai mengatakan itu, aku hanya membalasnya dengan tersenyum dan Gai seolah paham apa yang kumaksudkan.
Yah, itu rahasia dagang.
"Nah, mohon kembangkan lebih lanjut. Aku akan membuat suatu alat yang akan membantu kalian bekerja lebih efektif," ujarku.
"Baik, Master," balas mereka serempak dan menunduk.
Setelah itu, aku pergi menuju bengkel perusahaanku yang lain untuk membuat suatu penanda waktu.
Setelah aku memasukinya, aku melihat kursi dan meja serta berbagai macam alat seperti tungku, palu, gergaji, pisau, dan berbagai alat lainnya yang dipajang di dinding batu.
Namun, apa yang harus aku buat?
Idealnya, aku ingin membuat jam. Itu akan lebih praktis dan tepat.
Lagipula, aku masih mengingat bagian mesinnya karena aku memiliki pengalaman mengutak-atik jam tangan milikku saat itu.
Yah, aku akan membuat blueprintnya terlebih dahulu agar aku tidak melupakannya.
Kemudian, aku menggambar blueprint jam mekanikal diatas perkamen dengan menggunakan kuas.
Namun setelah melihatnya lagi, aku harus mempertimbangkan masyarakat yang mayoritasnya buta huruf.
Apakah jam pasir?
Nah, ayo buat blueprintnya dan badan jamnya.
Aku mengambil perkamen dan kuas lalu menggambarkan bagan-bagan jam pasir dan menulis cara kerja setiap bagan tersebut.
Kemudian, aku mengambil kayu dan merapalkan sihir, "Water Magic: Water Cannon" dengan penggunaan mana yang kecil.
Aku memotong kayu dengan air bertekanan tinggi dan membuatnya menjadi piringan kayu yang memiliki tebal sekitar 5 cm.
Kemudian, aku menuju tungku yang ada di dalam bengkel dan memulai proses pembuatan kaca.
Setelah mendapatkan bentuk kaca pipih dengan bagian tengah yang mengecil dengan menggunakan sihir api, aku memadukannya dengan piringan kayu yang telah kubuat rapi dengan meletakkan pasir di dalamnya.
Setelah aku berhasil mengujicobanya, aku berlari keluar dan menuju bengkel tempat Gai berada untuk menunjukkannya.
Ketika aku memasuki bengkel, aku menemukan mereka bertiga yang masih mengujicobakan mesin kereta.
Nah, saat ini telah sore hari. Setelah ini, mari beristirahat karena besok aku akan berangkat ke ibukota.
"Gai, aku berhasil!" teriakku riang dengan menunjukkan jam pasir.
"A—apakah itu, Master?" tanya Gai penasaran.
"Ini jam pasir! Penunjuk waktu!" teriakku kegirangan.
Setelah aku mengatakan itu, mata Gai dan Yelena terbuka lebar.
"Ooohh!" teriak Gai kegirangan.
"Anda sangat luar biasa, Master!" teriak Yelena bahagia.
"Um, Master. Apa itu?" tanya Folk tidak paham.
Setelah Folk mengatakan itu, Gai memukul kepalanya dan berkata, "Ini penunjuk waktu! Dengan ini kami dapat bekerja dengan lebih efisien!"
"T—tidak perlu memukulku," balas Folk yang masih memegangi kepalanya.
"Darimana Anda mendapatkan ide seperti itu, Master?" tanya Gai penasaran dan kubalas hanya dengan senyuman.
"Ya, saya kira itu akan menjadi penemuan paling revolusioner selama seratus tahun terakhir," timpal Yelena riang.
Nah, Elf memang sangat berbeda, bukan?
"Yah, ini kuberikan pada kalian. Ini juga merupakan blueprint dari jam pasir ini, jadi cobalah memperbanyak untuk efisiensi kerja kalian. Juga, ini merupakan blueprint jam mekanis, namun masih memerlukan berbagai pengembangan. Aku akan menyerahkan kepadamu," ujarku dengan menyerahkan blueprint dan prototipe jam pasir pada mereka dengan meletakkannya di meja.
"Apakah Anda bermaksud menjual ini, Master?" tanya Yelena penasaran.
"Tidak, masih belum," balasku dengan tersenyum.
"Saya akan selalu menantikan kejutan yang Anda buat, Master," balas Yelena riang.
"Jika begitu, aku akan kembali. Kalian juga, beristirahatlah," balasku.
"Terima kasih, Master," balas mereka dengan menunduk dalam.
Mengapa kalian menunduk seperti itu?
Aku benar-benar tidak memahaminya.
"Aku pergi!" balasku dan berlari menjauh.
"Baik, Master!" balas ketiga orang itu dengan riang.
...----------------...
Tahun Suci 1299, Bulan Kedua Belas.
Kastil Margrave Artrez, Kota Athen.
"Vex, hati-hati dalam perjalananmu!" ujar Roxes sedih dengan nada yang keras.
"Vex, pulanglah!" ujar Anna menangis.
"Ibu, saya bahkan belum berangkat!" protesku.
"Tuan Muda! Harap berhati-hati!" teriak Scilla sedih.
"Ya, kau juga!" balasku.
Kemudian, aku menaiki kereta kuda yang telah disiapkan di depan kastil dan mengatakan, "Sampai jumpa!"
"Hati-hati!" teriak Roxes dan Anna khawatir.
"Ya, pasti!" balasku dan menutup pintunya.
Sesaat kemudian, aku merasakan bahwa kereta kudaku bergerak maju.
Akhirnya!
Yang kutunggu-tunggu!
Aku akan memasuki cerita utama jilid pertamaku!
Hahahaha!
Ketika merasakannya kembali, bukankah kereta kuda ini sangat nyaman meskipun sedikit berguncang?
Berapa banyak biaya yang dikeluarkan oleh ayahku untuk membuat ini?
Aku menjadi merasa bersalah karenanya.
Kemudian, pintu kereta kudaku diketuk dan Kevin yang mengawalku dengan kuda di luar berkata, "Tuan Muda, Anda sebaiknya melihat keluar."
Hm?
Ada apa?
Aku membuka atap kereta kudaku dan menemukan bahwa rombonganku sedang diantar pergi oleh warga kota.
"Hati-hati, Tuan Muda!"
"Harap aman dalam perjalanan Anda!"
"Kami menantikan Anda kembali!"
Ketika aku melihat mereka yang bersorak-sorai kepadaku, aku hanya melambaikan tanganku.
Nah, ada apa dengan mereka?
Aku cukup lelah jika aku harus melambaikan tanganku hingga keluar dari kota ini.
Pada akhirnya, aku harus melambaikan tanganku hingga aku benar-benar keluar dari tembok kota terluar.
Kuh...
Nah, nantinya aku akan mengunjungi beberapa wilayah saat aku menuju ibukota. Itu juga termasuk juga wilayah kakekku, Count Selvia.
Yah, tidak masalah!
Mulai hari ini, aku akan melihat bagaimana ceritaku akan berakhir!
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
M A
Lanjottt
2021-04-14
2
anggita
hutan monster.,
2021-04-14
1