Tahun Suci 1298, Bulan Ketujuh.
Kantor Kepala Perusahaan Vexia, Bagian Dalam Tembok Bukit Kastil Artrez, Kota Athen.
Sudah beberapa bulan semenjak aku mulai membangun beberapa gedung sekolah.
Ketika aku meminta izin ayah untuk mendirikannya, dia mengambil sikap negatif. Jadi, aku memohon pada ibu agar membujuk ayah untuk mengizinkannya dengan beberapa alasan acak seperti "mengembangkan sumber daya manusia" atau "meningkatkan taraf hidup orang miskin" atau "mengkaryakan pengangguran" dan berbagai alasan lainnya.
Nah, melihat ayah tidak dapat menolak karena ibuku yang memaksa membuat hatiku sedikit bahagia.
Kukira, ayah bersikap negatif juga karena mungkin karena dia berpikir lebih baik memanfaatkan dana pribadiku untuk kepentinganku sendiri.
Atau dia tidak ingin berhutang terlalu banyak padaku... mungkin?
Yah, tidak apa-apa.
Lagipula, ini investasi jangka panjang.
Saat ini, aku sedang melihat laporan pembuatan keramik seperti piring, guci, dan berbagai hal lainnya yang akan kami jual dan ekspor ke negara lain.
Wilayah Margrave Artrez juga semakin kaya karena tambang logam berharga milikku dan garam batu yang berlimpah. Aku juga mengembangkan kebudayaan dengan melatih orang-orang untuk membuat keramik.
Tentu saja, resep campuran yang kami buat akan selalu disembunyikan.
Juga, kerajinan seperti pandai besi juga semakin berkembang karena adanya tambang besi yang dekat dengan wilayah ini.
Namun, pasti akan ada pihak yang akan mencoba memanfaatkan atau mengganggu kami.
Kemudian, pintu kantorku terketuk, dan terdengar, "Tuan Muda, bolehkah saya memasuki ruangan?"
"Masuk," balasku santai.
Setelah itu, Reeves memasuki kantorku dan memberi hormat, kemudian dia mendekat ke arahku.
Dalam menjalankan perusahaan ini, aku diperbantukan dengan Mine yang ahli dalam urusan manajemen dan keuangan serta Reeves yang ahli dalam urusan logistik dan pengembangan perusahaan.
Mereka sangat berbakat, bukan?
Nah, aku sangat bersyukur karena mendapat bantuan dari orang tuaku.
Jika kamu melihat Kevin,
"Ada apa, Tuan Muda?" tanya Kevin setelah menelan makanannya saat melihatku mengalihkan pandangan ke arahnya.
Tidak berguna!
Lagipula, mengapa kau hanya menghabiskan camilanku dan berada di kantorku?!
Jika hanya itu yang kau lakukan, pergilah, sial!
"Apa yang sebenarnya kau lakukan, Kevin?" tanyaku mengerutkan kening.
"Hm? Saya bertugas menjaga Anda, Tuan Muda," balas Kevin lalu memakan camilan yang ada di tangannya.
Ku!
"Pergilah, lagipula aku dapat menjaga Tuan Muda sendiri," balas Mine yang sedang mengerjakan laporan dengan kesal.
Bagus, Mine!
"Jika kau hanya menghabiskan waktu, setidaknya berpatrolilah," ujar Reeves kesal.
Itu benar!
"He? Mengapa aku merasa kalian kesal kepadaku?" tanya Kevin heran.
"Kami memang kesal hanya dengan melihatmu! Pergilah, sial!" teriak Mine dan Reeves kesal serempak.
"E—e, baik..." ujar Kevin lalu menunduk dan pergi dengan lesu.
Bagus, pencuri camilanku telah pergi!
"Meskipun Kevin seperti itu, mengapa dia sangat berbakat dengan pedang dan strategi militer?" ujar Reeves heran.
"Hah?!" balasku terkejut.
"Ada apa, Tuan Muda?" tanya Reeves heran.
"Tidak, apa jabatan Kevin sebenarnya, Reeves?" tanyaku balik.
"Karena peperangan dengan Kekaisaran Dormus, dia telah dipromosikan menjadi Letnan Kolonel, Tuan Muda. Saat ini, dia menjabat sebagai ajudan Kepala Staf Strategis Tentara Barat," ujar Reeves seolah tidak percaya.
"Ya, bahkan pangkatnya jauh lebih tinggi daripada saya," timpal Mine heran.
"Be—begitu," ujarku dengan rumit.
Lu—luar biasa...
Mengapa dia terlihat sangat malas?!
Tidak, di duniaku yang sebelumnya, justru orang malas adalah orang pintar yang sebenarnya.
"Saya memiliki laporan untuk Anda, Tuan Muda," balas Reeves seolah mengalihkan topik.
"Apa itu?" tanyaku penasaran.
"Beberapa pengangkut emas Perusahaan Vexia telah diserang dalam beberapa hari terakhir ini. Setelah melihat mereka lebih dekat, gerakan mereka terlihat canggih seperti para tentara. Ketika kami mengirimkan pengintai pada mereka, dipastikan mereka adalah tentara Kekaisaran Dormus," balas Reeves serius.
Me—mengapa?!
Saat aku mulai khawatir dengan gangguan, mengapa hal itu benar-benar terjadi?!
Baik, ayo tenang terlebih dahulu.
"Bagaimana dengan bangsawan Kerajaan Vetra?" tanyaku.
Saat aku bertanya tentang hal itu, ekspresi wajah Mine dan Reeves berubah menjadi pahit.
"Katakan saja," ujarku ingin tahu.
"Sebenarnya... para bangsawan Kerajaan Vetra telah lama bergerak, Tuan Muda. Karenanya, Tuan Roxes telah bergerak dengan sigap untuk melindungi Anda. Bahkan saat ini, sudah ada 135 proposal pernikahan dari berbagai keluarga bangsawan yang ditujukan kepada Anda," balas Reeves dengan rumit.
Gi—gila...
Maafkan aku, ayah!
"Be—begitu... tolong tolak semuanya," ujarku rumit.
"Baik, saya akan menyampaikannya kepada Tuan Roxes," balas Reeves.
"Bagaimana korbannya?" tanyaku khawatir.
"Ada beberapa orang yang berasal dari distrik kelas bawah telah meninggal, yang lainnya mengalami luka berat meskipun lebih banyak orang yang mengalami luka ringan," balas Reeves dengan ekspresi rumit.
"Begitu," ujarku sedih.
Aku bangkit dan berjalan meninggalkan ruangan untuk menuju distrik kelas bawah.
"Kemana Anda ingin pergi, Tuan Muda?" tanya Mine.
"Berduka," ujarku lirih.
Kemudian, Reeves dan Mine bangkit untuk menemaniku menuju distrik kelas bawah dengan menggunakan kereta kuda.
Sesampainya di distrik kelas bawah, aku berkata pada kusir yang menemaniku, "Tolong menuju korban serangan tambang."
"Baik, Tuan Muda," balas kusir lalu menjalankan kereta kuda.
Setelah kereta kudaku berhenti, aku melangkah turun ketika pintu telah dibuka oleh Kusir.
Di depanku, terlihat banyak rumah kumuh yang saling berjejer.
Kemudian, Reeves mengetuk pintu rumah. Tak berselang lama, pintu rumah itu dibuka oleh seorang anak laki-laki kecil yang berumur sekitar 5 tahun.
"Selamat datang... um..." tanya anak laki-laki itu.
"Ah, tidak apa-apa. Bolehkah kami berkunjung kepada keluargamu?" tanya Reeves lembut.
"Si—silakan masuk," balas anak laki-laki itu dan mempersilakan masuk.
Setelah kami masuk, terlihat bahwa rumah dengan hanya 2 kamar dalam keadaan yang lusuh.
Melihatnya membuat hatiku sedikit sakit.
Kami dibimbing menuju salah satu kamar dan menemui seorang wanita yang sedang terbaring di tempat tidur.
Apakah dia adalah ibu dari anak ini?
Saat melihat kami masuk, ibu itu dengan terburu-buru berusaha untuk bangkit dan terlihat memaksakan diri.
"Tidak apa-apa," ujarku menenangkannya dan menyentuh tangannya agar dia tetap berbaring.
"Mo—mohon maafkan saya yang tidak sedap dipandang ini, Tuan Muda," balas wanita itu panik.
"Tidak. Lagipula, bagaimana keadaanmu?" tanyaku dengan tersenyum.
"Um... saya baik-baik saja, Tuan Muda," jawab wanita itu dengan tersenyum.
Nah, jika kau baik-baik saja, tidak mungkin kamu akan terbaring lemah di tempat tidur seperti ini.
Jika aku melihatnya lebih seksama, aku dapat melihat seorang anak perempuan yang masih sangat kecil yang tidur di samping ibu tersebut.
Sekitar 3 tahun, mungkin?
Kehidupan kalian sangat berat, bukan?
Entah mengapa, dadaku terasa sesak ketika melihat mereka.
"Mine, tolong atur ulang anggaran perusahaan untuk tahun ini," ujarku lugas kepada Mine.
"Baik, Tuan Muda," balas Mine seolah mengerti maksudku.
Nah, aku bermaksud menanggung biaya hidup mereka.
Siapa yang tidak terenyuh ketika melihat keadaan mereka?
Juga, kupikir para pekerja lainnya juga mayoritas bernasib sama seperti mereka.
Kemudian, aku mengepalkan tanganku dengan kuat seolah menyesali apa yang telah kulakukan selama ini.
"Tu—Tuan Muda?" ujar wanita itu bingung dengan gelisah.
"Tidak apa-apa," balasku dengan tersenyum.
"Ah, benar. Siapa namamu?" tambahku bertanya dengan memegang kepala anak laki-laki yang membimbingku.
"Aku Reinhard, Kakak!" ujar Reinhard riang.
"R—Reinhard! Harap perhatikan sikapmu—" ujar wanita itu tersela karena aku mengangkat tanganku seolah menyuruhnya berhenti.
"Apa yang kamu impikan ketika kamu telah menjadi dewasa?" tanyaku dengan tersenyum.
"Selama ini, aku memimpikan menjadi seorang ksatria!" balas Reinhard riang.
Mengapa kau ingin menjadi seorang ksatria?
Kupikir, menjadi seorang petualang lebih keren dan mengasyikkan.
"Begitukah? Seleksinya cukup ketat, kau tahu?" timpalku menanggapi.
"Ya, tapi aku pasti bisa!" ujar Reinhard riang.
"Begitu, aku akan menunggumu," balasku dengan tersenyum dan menepuk kepalanya.
"Ya! Lihat saja!" balas Reinhard riang.
Nah, anak kecil selalu polos, bukan?
Bahkan, ketika ayahnya telah meninggal, dia tetap bersemangat seperti ini.
Nah, jiwa dewasaku seolah tercabik-cabik.
Hmm, bagaimana jika aku mengarahkan protagonis untuk membawa kedamaian?
Yah, itu merupakan tujuan yang besar. Jadi, aku harus bekerja keras.
Namun, aku sangat marah kepada kekaisaran karena telah menyakiti kehidupan subjekku yang kulindungi.
Baik, mari kita ganggu kekaisaran sebagai pembalasanku.
Aku sungguh tidak sabar.
...----------------...
Tahun Suci 1298, Bulan Ketujuh.
Kota Zwoich, Perbatasan Kekaisaran Dormus.
Tengah Malam.
"Bukankah ini lebih buruk daripada wilayah kami?" ujarku lirih dengan mengerutkan kening ketika melihat perbatasan wilayah kekaisaran.
Saat ini, aku sedang menyelinap ke wilayah Kekaisaran Dormus secara sendirian. Aku juga membawa jubah hitam dan putih milikku yang telah kupastikan tidak memiliki satupun lambang Keluarga Artrez.
Ya, ini benar-benar jubah polos.
Namun, aku hanya menjadwalkan ini akan berakhir dalam 2 hari. Aku menargetkan jangka waktu 2 hari karena aku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh orangtuaku jika aku menghilang.
Kupikir jika dalam 2 hari, mereka hanya akan mempersiapkan tentara.
Yah, jangan dipikirkan.
Lagipula, aku telah menuliskan surat izin untuk berwisata ke sebuah kota tertentu dan kuletakkan di dalam kamarku.
Namun, bagaimana aku dapat membalas dendam dalam 2 hari dan memporak-porandakan kekaisaran?
Sebenarnya, aku cukup bingung ketika memikirkan hal ini.
Hm?
Bukankah kekaisaran memiliki 3 pangeran yang saling memperebutkan tahta karena Kaisar tidak menunjuk seorangpun untuk menjadi putra mahkota?
Hehehe.
Jika begitu, ayo ambil kepala kaisar dan buat dia menghilang tanpa bukti.
Aku yakin kekaisaran akan dilanda perang saudara berkepanjangan. Ketika mereka lelah dan kekuatan militer mereka berkurang drastis, aku akan menyerang mereka dan mengambil alih kekuasaannya.
"Hehehe," ujarku tertawa lirih.
"Jika begitu, Space-time Magic: Zero Range," ujarku merapal mantra untuk mengurangi jarak di depanku.
Seketika, aku telah sampai di ujung bidang penglihatanku yang sebelumnya.
Sihir ini benar-benar luar biasa.
Baik, ayo menuju ibukota kekaisaran untuk mengambil kepala kaisar dan menyembunyikan tubuhnya.
Kemudian, hadiahkan untuk ayah dan ibuku sebagai permintaan maaf karena telah menyelinap.
Jika aku mengingat kembali, bukankah aku menulis bahwa Kekaisaran Dormus selalu mengganggu Kerajaan Vetra?
Yah, ayo membantu protagonis agar tidak mengintervensi ceritanya.
Berterima kasihlah padaku, Protagonis!
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Bagus + / Jelek -
bye bye thor
2023-05-08
1
Alter-Ruu
pasti yang terjadi nanti bukan kayak yang diharapkan
2021-05-17
3
alfa
gelud nya lama amat
2021-05-06
1