MENGAKHIRI

"Maafkan aku, Dila. Sungguh aku tidak bermaksud membuatmu bersedih dan membiarkan Reyhan mengetahui semua luka yang selama ini telah kamu sembunyikan," ucap Bastian dengan penuh rasa penyesalan.

Bastian duduk berhadapan dengan Dila di ruang tamu, ia pergi menemui kekasihnya itu pagi-pagi untuk meminta maaf karena ucapannya semalam, sungguh sangat menyakiti Dila.

Dila tersenyum miris. "Bukankah hal ini sudah biasa. Ini sudah sekian kalinya kamu mengungkit luka itu. Mengatakan aku menjijikkan, murahan dan besoknya kamu datang dengan membawa perhiasan dan tiket liburan."

"Aku marah karena kalian juga. Kamu tega berselingkuh dariku dan itu-" Bastian mengelengkan kepala sembari memijat dahinya. Pria itu menambahkan, "kamu berselingkuh dengan putraku, Dila. Apa kamu sadar akan hal itu?"

"Aku minta maaf padamu, Bastian. Namun aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku sudah lelah. Aku ingin hubungan kita berakhir sampai di sini," ucap Dila tanpa keraguan.

Bastian bagai tersambar petir mendengar ucapan Dila. Kekasih yang sudah ia pacari selama dua tahun meminta putus dan itu tepat sebulan lagi acara pernikahan mereka akan digelar.

"Dila! Kamu jangan bercanda. Aku tahu, semalam kamu marah, tetapi ini masalah hubungan kita. Sebulan lagi, Dila. Sebulan lagi kita menikah. Jangan membuat semuanya menjadi kacau," protes Bastian.

Dila memandang Bastian. "Aku ingin bertanya padamu, Bas. Jika kamu menjadi diriku, apa yang akan kamu lakukan jika kekasihmu senang bermain dengan pria lain di luar sana?"

Bastian mengeram. "Tapi kamu sudah setuju akan hal itu, kan? Kamu mengizinkanku berkencan dengan wanita manapun dan kamu meminta untuk berhenti ketika kita menikah."

"Apa kamu akan berhenti setelah kita menikah?" Dila mempertanyakan keyakinan Bastian.

Pria itu terdiam sesaat dan ia juga tidak yakin apa akan berhenti untuk bersenang-senang. Bastian menyadari dirinya sangatlah beruntung Memiliki Dila sebagai kekasih di depan publik dan memiliki wanita penghibur sebagai pemuas hasratnya.

Tetapi ia mencintai Dila. Sangat mencintai wanita itu hingga ia tidak mau kehilangan ataupun merelakan Dila bersama pria lain. Bastian melakukan itu karena Dila yang tidak mau bersamanya sebelum mereka menikah.

"Kamu tidak bisa menjawab, kan? Apa aku akan jatuh ke dalam pelukan pria seperti mendiang suamiku? Jika itu kamu, apa kamu lebih memilih jatuh ke lubang yang sama?" tanya Dila.

"Aku pria yang selalu ada untukmu sejak dulu, Dila. Kamu juga sudah berjanji untuk menikah denganku," ucap Bastian.

"Aku mengingkari janji itu. Aku menginginkan kita putus," tegas Dila.

"Aku tidak menerimanya." Bastian berlutut di bawah kaki Dila sembari memegang kedua tangan wanita itu. "Maafkan aku sekali ini saja. Aku tidak akan mengulanginya lagi."

Dila melepas pegangan tangan Bastian. "Maaf, Bas. Aku ingin hubungan kita berakhir. Lebih baik kita tetap menjadi teman saja."

Bastian bangkit berdiri. Rahangnya mengeras sembari tangannya mengepal erat. "Ini semua karena anak itu, kan? Kamu menginginkan Dion, kan,?!"

Dila ikut bangkit berdiri. "Aku memang mencintai Dion."

Tangan Bastian terangkat, tetapi pria itu mengurungkan niatnya untuk memberi cap lima jari di pipi Dila.

"Dion sudah aku jodohkan pada Rosa dan sebagai orangtua dari Dion, aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian," tegas Bastian.

"Aku hanya mencintai Dion dan tidak berharap bersamanya. Bersama atau tidak kami berdua nantinya, aku akan tetap mengakhiri hubungan ini. Sudah cukup selama dua tahun aku menahan rasa sakit yang kamu berikan." Dila melangkah meninggalkan mantan kekasihnya yang masih setia mematung seraya memperhatikan dirinya yang menaiki undakan anak tangga.

"Dila ... aku tidak akan pernah membiarkan dirimu mendapatkan Dion. Aku tidak akan menjadi gila karena cinta konyol kalian," kecam Bastian sembari melangkah keluar dari rumah Dila.

Dila menarik napas penuh kelegaan karena telah terlepas dari jeratan Bastian. Bukan berarti dengan ini, dirinya ingin bersama Dion. Namun Dila tidak ingin bersama pria yang sama seperti Albert.

Bastian memang pria yang selalu ada untuknya, mengatasnamakan sahabat, keduanya menjalin cinta, tetapi Bastian tidak menyadari jika kelakuannya seperti mendiang suami Dila.

"Terima kasih Dion. Kamu menyadarkanku." Satu nama yang mengatakan jika ia berhak bahagia. Meski nantinya Dion dan Dila tidak dapat bersama, yang pasti saat ini, Dila ingin menikmati masa-masa indah selama ia masih bisa merasakannya.

...****************...

"Kamu sudah lama menunggu?" tanya Rosa.

"Aku baru datang. Kamu duduklah," ucap Dion mempersilakan.

Dion memanggil pelayan untuk memesan menu makan siang. Keduanya mengisi perut terlebih dulu, setelah itu barulah memulai percakapan.

"Rosa ... sebelumnya aku minta maaf padamu," ucap Dion.

Dahi Rosa berkerut. "Maaf untuk apa?"

"Maaf karena telah memberi suatu harapan dan sesungguhnya aku tidak bisa mewujudkan harapan itu." Dari raut wajah Dion tampak sekali jika dirinya begitu menyesal dan merasa bersalah.

"Maksudmu?" Rosa menyatukan dua alisnya.

"Aku memutuskan untuk mengakhiri perjodohan ini. Ada seorang wanita yang ada di hatiku dan aku tidak mau tersiksa, begitu juga dengan dirimu. Aku tidak mau kamu tersiksa karena perasaan yang tak berbalas," ungkap Dion.

Perih yang wanita itu rasakan setelah mendengar pengakuan dari Dion. Pria yang selama ini ada di hati, cinta pertama yang membuat Rosa tidak bisa berpaling, ternyata memiliki wanita idaman lain.

"Aku menyukaimu sejak dulu. Jatuh cinta padamu saat dengan tiba-tiba kamu menyatakan cinta di kampus. Mengapa kamu begitu tega padaku? Apa yang kurang dariku hingga kamu berpaling dariku?" tanya Rosa dengan lirih.

Rosa ingin berteriak saat ini. Hatinya perih teriris sembilu. Perutnya terasa melilit dan ingin memuntahkan segala amarah yang berkecamuk dalam benaknya.

"Inilah salahku yang telah memberimu harapan palsu demi membuat wanitaku cemburu. Namun hatiku sudah terisi olehnya dan aku sudah mengunci rapat hatiku hanya untuk ia seorang. Kamu lebih segalanya, Rosa. Namun sekali lagi, cinta tidak bisa dipaksakan," terang Dion dengan nada suara yang sangat-sangat menyesal.

Rosa menahan air mata yang akan keluar, ia tidak ingin menangis di hadapan Dion. "Aku tidak bisa menerima ini, Dion. Ini terlalu sakit. Kamu membawaku terbang, lalu sekarang menjatuhkanku sejatuh-jatuhnya."

"Aku minta maaf. Jikapun dipaksakan untuk bersama, kamu juga akan sakit hati. Aku mencintai wanita lain dan aku harap kamu bisa berlapang dada menerima ini semua." Dion meletakkan beberapa lembar uang di atas meja lalu pergi melangkah keluar dari restoran.

Dion masuk ke dalam mobil. Ia mengembuskan napas lega, karena telah mengungkapkan apa yang menjadi keinginan hatinya.

Dion tidak bisa mencintai wanita lain, ia sudah mencobanya dan tidak ada yang bisa menganti nama Dila. Posisi wanita itu sudah berada jauh di dalam hati Dion, merasuki jiwa hingga tanpa sadar sudah membuat pria itu tergila-gila.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Ninyoman Suini

Ninyoman Suini

jsngan rsgu untuk menerima cinta dion dila😁

2022-08-30

0

Nesa Satria

Nesa Satria

kereeeennn kamu thooorrrr👏👏👏👏👏👏🥰👍

2022-08-25

0

SitiNur20969975

SitiNur20969975

tidak semua berondong itu penghianat,😍😍😍

2022-08-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!