MAU TAPI MALU

Dila salah tingkah karena memegang bunga yang telah dibuang oleh Dion, tampak dari bawah sana seorang pria tersenyum penuh kemenangan sembari mengantungkan jas di bahunya.

"Bagaimana kamu bisa masuk ke mari?" tanya Dila dengan menurunkan bunga anggrek dan menyelipkannya ke belakang tubuh.

Dion tersenyum dan menatap penuh cinta wanita yang berada di luar balkon kamar. "Kamu sangat cantik berada di atas sana, wajahmu semakin bersinar diterpa sinar rembulan."

Dila tidak dapat menahan senyum di bibir saat mendengar gombalan dari Dion. "Kamu belum menjawab pertanyaan, Tante. Bagaimana kamu bisa masuk?"

"Paijo tidur dan gerbangnya tidak dikunci," jawab Dion.

"Pulanglah," usir Dila.

"Biarkan aku di sini menatap wajahmu," pinta Dion memohon.

Dila memutar tubuhnya hendak melangkah masuk ke dalam kamar, namun suara lirih Dion menghentikan niatnya untuk melangkah masuk.

"Tunggulah lima menit lagi, kumohon," lirih Dion.

Dila menelengkan kepala. "Aku calon ibumu." Lalu Dila melangkah masuk ke dalam kamar, menutup pintu balkon dan dengan perlahan tirai ditutup.

Dion menatap tirai yang telah tertutup dan ia masih enggan untuk pergi dari sana. Dion berharap masih dapat memandang wajah dan bicara lebih lama pada wanita yang ia cintai.

Dila menenangkan detak jantungnya yang berdetak kencang dan ia mengeleng karena mengingat ucapan Dio barusan. Dila telah termakan gombalan dari pria tampan itu.

"Dia benar-benar lucu," ucap Dila sembari mengintip Dion yang ternyata tetap setia memandangi kamarnya. "Dia masih di sana?"

Dila menyibak tirai lalu kembali membuka pintu balkon dan keluar menemui Dion yang berada di bawah sana. "Belum mau pulang?"

"Kamu lupa janjimu," kata Dion.

Dahi Dila berkerut. "Janji apa?"

"Semalam kamu bilang akan makan malam berdua denganku, tapi kamu mengingkarinya," papar Dion.

Mendengar hal itu Dila kembali masuk ke dalam kamar, menutup pintu dan tirai. Dion menghela napas panjang, sepertinya ia memang tidak ada harapan untuk makan malam berdua bersama Dila.

Dion membalik tubuh dengan menaikkan jas di bahu lalu melangkah menuju gerbang, namun sebelum langkahnya sampai, suara Dila menghentikannya.

"Ayo kita pergi makan malam," teriak Dila dari atas balkon kamar.

Dion memutar tubuh sepenuhnya memandang Dila dari atas sana. "Aku menunggumu."

"Tante akan turun," ucap Dila.

Dion mencubit pipinya sendiri, benarkah Dila ingin pergi bersamanya? Apa ini cuma mimpi? Atau mungkin Dion sedang berada dalam dimensi waktu. Terlalu berlebihan pikiran Dion dan nyatanya saat ini ia tidak sedang bermimpi. Ini nyata, seorang Dila memenuhi janjinya untuk pergi makan malam bersama.

Dila keluar dari dalam rumah dengan memakai celana jeans, dalaman kaus putih berleher V-neck yang dibalut dengan blazer berwarna hitam. Ia juga memakai sepatu sport putih untuk melengkapi penampilannya malam ini.

"Tidak salah aku jatuh cinta padanya, Dila memang sangat cantik," gumam Dion pelan.

"Apa masih ada restoran yang buka?" tanya Dila dengan meremas kedua tangan yang menandakan saat ia benar-benar merasa sangat gugup.

"Jika kamu tidak keberatan, kita bisa makan di pinggir jalan," tawar Dion.

Dila menyelipkan rambut ke belakang telinga. "Tante mau, makan di pinggir jalan."

"Bisakah kita gunakan kata aku dan kamu saja?" Dion mengharapkan ia bisa lebih akrab bersama Dila ketika bicara dengan mengunakan kata aku dan kamu.

"Ta-tapi Tante lebih-"

"Malam ini saja," potong Dion cepat.

Dila menatap wajah tampan pria yang berdiri di hadapannya, jelas sekali raut wajah Dion sangat mengharapkan persetujuaan darinya.

Dila tersenyum kemudian mengannguk. "Baiklah."

Dion mempersilakan Dila masuk ke dalam mobil, setelah itu ia berlari kecil menuju pintu sebelahnya. Paijo yang sudah bangun dari tidur pulasnya, hanya melongo menatap sang majikan yang pergi bersama Dion.

Di dalam perjalanan Dion terus mengerling Dila yang duduk di sebelahnya. Jika ini mimpi, maka Dion ingin segera bangun dari mimpi indah ini, dan jika ini kenyataan, Dion berharap kebersamaan ini akan terus berlangsung.

"Ini warung makannya?" tanya Dila setelah keluar dari dalam mobil.

Dion membawa wanita itu ke sebuah warung makan di tepi jalan, dan dapat Dila lihat ada beberapa pengunjung yang tengah makan dengan diiringi penyanyi jalanan.

"Di sini makanannya enak, tapi pasti kamu tidak menyukainya. Aku tahu kamu tidak suka makanan berlemak," tutur Dion.

Dion tahu pasti wanita seperti Dila sangat menjaga makanan yang masuk ke dalam tubuhnya, ia harus memakan makanan sehat demi menjaga kecantikan serta kebugaran tubuhnya.

Dila tertawa kecil. "Sesekali tidak apa-apa."

Dion meraih tangan Dila dan membuat wanita itu kaget, tapi dalam hati ia merasa senang. Dila dibawa duduk di lesehan sedangkan Dion pergi memesan makanan.

"Aku pesankan kamu ayam bakar saja dengan es jeruk," ucap Dion.

"Kenapa hanya itu?" tanya Dila, "kenapa enggak pakai nasi?"

"Nasinya kita bagi dua saja," jawab Dion sembari mengedipkan sebelah matanya.

Pelayan mengantarkan makanan yang dipesan oleh Dion. Sesuai dengan yang diucapkan pria itu, hanya ada satu nasi yang dipesan.

"Ayo makan," ucap Dion yang sudah mengigit ayam goreng. Kelihatan sekali Dion sangat kelaparan sebab memang ia sendiri belum makan malam.

"Kamu belum makan malam?" tanya Dila.

"Belum," jawab Dion sembari menatap ayam bakar yang belum disentuh Dila. "Kamu tidak suka ayam bakarnya?"

Dila tersentak. "Suka ... hanya saja aku tadi sibuk memperhatikanmu."

"Memperhatikanku?" ulang Dion.

"Ak-aku hanya heran saja melihatmu makan," kilah Dila, "ayo lanjutkan makannya."

Dila ingin mencubit ayam bakar dengan jari tangannya, namun Dion menghentikan gerakan tangan Dila dengan sebelah tangan kirinya.

"Kenapa?" tanya Dila heran.

"Biar aku yang menyuapimu, nanti kuku tanganmu kotor," ucap Dion sembari tangannya mencubit daging ayam lalu dicampur dengan sedikit nasi kemudian memberikannya kepada Dila. "Buka mulutmu."

"Aku bisa makan sendiri," tolak Dila.

"Jangan menolaknya, ayo buka mulutmu," desak Dion.

Dila melirik ke sekeliling tempat mereka duduk, masing-masing pengunjung sibuk dengan pasangannya, dan secepat kilat Dila memasukkan jemari Dion ke dalam mulutnya.

Dion tertawa kecil. "Kenapa kamu jadi malu?"

Dila menundukkan kepalanya. "Jelas saja aku malu."

"Karena umur lagi?" Kembali Dion menyuapi Dila.

"Kamu tahu sendiri umurku," jawab Dila tanpa sadar terus makan dari tangan Dion.

"Makanannya enak?"

Dila mengerjap lalu kemudian melihat ayam bakarnya tinggal setengah, wajahnya merona malu. "Makanannya enak."

"Kamu semakin mengemaskan dengan wajah meronamu," ucap Dion sembari tertawa kecil.

Dalam hati Dila serasa meleleh, ia seperti kembali muda berkencan dengan seorang pria bernama Dion. Jantungnya berdetak kencang dan dari dalam hatinya ada sesuatu yang mengembirakan.

"Nyonya Dila dan tuan Dion saat ini tengah makan, Tuan," ucap seorang pria dibalik telepon.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Aliya Winata

Aliya Winata

ya ampunn aq suka bget ni crita bikin ngakak.. lo 😂😂

2022-12-24

0

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

mama dila lg puber ke dua...🤭🤭🤭🤭🤭

2022-12-03

0

Nesa Satria

Nesa Satria

aq bacany ngakak thooorrr

2022-08-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!