AKHIR HUBUNGAN KITA

"Jangan main-main, Reyhan. Kamu kira aku apa? Meski seribu wanita yang berumur sama seperti Dila kamu datangkan, aku tetap tidak akan menyukai semua wanita itu. Cintaku hanya untuk Dila. Hanya Dila seorang," ucap Dion dengan tegas.

"Maafkan aku, Dion. Aku tidak bisa menerima ini. Aku minta akhiri hubungan kalian," pinta Rey.

"Reyhan! Mama menyukai Dion," ucap Dila.

"Itu bukan cinta, Ma. Rey tahu betul apa yang menjadi keinginan mama. Lebih baik percepat saja pernikahan Mama bersama om Bastian," tukasnya.

Reyhan berpikir jika Dila hanya butuh suatu sentuhan hangat saja dari Dion. Sebuah pemikiran buruk yang berada di dalam otaknya.

"Tapi Mama mencintai Dion, Rey," tegas Dila.

"Reyhan tegaskan. Rey tidak mau punya ayah tiri yang umurnya hanya beda dua tahun."

Anna meraih pergelangan suaminya. "Mengapa kamu tidak mengerti, Sayang? Mama dan Dion saling mencintai. Biarkan mereka bersama, Rey."

"Kamu tidak mengerti, Ann. Jika Dion seumuran dengan Mama, sudah pasti aku akan menyetujui hubungan ini. Ketahuilah ... aku hanya tidak ingin Mamaku terluka," jelas Rey.

"Reyhan ... aku sahabatmu. Aku tidak akan membuat Dila terluka. Mengapa kamu tidak percaya?" Dion bertanya dengan suara lirih.

"Maafkan aku. Jika kamu masih menganggapku sahabat, tinggalkan Mamaku dan menikahlah dengan calon yang dijodohkan oleh papamu," tegas Reyhan, sembari beranjak dari duduknya.

"Mama, Dion ... aku pergi menyusul Reyhan," pamit Anna.

Reyhan mengambil Kiano dari tangan Sari, lalu masuk ke kamar tidurnya dengan disusul oleh Anna.

Dion melirik Dila yang tertunduk di sampingnya, ia mencoba meraih tangan Dila lalu mengenggam tangan itu dengan erat.

"Kamu belum makan malam. Kita makan dulu," ujar Dila.

Dion mengeleng. "Ikutlah bersamaku."

Dila mengangkat wajahnya menatap Dion. "Ke mana?"

"Ikut saja," jawab Dion.

"Dion, aku-"

"Setelah ini kamu boleh memutuskan." Dion berkata seraya menampilkan senyum manisnya.

Dila mengangguk. "Aku akan ikut bersamamu."

...****************...

Anna menyentuh punggung belakang Reyhan dan berhasil membuat pria itu tersentak. "Sayang."

"Apa Kiano sudah tidur?" tanya Rey.

"Sudah, dan Sari yang menemaninya," jawab Anna.

Rey menatap pemandangan taman rumah dari balik kusen jendela, terlihat dari raut wajahnya saat ini, pria itu tengah dilanda suatu dilema. Anna meremas kedua tangan dan ia gugup untuk bicara, Ia ingin membahas masalah antara Dion dan juga Dila.

Rey mencuri lirik ke arah Anna. "Bicara saja, Ann."

"Setujui saja hubungan mereka, Rey," ucap Anna.

Rey menghela napas panjang. "Kamu tidak mengerti, Ann. Aku melakukan ini hanya karena tidak ingin mama terluka. Sampai berapa lama mama akan bisa melayani Dion?"

"Dion sangat mencintai mama dan kita bisa lihat keseriusannya." Anna memeluk suaminya. "Tidak semua pria itu, tidak setia."

"Aku tahu itu. Tapi, ini masalah berbeda, Ann. Apa Dion akan tahan untuk tidak menyalurkan hasratnya?"

Anna mendengus. "Apa isi pikiranmu hanya itu?"

"Sebagai pria, pikiranku memang begitu," jawab Rey.

Apalagi selain urusan itu yang kupikirkan. Dion tidak kekurangan apa pun. Kalau bukan masalah itu, apalagi," batin Rey.

"Ada banyak hal selain itu, Rey," cetus Anna.

"Aku hanya memikirkan ke depannya, Ann. Oke, Dion tidak masalah dengan itu, tapi bagaimana dengan mama? Pasti dia merasa sebagai istri telah gagal," terang Rey.

Rey berpikir untuk ke depannya, ia bisa saja menyetujui hubungan cinta Dila dan Dion. Namun, seiring waktu di mana ada kata tidak sanggup, gagal, bosan, maka itu merupakan malapetaka bagi keduanya. Sebelum hal itu terjadi, Rey harus mencegahnya.

Anna terdiam mendengarnya. Apa yang dikatakan Rey ada benarnya juga, kalau Dion tidak masalah, lalu bagaimana dengan Dila. Cinta yang begitu rumit dan Anna tidak tahu harus apa, tetapi keduanya saling mencintai. Lebih baik satukan mereka dan untuk masalah nanti, biarlah menjadi urusan yang akan datang. Begitulah pemikiran Anna.

"Aku tetap mendukung mama. Terserah kamu setuju atau tidak." Anna naik ke tempat tidur, merebahkan kepalanya di bantal.

"Kita enggak jadi main?" tanya Rey.

"Sudah enggak mood," ketus Anna.

Reyhan menghela napas gusar. "Gara-gara Dion ini."

...****************...

"Ayo turun," ajak Dion.

"Di sini gelap, Dion," kata Dila.

"Pantai memang gelap, tapi ada bulan sebagai penerangannya." Dion menghidupkan kedua lampu mobil agar bisa menjadi penerang.

Keduanya turun dari dalam mobil. Dion naik, lalu duduk di bagian depan mobil sembari melepas jas yang ia kenakan.

"Ke marilah."

Tubuh Dila diangkat Dion agar bisa duduk bersama, kakinya ditutupi pakai jas karena Dila mengenakan gaun malam saat ini. Kedua tangan Dion melingkar memeluk kekasihnya, pipi keduanya saling menempel.

"Dila ... biarkan aku seperti ini. Malam ini saja," pinta Dion.

Dion berpikir jika ini adalah hari terakhirnya bersama Dila, ia tahu pasti kekasihnya akan meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, dikarenakan Reyhan yang tidak setuju.

"Dion," lirih Dila.

"Kumohon untuk tidak mengatakan apa pun. Apalagi kata-kata mengakhiri. Aku baru saja mendapatkanmu," ucap Dion.

Dila menelengkan kepalanya memandang Dion. Mengecup kening pria itu dengan lembut sembari menitikkan air mata.

"Jangan menangis," Dion mengusap pipi Dila dengan kedua ibu jarinya.

"Aku hanya bersedih. Terlalu banyak rintangan untuk kita berdua, bahkan ini belum sampai sehari," ujar Dila.

Belum sehari keduanya sudah diminta untuk mengakhiri hubungan yang dijalin, apalagi jika sampai keduanya menjalin pernikahan, sudah pasti akan banyak yang menyayangkan keputusan itu.

"Kita jadian memang belum sampai sehari, tetapi aku mencintaimu lebih dari sehari." Dion mengeratkan pelukannya.

"Aku ingin hubungan ini diakhiri." Dila menutup wajahnya karena tak kuasa menahan kesedihan.

Dion mengeleng dan ia juga tidak tahan untuk tidak menitikkan air mata. Baru saja bersama, tetapi mereka harus mengakhiri hubungan ini.

"Aku tidak sanggup, Dila," lirih Dion.

Bagaimana pun Dion juga tidak dapat memaksa hubungan ini berlanjut. Reyhan tidak mendukung hubungan mereka, percuma keduanya menjalin cinta, tetapi tidak ada satu pun yang merestui. Ini baru Reyhan, belum lagi Bastian.

"Kamu sudah jadi kekasihku. Itu sudah cukup, kan? Setidaknya kita sudah pernah menjalin hubungan sebagai kekasih," tutur Dila.

Dion mengeleng. "Bukan hanya kekasih, aku juga menginginkan menjadi pendampingmu."

Dion menangkup kedua pipi Dila lalu mengecup bibir merah muda itu secara lembut. Keduanya saling memejamkan mata, meresapi setiap sentuhan yang terjadi pada bibir mereka.

"Jadikan aku milikmu," pinta Dila.

"Kamu memang milikku."

Dion membawa Dila masuk ke dalam mobil. Kursi diturunkan, keduanya saling menyentuh.

"Aku tidak bisa. Bukan ini yang kuinginkan, meski aku juga sangat ingin menyentuhmu," cetus Dion.

Dila tersenyum. "Aku mengerti."

Dion membawa Dila masuk ke dalam dekapannya. "Aku cinta kamu. Sangat-sangat mencintaimu."

Dila memejamkan mata begitu juga Dion. Tubuh mereka saling berpelukan sampai akhirnya tertidur. Pelukan itu untuk yang terakhir kalinya, karena besok, keduanya bukan lagi pasangan kekasih. Hubungan mereka telah berakhir sebelum dimulai.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Isni Alfatih Rahman

Isni Alfatih Rahman

cinta ini menyiksaku

2024-02-03

0

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

cinta yg rumit 🤦🤦

2022-12-03

0

Ninyoman Suini

Ninyoman Suini

saya dukung dion dan dila

2022-08-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!