APA AKU SALAH?

Dion mengecup lama kening Dila sebelum ia menarik diri, melepas pelukannya dari tubuh sang kekasih. Dion menghapus bulir air mata yang masih tersisa di pipi Dila.

"Kita pulang," kata Dion.

Dila mengangguk. "Iya."

Mesin mobil dihidupkan. Dila tidak ingin cepat sampai di rumah, ia ingin bersama lebih lama bersama Dion. Mobil begitu lambat berjalan, Dion juga menginginkan hal yang sama seperti Dila.

Namun sayangnya, meski mobil berjalan lambat, mobil yang dikendarai Dion tetap sampai di depan rumah Dila.

Dion turun membuka pintu untuk wanita yang sudah tidak lagi menjadi kekasihnya. Dila keluar dan kini keduanya saling berpandangan satu sama lain.

"Aku masuk," ucap Dila.

Dion mengangguk. "Masuklah. Selamat malam."

Dila tersenyum. "Selamat malam."

Dila masuk ke gerbang rumah yang sudah dibuka oleh Paijo. Ia terus melangkah dan tidak ingin untuk menoleh ke belakang. Dila takut, jika ia menoleh ke belakang, maka ia tidak bisa untuk melepas Dion.

Dion hanya bisa meratapi langkah wanita yang sangat ia cintai, ia berharap Dila menoleh ke belakang untuk yang terakhir kalinya. Dion ingin memandang sekali lagi wajah cantik dari wanita itu, sebelum keduanya akan berpisah dan menjadi milik dari orang lain.

Dila berhenti melangkah, Dion maju hingga batas ia dapat mencapai gerbang besi. Dila membalik tubuhnya, memandang pria yang kini bukan lagi miliknya.

"Dila," seru Dion dengan suara lirihnya.

"Dion," ucap bibirnya, dengan napas tercekat.

Dila membalik diri, lalu melangkah dengan cepat menuju rumah. Dion melipat bibir, mencengkeram kuat pagar besi yang ia pegang, kemudian menendang pagar itu dengan sekali terjangan sebelum ia masuk ke dalam mobil dan berlalu dari sana.

"Pergilah, Sari. Biar aku saja yang menutup pintu," ucap Dila.

"Baik, Nyonya." Sari berlalu. Ia tidak mau bertanya apa yang terjadi pada majikannya itu, meski dalam hati ia sangat penasaran. Dari raut wajah Dila saja menunjukkan, jika wanita itu tengah dilanda kesedihan.

Dila bersandar dibalik pintu. Menarik napas dalam-dalam agar rasa sesak dalam benaknya menghilang. Nyeri ia rasakan ketika seseorang yang telah digapai, terlepas dari genggaman.

Dila tersadar hubungan mereka tidak akan berjalan mulus, ada saja yang pasti akan menghalangi. Ini baru Reyhan, belum lagi lainnya. Lebih baik hubungan ini tidak dilanjutkan sebelum hubungan mereka semakin jauh.

"Mama," seru Reyhan.

Dila memalingkan wajah, mengembuskan napas perlahan, kemudian memasang senyum manis di bibir sebelum berhadapan dengan Reyhan.

"Iya. Kamu belum tidur?" pertanyaan basa-basi yang Dila lontarkan.

"Mama bersedih?"

Dila mengeleng. Lagi-lagi dirinya menunjukkan senyum kepalsuan. "Tidak, Sayang."

"Mama jangan berbohong. Kita tidak pernah menyembunyikan apa pun," tutur Reyhan.

Dila tidak dapat menahan kesedihan yang mendera, ia memeluk Reyhan, menumpahkan segala rasa sedih karena selama ini hanya putranya seorang yang menjadi pelindungnya.

"Maafkan Reyhan, Ma. Rey hanya tidak ingin Mama terluka." Sungguh Reyhan tidak bermaksud untuk membuat Dila bersedih, tetapi ini juga demi kebaikan mamanya sendiri.

Dila melepas pelukannya lalu mundur selangkah agar bisa menatap wajah tampan putranya. "Kamu tidak perlu minta maaf. Memang seharusnya kami mengakhiri hubungan ini."

Dila menghapus sisa air mata yang menempel di pipi, menarik napas dalam-dalam sebelum mengembuskannya secara diam-diam.

"Mama baik-baik saja. Kamu tidurlah. Mama juga ingin istirahat." Dila melewati tubuh Reyhan, menaikki undakan tangga menuju kamar tidur.

"Aku merasa bersalah." Rey juga ikut menaikki anak tangga menuju kamar tidurnya sendiri."

"Mama pasti sangat sedih," ucap Anna, ketika Rey masuk ke dalam kamar.

"Kamu menguping?" tanya Rey.

"Mama bersedih karena kamu. Tanggung jawab. Kamu dulu begitu juga, Rey. Tergila-gila pada satu wanita, lalu apa salahnya mama dan Dion saling menjalin hubungan?" Anna berkata dengan gusar.

Rey menghela. "Kamu tentu tahu apa masalahnya. Aku akan minta maaf pada mama besok agar rasa sedihnya berkurang."

"Terserah kamu, Rey. Aku tidak mau ikutan," kesal Anna.

Rey bergumam, "Apa aku salah?"

"Kamu memang salah," sahut Anna.

Rey mengembuskan napas panjang. "Aku tidak bermaksud begitu."

...****************...

Kekasihku. Baru saja aku mengapaimu, tapi sesaat aku melepasmu. Namun, di setiap detik, menit yang kita lalui hari ini, sudah membuatku bahagia. Setidaknya kamu sudah menjadi bagian dari hidupku dalam waktu singkat. Sungguh hari ini merupakan hari yang paling membuatku bahagia dan paling membuatku merasakan kesedihan teramat sangat. Namun satu hal yang pasti, cintaku tidak akan berubah. Cinta ini hanya untukmu seorang, kekasih manisku, Dila.

~ Dion ~

Dion meletakkan bolpoin serta menutup buku harian yang telah selesai ia tulis. Sebelum meletakkannya kembali ke dalam laci meja, satu kecupan mendarat di buku itu.

Semua tentang Dila ada di sana. Dion menuliskan semua segala perasaannya tentang Dila di buku itu. Perasaan cinta yang tidak dapat ia buang, meski seribu kali ia mencobanya.

Mengapa ini terasa aneh? Tidak ada yang aneh dalam hal ini. Mengapa mereka berkata jika pria muda tidak bisa bersama wanita yang lebih dewasa? Mengapa orang-orang menganggap hal itu sesuatu yang sangat menjijikkan? Tidak ada yang salah. Yang salah adalah pemikiran dari orang-orang itu.

Dion merebahkan tubuhnya di atas ranjang, berharap waktu bisa berputar kembali. Ia ingin berada di mana Dila menerima cintanya dan terhenti di waktu itu juga.

"Dila," seruan terakhir membuatnya tertidur lelap.

...****************...

Hening. Tidak ada satu pun yang mengeluarkan suara saat ketiganya sarapan bersama. Dila terlihat biasa di luar penampilannya, tapi tidak ada yang tahu jika di dalam hatinya masih menyimpan luka yang teramat sangat.

"Ma," panggil Rey.

Dila mendongak menatap Rey. "Iya. Kenapa?"

Rey tersenyum. "Apa Mama baik-baik saja?"

"Tentu. Memangnya Mama kenapa?" Dila mengerutkan kening tanda tidak paham maksud pertanyaan Reyhan.

Rey memasang senyum terpaksa. "Tidak apa-apa."

Dila meneguk minumnya, kemudian menyeka bibir dengan lap mulut. "Mama sudah selesai. Kalian lanjutkan saja. Mama mau bersama Kiano." Dila beranjak dari kursi kemudian melangkah pergi.

"Aku membuat mamaku terluka," lirih Reyhan.

Anna memandang suaminya. "Kamu terlalu menyayangi mama, tapi lihatlah, mama menjadi terluka.

"Anna ... apa yang harus aku lakukan?" tanya Reyhan.

"Ucapanmu waktu itu ada benarnya, Rey. Namun, perlu kamu tahu. Tidak semua pria seperti itu," jawab Anna.

Tidak ada yang tahu kejadian di masa depan akan seperti apa. Namun, Rey hanya mencegah hal-hal buruk yang akan terjadi. Lebih baik Dila bersama orang yang jelas sudah menjadi tunangannya, daripada bersama Dion, pria muda yang jauh di atasnya.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, koment dan subcribe.

Terpopuler

Comments

Tatik Roviani

Tatik Roviani

gp" asalkan saling mencintai aku sama suami aja berbeda jauh 15 th nan klo ada yg sih kayak anak sama bapak tp aku cuek* saja sama suami aku

2023-07-09

0

Putri Sera

Putri Sera

rey kamu itu tidak tau apa2 tentang mama dan papa mu yg jahat itu. Dila trauma selama ini makanya dia tidak menikah lgi. dengan Dion dia bisa jdi wanita yg di butuhkn dan di cintai andai km tau bagaimana papa mu memperlakukan mama mu? Dila tidak mau kamu membenci papa mu Rey

2023-01-11

0

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

hmmmmmmmm pasti sedih mereka

2022-12-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!