CEMBURU MEMBAWA LUKA

"Sepertinya Kiano sangat bahagia, dari tadi tertawa terus," celetuk Anna sembari duduk di samping Dila.

"Pastinya. Kiano sangat senang sama neneknya," sahut Dila.

Kiano tertawa saat Dila menimang-nimang dirinya. Anak kecil berbadan padat itu, memang tidak pernah rewel meski ada orang yang mengelutnya.

"Mama berharap Maya mengandung anak perempuan, jadi kita bisa menjodohkan Kiano. Dari dulu Mama berharap sahabat Mama melahirkan anak perempuan, nyatanya malah melahirkan Diki, tapi untungnya Mama mendapat ganti menantu yang lebih dari segalanya," jelas Dila.

"Mama," seru Anna tersipu malu.

Dila terkikik geli. "Wajahmu memerah."

Dila tertawa, tapi Anna dapat melihat ada gurat kesedihan di sana. Secara penampilan luar, Dila memang bersikap biasa saja, tapi jauh dalam benaknya, ia terluka.

"Ma," lirih Anna.

Dila terdiam sesaat. Ia tahu apa yang ingin dibicarakan oleh menantunya itu, ini pasti masalah hubungannya bersama dengan Dion.

"Mama baik-baik saja, Ann," ucap Dila.

"Anna tahu, Ma. Anna juga berpikir ke hal yang sama seperti Reyhan, tapi ini masalah kebahagiaan. Mama sendirilah yang harus menentukan, bukan kami. Mama yang akan menjalankan kehidupan, bukan kami," cetus Anna.

Dila mengangguk lalu tersenyum. "Iya, Sayang. Terima kasih sudah ada untuk Mama. Tapi Mama sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami."

Anna memeluk Dila dengan erat. "Mama yang kuat, yah?"

Dila mengangguk. "Iya, Sayang."

Dari jauh Reyhan memandang interaksi antara istri dan mamanya. Ia tidak salah pilih, Anna begitu baik dan perhatian pada Dila.

"Maafkan Reyhan mama. Istriku, aku makin cinta padamu," gumamnya.

...****************...

Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Dila. Pesan yang mengatakan jika kekasihnya Bastian, akan mengajaknya makan malam bersama.

Dila membalas pesan itu, ia menyetujui ajakan Bastian untuk makan malam nanti. Hal itu dilakukan Dila agar ia tidak lagi memikirkan kenangan manis yang sekejap Dion berikan.

Dila bersiap-siap karena Bastian akan datang menjemput. Seperti biasa, Dila mengenakan gaun malam sebab Bastian akan selalu mengajaknya makan malam di restoran mewah.

Tas tangan serta high heel siap menemani Dila malam ini, ia keluar dari kamar lalu menuruni undakkan tangga satu per satu.

"Sari," seru Dila.

"Iya, Nyonya," sahut Sari sambil berlari menghampiri Dila.

"Tolong tunggu Bastian datang," perintahnya.

Sari mengangguk paham. "Siap, Nyonya."

Dila mendaratkan tubuhnya di sofa sembari menunggu Bastian, sedangkan Sari menunggu Bastian di luar rumah.

Rasa malas menghampiri diri Dila, ia merasakan untuk enggan keluar dengan pria yang menjadi kekasihnya itu. Bastian selalu menceritakan hal-hal yang sebenarnya sangat Dila ketahui.

Masalah perusahaan, grafik rugi-laba, saham, itu semua membuat Dila bosan. Ia sudah lama pensiun dari dunia kerja. Namun, ketika Dila membahas mengenai apa yang ia suka, pria itu hanya menjawab kata iya saja dan seperti sangat malas untuk mendengarnya.

"Nyonya ... tuan Bastian sudah datang," ucap Sari.

Dila beranjak dari duduknya. "Terima kasih, Sari."

Bastian tersenyum lebar saat matanya bertabrakan dengan wanita yang ia cintai. Namun berbeda dengan Dila, wanita itu malah mengumpat dalam hati melihat Bastian. Dila menyayangkan, mengapa Dion terlahir dari benih pria itu.

"Kapan kamu pulang?" tanya Dila.

Bastian mengatakan jika dirinya pergi ke luar kota demi suatu pekerjaan. Tapi, Dila tidak menyangka jika Bastian akan kembali dengam cepat.

"Tadi pagi." Bastian mengecup sisi kepala Dila. "Aku sangat merindukanmu."

"Aku kira kamu akan beberapa hari di luar kota," ujar Dila.

"Aku tidak bisa jauh darimu, itu sebabnya aku pulang cepat," sahut Bastian.

Dila masuk ke dalam mobil setelah Bastian membukakan pintu untuknya. Mesin dihidupkan, Bastian mengendarai mobil menuju sebuah restoran yang ia pesan.

...****************...

"Kenapa kamu memesan kursi empat buah?" tanya Dila.

"Kita tidak makan berdua saja. Dion dan Rosa juga akan ikut bersama makan malam," jawab Bastian.

Dila melebarkan mata. "Kamu tidak memberitahuku?"

Bastian tersenyum. "Aku mau kita dekat dengan anak dan calon menantu kita. Aku juga berencana, bagaimana kalau pernikahan kita dilangsungkan secara bersamaan?"

"Apa?!"

"Jangan kaget begitu. Lihat ... Dion dan Rosa sudah datang," ujar Bastian sembari menunjuk arah depan pintu masuk restoran.

"Akhirnya kalian datang juga." Bastian bangkit berdiri lalu merangkul Dion dan juga Rosa. Begitu juga dengan Dila yang ikut memeluk Rosa dan juga Dion.

Saat memeluk Dion, jantung Dila berpacu dengan cepat, ia menarik senyum terpaksa untuk menenangkan diri.

"Ayo duduk. Papa sudah pesankan makan malam untuk kalian," ucap Bastian.

Semuanya duduk di kursi masing-masing. Kembali Dila duduk berhadapan dengan Dion. Ingin sekali Dila menghilang dari restoran, perasaannya campur aduk saat ini. Antara rindu, sedih serta cemburu.

"Dila ... ayo makan," kata Bastian setelah pelayan menata hidangan makan malam.

"I-iya," kaget Dila.

Makan malam berlangsung hening. Dila mencuri lirik memandang Rosa yang perhatian pada Dion. Kobaran api telah membakar hatinya saat ini. Seharusnya ia yang di sana dan bukannya Rosa.

"Sayang ... coba ini?" Dila mengulurkan satu sendok sayuran kepada Bastian.

Bastian mendesah. "Aku tidak suka sayur, tapi kali ini aku tidak menolak suapan manis darimu."

Bastian menyambut suapan makanan dari tangan Dila dan berhasil membuat seorang pria terbakar dengan adegan itu.

"Om sama Tante romantis sekali," celetuk Rosa.

Bastian tertawa geli. "Itu yang buat Om sangat mencintai Dila." Bastian merangkul kekasihnya.

"Rosa ... aku juga mau mencicipi makananmu," pinta Dion.

"Kamu mau yang mana?" tanya Rosa.

"Apa pun yang kamu berikan, aku makan," jawab Dion.

Rosa memberikan irisan daging kepada Dion dan dengan senang hati pria itu menyambut suapan dari Rosa.

"Kamu tidak mau kalah saja," ucap Bastian.

"Kami juga bisa romantis." Dion mencubit kecil pipi Rosa dan berhasil membuat wanita itu merona.

Apaan sih," batin Dila.

Aku juga bisa, Dila," batin Dion.

"Kita kencan ganda, yuk," ajak Rosa.

"Bukannya ini sudah kencan," sahut Dion.

"Kita jalan-jalan ke taman atau paling tidak kita nonton bareng," usul Rosa.

Dila tersenyum. "Kami sudah tua. Tidak bisa yang melakukan hal itu."

"Ayolah, Tan. Ini akan menjadi seru," bujuk Rosa.

"Kita coba saja, Sayang. Ini akan sangat menyenangkan," usul Bastian.

"Baiklah," jawab Dila setuju.

...****************...

"Ini menakjubkan, Dila. Kita kencan hanya di restoran untuk makan malam," ujar Bastian.

Bukannya kamu yang terlalu sibuk? Dasar pria ini," batin Dila.

"Kita duduk, yuk," ajak Rosa.

Dion dan Rosa duduk di bangku taman di sisi kanan sedangkan Dila dan Bastian duduk di sisi kiri bangku depannya. Dion dan Dila dapat saling melihat karena lampu taman.

"Papa dan mamamu sangat serasi," cetus Rosa.

"Mereka belum menikah dan Dila bukan mamaku," ketus Dion.

Rosa mengernyit. "Kamu tidak menyukai calon ibumu?"

"Suka. Sangat suka malahan."

"Nada suaramu menunjukkan kamu tidak menyukai hal itu." Rosa menjadi penasaran karena jawaban ketus Dion.

"Hanya perasaanmu saja."

Dion melebarkan matanya melihat Bastian memeluk Dila.

"Lepaskan aku, Bastian," ucap Dila.

"Kenapa? Kamu tidak ingin disentuh karena ada Dion di sini."

Bersambung.

Dukung Author vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

saat ketidak nyamanan mulai muncul... yg ada hanya bosan

2022-12-03

0

Nesa Satria

Nesa Satria

🤭🤭🤭🤭🤭🤭

2022-08-25

0

SitiNur20969975

SitiNur20969975

saling bikin cemburu😆😆😆😆😆lucu pisan

2022-08-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!