LIHAT AKU SEBAGAI PRIA

"Aku tegaskan bahwa aku akan tetap bersama Bastian," ucap Dila.

Dion mengepalkan kedua tangannya. "Kumohon Dila. Jangan melihatku dari segi umur, tetapi anggap aku sebagai seorang pria yang mencintaimu."

Dila menghela napas panjang. "Tidakkah kamu berpikir panjang, Dion. Apa yang akan kamu dapatkan jika bersamaku? Ada banyak wanita cantik dan muda di luar sana."

Dion mengeleng. "Andai aku bisa berpaling darimu, Dila. Namun nyatanya aku tidak bisa."

"Kamu sakit, Dion," sarkas Dila.

"Aku sakit karenamu," jawab Dion.

Dila membalik tubuh lalu melangkah menaiki anak tangga menuju kamar tidur. Dion hanya dapat menatapnya sembari memejamkan mata saat terdengar bunyi pintu kamar yang tertutup.

Langkah Dion gontai keluar dari rumah Dila, ia tidak tahu lagi harus dengan apa menyakinkan wanita itu, bahwa sebenarnya ia sangatlah bersungguh-sungguh.

Dila mengingat kembali ucapan Dion yang mengatakan untuk melihatnya dari segi yang berbeda.

Lihat aku sebagai seorang pria yang mencintaimu dan jangan lihat aku dari umurku.

"Dion," lirihnya, "mengapa dirinya begitu manis?" Mengingat kata-kata itu, Dila malah merasa bahagia. Namun rasa itu memudar saat Dila teringat akan janjinya pada Bastian, pria yang sudah dua tahun menunggunya.

"Apa yang harus kulakukan?" gumam Dila bingung.

Saat ini Dila bak gadis remaja yang tengah sulit untuk mengambil sebuah keputusan, di mana dalam hatinya terdapat rasa gundah, dilema, serta ragu yang menyelimuti.

Dila menatap dirinya di depan cermin hias, ia raba wajah serta tubuhnya. "Apa ini yang kutakutkan?"

Dila merebahkan tubuhnya di atas ranjang sembari menatap langit-langit kamar, ia memejamkan mata berharap suatu keajaiban akan datang, di mana dirinya akan kembali muda dalam sepuluh tahun.

...****************...

Braak ... !

Diki menghempaskan map di atas meja kerja Rey lalu menarik kursi untuk duduk. Dari raut wajahnya tampak sekali pria itu tidak tidur semalaman, kantung matanya sembab dan terdapat lingkaran hitam.

Diki menundukkan kepala di atas meja dengan tumpuan kedua lengan tangannya sebagai alas. Rey geleng-geleng kepala melihat perilaku sahabatnya, ia melirik jam di dinding, di mana waktu sudah menunjukkan pukul makan siang dan pantas saja Diki bersikap sebagai sesama sahabat saja.

"Kamu kurang tidur semalam?" tanya Reyhan.

"Iya," jawab Diki lalu beralih dari kursinya menuju sofa empuk dan berbaring di sana.

Diki kurang tidur karena menuruti semua keinginan ibu hamil yang menginginkan makan di tengah malam, lalu mengerjakan tugas yang Reyhan berikan. Itu sebabnya pagi ini ia begitu mengantuk.

Rey membuka berkas lalu membaca data-data pribadi Rosa, ia mengangguk-anggukkan kepala pertanda mengerti apa isi berkas itu.

"Jadi Rosa satu kampus, tetapi beda jurusan," gumam Reyhan sembari memandang Diki yang tengah memejamkan mata. "Dik ... jelaskan ini."

"Baca saja berkas itu," sahut Diki.

"Katamu mengenal Rosa. Apa Dion mengenalnya?" tanya Rey.

Diki bangkit sembari mengacak-acak rambutnya. "Kamu ingat tidak, pernah mengerjai Dion? Nah itu cewek yang dulu kita suruh Dion tembak."

"Tunggu-tunggu," kata Rey sembari mengingat-ingat hal-hal konyol semasa dirinya duduk dibangku kuliahan. "Oh, jadi cewek yang berkacamata itu Rosa?" Rey tertawa geli. "Jodoh memang enggak ke mana. Dion dijodohkan dengan gadis seumuran dengannya."

"Dion menyukai mamamu, Rey," ucap Diki.

"Kamu benar. Bahkan yang aku dengar dari Sari, mama sepertinya menyukai Dion," sahut Reyhan.

"Restui saja, Rey." Diki kembali berbaring di sofa setelah mengatakan hal itu.

Reyhan menyandarkan tubuhnya disandaran kursi, lalu mengembuskan napas panjang. "Andai Dion tidak seumuran denganku, sudah pasti aku akan sangat setuju dia menjadi papaku. Seandainya aku bisa memundurkan waktu, akan aku buat Dion menjadi tua terlebih dulu."

"Mimpimu ketinggian, Rey," sahut Diki.

Rey berdecak. "Tidur sana. Telingamu dengar saja, aku kan hanya berandai."

Diki tertawa geli karena berhasil membuat Reyhan merona malu. Itu hanya khayalan konyol Rey saja, tetapi faktanya Dila dan Dion terpaut usia yang sangat jauh berbeda.

...****************...

"Dila ... tunggu aku," seru Dion.

"Kamu tidak bekerja? Setiap saat selalu menguntitku," kesal Dila.

"Jangan marah-marah, biar aku bawakan belanjaanmu." Dion mengambil paper bag berisi belanjaan Dila. "Kamu mau belanja apa lagi?"

Entah dari mana Dion tahu, jika Dila tengah pergi berbelanja seorang diri. Pria itu bagai bayangan yang selalu mengikuti langkahnya.

"Aku mau pulang," jawab Dila.

Dion melirik jam di pergelangan tangannya. "Sore ini kamu ada latihan yoga, kan? Biar aku antar."

Dila tercengang. "Kamu tahu semua jadwalku?"

"Tentu saja," sahut Dion menyengir. "Kita lakukan yoga bersama."

Dion menarik tangan Dila agar berjalan beriringan, jantung keduanya berdetak kencang ketika tangan mereka saling bertautan. Dila enggan untuk melepas tangannya dan Dion semakin erat mengenggamnya.

"Mobilnya bagaimana?" tanya Dila yang teringat jika ia datang ke pusat perbelanjaan dengan menyetir sendiri.

"Kita telepon anak kita agar menyuruh orang untuk menjemput mobilmu," jawab Dion dengan serius.

Dila tertawa kecil. "Anak?"

"Iya. Anak kita Reyhan." Dion mengerutkan kening.

Dila tidak dapat menahan gelak tawanya. "Dion ... kamu benar-benar sudah gila. Reyhan itu sahabatmu."

"Rey memang sahabatku, tetapi akan menjadi anakku. Apa yang salah?" tanyanya balik.

"Tidak ada yang salah, hanya kamu yang sudah tidak waras," ucap Dila.

Dila mengacak-acak rambut Dion lalu membuka pintu mobil dari pria itu dan masuk ke dalam. Dion mengusap rambutnya seolah tidak percaya dengan apa yang dilakukan wanita itu.

"Sepertinya aku harus selalu bicara kata-kata yang membuat dirinya tertawa," gumam Dion.

Dion menyusul masuk ke dalam mobil, mengendari kendaraan beroda empat itu dengan kecepatan sedang.

"Kita langsung ke tempat yoga saja," ucap Dila.

"Oke," jawab Dion.

Mobil melaju menuju tempat biasa Dila latihan yoga, dan tentu sebagai pria yang menyukai wanita cantik itu, Dion tahu di mana letak gedungnya berada.

Dion dan Dila keluar dari dalam mobil kemudian melangkah masuk ke dalam gedung. Dila langsung menuju ruang ganti begitu juga dengan Dion. Karena Dion tahu jadwal latihan dari wanitanya, maka ia pun sudah punya persiapan.

"Kita masuk," ajak Dion.

"Ayo," ucap Dila tersenyum.

Usaha tidak akan menghianati hasil," batin Dion.

Rekan-rekan Dila cukup heran melihat seorang pria yang ikut masuk ke dalam ruang pelatihan. Mereka berbisik-bisik, tetapi tidak sempat bertanya sebab kelas sudah di mulai.

Dion juga pernah melakukan latihan yoga, tetapi berbeda pusat pelatihan dengan Dila, itu sebabnya dia ditempatkan di kelas yang sama.

"Kapan-kapan kita latihan berdua saja, ya," bisik Dion.

Dila mengulum senyum. "Iya."

"Biar aku yang lap wajahmu." Dion mengambil handuk kecil lalu mengelap lembut wajah Dila, setelah keduanya selesai latihan.

"Dila ... siapa pria ini?" tanya rekan Dila yang datang menghampiri keduanya. Dua orang wanita, yang satu memakai baju olahraga biru dan satunya lagi memakai baju merah.

"Di-dia ini-"

"Aku pacarnya," potong Dion.

Dila melototkan matanya. "Bukan. Jangan dengarkan pria ini."

"Ya ampun Dila. Ingat umur," ejek keduanya.

Dila mengepal geram lalu keluar dari ruang kelas, Dion yang meneriaki namanya tidak di dengar dan wanita itu terus melangkah menuju ruang ganti.

Dion menatap dingin kedua wanita yang seumuran kurang lebih dengan Dila. "Seharusnya kalian yang ingat umur. Sudah tua masih saja suka mencampuri urusan orang. Apa salahnya jika kami menjalin hubungan? Tidak membuat kalian rugi, kan?"

Dion pergi menyusul Dila setelah membuat dua wanita itu bungkam.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Tatik Roviani

Tatik Roviani

lucu Abisss dioon bikin bahagia mama dila saja

2023-07-09

0

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

hah anak. . ?
papa tiri ku adalah sahabat ku 🤣🤣🤣

2022-12-03

0

Nesa Satria

Nesa Satria

dion oh dion🤣🤣🤣🤣

2022-08-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!