CURHAT

"Ada apa kamu mengajak kami bertemu?" tanya Reyhan.

Reyhan, Diki dan Dion saat ini tengah berada di sebuah restoran pada jam makan siang kantor. Sebelum makan siang tiba, Dion telah menelepon agar para sahabatnya memenuhi panggilannya.

"Menurut kalian, bagaimana perasaan wanita yang ditinggalkan setelah di-"

Dion terdiam dan malah ragu untuk memberitahu kepada Rey serta Diki perihal kejadian semalam antara dia dan Dila, terlebih kepada Reyhan.

"Di apa?" tanya Diki penasaran.

"Ditiduri?" sahut Reyhan.

Dion mengeleng. "Bukan."

"Lalu?" tanya Diki dengan mengerutkan kening.

"Hanya mengecup bibir dan memeluknya," ungkap Dion.

Reyhan berdecak. "Seperti tidak biasa saja. Bukankah hal itu sudah biasa."

"Wah, Dion. Kamu sudah move on dari mama Dila?" Diki menepuk pundak sahabatnya.

"Justru itu, aku mengecup bibir mama Reyhan."

"Uhuk ... uhuk ... apa kamu bilang?! Uhuk ... uhuk ...."

Reyhan tersedak minuman gara-gara pernyataan Dion, ia mencengkeram kerah kemeja yang dikenakan oleh sahabatnya itu.

"Dion, meski kamu sahabatku ... aku tidak akan membiarkan kamu menyentuh mamaku," marah Reyhan.

Diki mengusap punggung belakang Reyhan. "Sabar, Rey. Tenang dulu ... kita sedang dilihat banyak orang."

"Mau sabar bagaimana? Dia telah meniduri mamaku," ucap Reyhan dengan pelan.

Dion menepis tangan Reyhan dari leher kemejanya. "Akan aku jelaskan."

Diki menenangkan Reyhan dan membujuk pria itu agar mendengarkan dulu penjelasan sahabatnya. Reyhan meneguk minuman dingin di atas meja sembari melonggarkan dasi yang melingkar di leher kemejanya.

"Jadi ... tadi malam aku masuk ke dalam kamar Dila. Aku memeluknya, lalu mengecup bibirnya yang lembut itu." Dion tersenyum mengingat moment itu. "Dan kalian tahu apa yang terjadi? Dila juga membalasnya."

"Apa?!" kaget Reyhan dan Diki.

Dion mengangguk. "Kami saling membelit tadi malam."

"Terus-terus?" Diki semakin penasaran.

Plaak ... !

"Aduh," ringih Diki yang kepalanya di getok oleh Reyhan. "Sakit, Rey."

"Jangan diteruskan. Apa kamu tidak malu membicarakan ibu seseorang di depan anaknya?" kesal Rey pada Dion.

"Justru itu, Rey. Aku membicarakan hal ini agar kamu tahu hubungan kami seperti apa," jawab Dion.

"Jangan dengarkan Reyhan. Cepat katakan lagi," pinta Diki.

"Ya begitu ... karena aku takut kebablasan, akhirnya aku pergi tanpa pamit," kata Dion sembari menyesali tindakkannya semalam.

"Kamu telah berbuat kesalahan fatal, pasti mama Dila tidak mau bertemu kamu." Diki menyayangkan tindakan Dion. "Seharusnya semalam kamu tiduri saja mama Dila."

Plaak ... !

"Sakit, Rey," ringis Diki sembari memegang kepalanya.

"Aku bingung di sini," ucap Reyhan, "mama membalas kecupanmu, itu artinya ada dua kemungkinan. Pertama, mama memang menyukaimu dan kedua, mama hanya memanfaatkanmu."

"Memanfaatkan bagaimana?" tanya Dion dan Diki.

"Secara mama sudah lama menjanda dan pasti saat Dion menyentuhnya ada rasa ... ya, kalian tahu sendirilah, tapi aku yakin, mama mencintai om Bastian," tutur Reyhan.

Braak ... !

Dion mengebrak meja. "Ini tidak boleh dibiarkan, Dila tetap milikku."

"Kamu bicara seolah aku setuju saja akan tindak-tandukmu yang mengejar mamaku," kesal Reyhan.

"Kenapa? Kamu tidak mau punya calon papa yang tampan sepertiku? Aku baik, ganteng, kaya, setia dan kamu sudah tahu dengan segala sifatku," kata Dion membanggakan diri.

Diki mencebik. "Terlalu percaya diri."

"Justru karena kamu kaya dan ganteng itu, aku tidak setuju. Mamaku sudah berumur dan kamu masih muda, ada banyak gadis cantik di luar sana yang lebih dari segalanya. Bisa-bisa mamaku menjanda lagi diusia tua," kata Reyhan.

Salah satu alasan Reyhan tidak setuju, sebab takut Dion akan tergoda wanita cantik di luar sana. Mamanya mungkin hanya bisa melayani Dion sekitar sepuluh tahun yang akan datang, jika keduanya menikah.

Setelah itu Dila tidak mungkin bisa melayani Dion kembali. Penuaan itu akan tetap datang meski Dila berusaha membuatnya tetap muda. Wajah serta bentuk tubuh mungkin bisa ia pertahankan, tetapi bagaimana dengan bagian lainnya? Tentu hal itu tidak dapat dicegah, sedang Dion sudah pasti akan membutuhkan hal-hal yang bisa memuaskan hasratnya sebagai pria dewasa.

"Bukti apa yang harus kutunjukkan agar kamu bisa merestui hubungan kami berdua?" tanya Dion.

"Semalam papamu mengatakan akan menjodohkanmu dengan seorang wanita dan aku minta kamu menerima perjodohan itu," kata Reyhan.

Dion melototkan matanya. "Mana mungkin aku menerima perjodohan itu! Aku mencintai Dila dan tidak ada wanita di dunia ini selain dia yang kucintai."

"Lakukan saja," ucap Reyhan.

"Terima saja, Dion. Siapa tahu kamu tertarik dengan wanita muda dan mungkin saja selama ini kamu menyukai wanita dewasa hanya karena kamu ingin disayang," sahut Diki.

"Kalian benar-benar bukan sahabatku!" Dion beranjak dari duduknya lalu melangkah pergi dari restoran.

Reyhan dan Diki menghela napas panjang akan kelakuan dari sahabat mereka. Jelas keduanya ragu akan rasa cinta yang Dion tunjukkan pada wanita-wanita dewasa yang menjalin hubungan dengannya.

Sedari kecil Dion ditinggal ibunya, lalu ayahnya Bastian sibuk dengan urusan pekerjaan. Dion kurang perhatian dan mungkin saja itu penyebab dirinya menyukai para wanita yang umurnya jauh diatas.

"Menurutmu bagaimana?" tanya Diki pada Reyhan.

"Kamu sudah selidiki dokter Rosa?" tanya balik Rey.

"Ish ... aku bertanya malah kamu yang balik bertanya," kesal Diki, "aku belum sempat menyelidikinya, tadi pagi kamu baru bilang, lalu siangnya kita di sini dan sorenya aku sibuk."

Rey mengerutkan keningnya. "Sibuk apa?"

Diki menyengir. "Maya selalu minta jatah kalau aku pulang, maklum masa-masa kehamilan istri maunya dekat mulu sama suami."

Rey berdecak. "Aku tidak mau tahu, besok sudah ada laporannya."

"Iya, malam nanti akan aku selidiki siapa itu dokter Rosa, tapi-"

Diki seperti mengingat sesuatu. "Rasanya aku pernah mendengar yang namanya Rosa."

"Jelas kamu pernah dengar, Anna dan Maya selalu menyanyikan lagu Rosa kalau sedang karaoke," jawab Reyhan.

"Bukan itu," kesal Diki, "rasanya dia teman kampus kita."

"Sudahlah ... nanti kamu juga tahu. Kita kembali saja ke kantor," kata Reyhan.

...****************...

Dion memukul-mukul setir kemudi, hatinya dongkol karena ucapan dari dua sahabat yang sama sekali tidak mendukungnya. Bahkan secara terang-terangan Rey menyuruh Dion untuk menerima perjodohan yang kenyataannya ia sendiri tidak tahu akan hal itu.

"Apa maksudnya, Reyhan berkata begitu? Memangnya menjalin hubungan asmara harus selalu berakhir di atas ranjang? Lalu perjodohan apa yang tadi ia katakan? Apa papa menjodohkanku dengan seorang wanita?" kembali Dion memukul setir kemudi. "Aku harus menemui papa di kantornya."

Dion melajukan mobil menuju perusahaan Bastian, ia ingin tahu maksud dari ucapan yang dikatakan oleh Reyhan. Jika hal itu benar adanya, dengan terang-terangan Dion akan menolaknya.

Hati, jiwa raga dan cintanya hanya untuk satu orang wanita saja, yaitu Dila. Wanita yang hanya dengan senyumnya saja sudah membuat detak jantung Dion berdebar-debar.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

terserah momy author deh dion ama syp...yg penting wanita yg baik

2022-12-03

0

Kiray Kiray

Kiray Kiray

🤣🤣🤣🤣🤣 diooon diooon Ampuun daah

2022-10-05

0

Ndhe Nii

Ndhe Nii

sama pade ku lebih muda dari bibi ku...jauh sekitar 10 th lebih kayaknya...dan mereka akuur sekali ..kebetulan bibiku ini yg ngantri daun muda semua ..herrmann aku tuhh🤣🤣🙏

2022-09-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!