MAKAM MALAM PANAS

Braak ... !

Dion kaget tiba-tiba pintu ruangan kantornya terbuka dan di sana sudah berdiri seorang pria berumur, namun masih bugar dan tampan. Pria itu memberi tatapan tajam kepada Dion yang duduk di kursi kerjanya.

"Papa!" seru Dion.

"Kamu mau jadi anak durhaka? Mau melawan orangtua?" Bastian bertanya tanpa basa-basi dan membuat si anak tidak mengerti dengan apa yang tengah ia ucapkan.

"Maksud Papa?" Dion mengerutkan keningnya.

"Apa maksud kamu mengajak kekasihku keluar malam-malam, huh? Kamu harus buka matamu, Dion!" Bastian mengencangkan suaranya. "Dila itu calon mamamu!"

"Papa memata-mataiku rupanya." Dion berdiri dari kursi lalu melangkah saling berhadapan dengan papa sekaligus rivalnya dalam merebut hati seorang Dila.

Bastian menyuruh orang untuk memata-matai Dion, ia takut anaknya menganggu Dila dan terbukti Dion mengajak Dila keluar makan malam.

"Papa itu seharusnya sadar diri, sudah tua masih mau nikah, lebih baik Papa perbanyak amal buat bekal di akhirat kelak," tutur Dion memberi nasehat.

"Jangan kurang ajar kamu, Dion! Kamu mau agar Papa segera dipanggil? Kamu mau jadi anak tanpa orangtua, begitu?" Lama-lama omongan Dion semakin ngawur dan membuat kesal Bastian.

"Apa salah Dion berkata begitu? Lebih baik Papa perbanyak amal dan lepaskan Dila untukku, Papa mau punya menantu, kan?" Dion berkata seolah Dila akan memilih dirinya saja.

Bastian berkacak pinggang menantang putranya sendiri. "Malam ini kamu datang ke rumah Dila. Malam ini kami akan mengumumkan peresmian hubungan kami dan kamu lihat sendiri, siapa yang akan dipilih Dila. Kamu atau Papa."

Bastian berlalu dari hadapan Dion. Sebelum ia benar-benar keluar, Bastian memutar tubuh kembali menatap putranya. "Jangan sampai kamu terlambat." Setelah itu ia benar-benar berlalu pergi.

Braak ... !

Dion mengebrak meja, berusaha menenangkan amarah dalam hatinya yang terbakar. Bastian adalah orangtuanya dan sungguh ia tidak mau membantah ataupun menentang, tapi ini soal hati dan perasaan.

Mana mungkin ia membiarkan Dila direbut oleh papanya sendiri, meskipun dalam hal ini dia sendiri yang menjadi perebut. Dion tidak bisa memanggil Dila dengan sebutan mama jika benar keduanya akan melangsungkan pernikahan.

"Papa, tidak bisakah kamu mengalah untukku?" kesal Dion.

...****************...

Waktu makan malam yang dijanjikan telah tiba, pelayan sibuk menata berbagai hidangan di meja makan. Reyhan serta Anna juga sudah siap menyambut calon mertua mereka dan sang bintang utama malam ini juga siap untuk menyambut calon suaminya.

Dila berpenampilan elegan dengan memamerkan bentuk bagian atasnya yang masih sangat kencang. Bentuk tubuh seperti itu tidak ia dapat dengan mudah, olahraga yoga serta fitnes dan pola makan sehat menjadi kuncinya.

Bel rumah berbunyi dan segera Dila membuka pintu sebab ia tahu bahwa kekasihnya yang datang. Senyum mengembang Dila tampilkan menyambut Bastian yang malam ini tampil rapi dengan setelah jas hitamnya.

"Malam, Sayang," ucap Bastian sembari mengecup pipi Dila.

"Malam juga," balas Dila.

"Selamat malam, Tante," seru suara pria yang terdengar dari belakang tubuh Bastian.

Dila tersentak lalu matanya melirik sosok pria tinggi yang muncul dari belakang tubuh Bastian. Sosok yang sangat Dila kenal dan membuat ia terus menerus memikirkan pria itu.

"Dion," serunya.

"Tante sangat cantik malam ini," ucap Dion.

Dila merasa tidak enak hati, apalagi tadi Bastian mengecup pipinya dan barang tentu Dion melihat kejadian itu.

"Te-terima kasih, Nak," balas Dila dengan tersenyum paksa. "Masuklah, Rey dan Anna sudah menunggu."

Bastian merangkul pinggang ramping Dila dan pemandangan itu tidak lepas dari mata tajam Dion. Hatinya terasa panas, perih dan tercabik-cabik. Apalagi Dila sangat cantik malam ini, Dion tidak membayangkan kalau papanya sendiri memeluk dan mengecup wajah serta tubuh Dila.

"Selamat datang Om," ucap Reyhan sembari memberi pelukan pada Bastian. "Rey tidak tahu jika Om ternyata menjalin hubungan sama mama."

"Sudah dua tahun, hanya saja mamamu terus merahasiakannya," tutur Bastian, "kamu setuju Om bersama mamamu, kan?"

"Apa pun yang membuat mama bahagia, Rey setuju saja," jawab Reyhan.

Rey melirik Dion yang berada di belakang Bastian. Rasa tidak enak hati menghampirinya dan Rey tahu pasti saat ini Dion pasti mengerutu dalam hati.

Aku hanya ingin mamaku bahagia, batin Reyhan.

Sebagai sahabat kamu sama sekali tidak mendukung, mulai malam ini persahabatan kita putus, batin Dion.

Jadi aku harus apa? Mengertilah posisiku, batin Rey.

"Ehem." Anna berdehem.

Rey dan Dion tersentak lalu memutus pandangan mata mereka.

"Dion ... sebentar lagi kita akan menjadi saudara," ucap Reyhan.

Benar-benar si Reyhan, awas saja kamu, batin Dion kesal.

"Hem," jawab Dion.

"Kita makam malam dulu, yuk! Setelah itu kita berbincang," ajak Dila.

"Iya, kita makan dulu," sambung Anna.

Semuanya menuju meja makan. Dila duduk di kursi utama dengan di apit Bastian dan juga Reyhan, lalu di samping mereka duduk Dion serta Anna.

Dila serta Anna melayani masing-masing kekasih dan suami mereka, sedangkan Dion mengambil makanannya sendiri.

Sreg ... sreg ... !

Gigi Reyhan berasa ngilu mendengar suara irisan daging Dion. Pria itu memotong-motong daging panggang dengan kasar, padahal daging panggang itu sangat lembut.

Sreg ... sreg ... !

Reyhan menutup bibirnya, giginya semakin berasa ngilu. "Hentikan, Dion! Gigiku ngilu."

"Kenapa? Kamu sakit gigi?" tanya Dion.

"Dion ... kamu tidak pernah makan daging panggang?" tanya Bastian dengan kesal.

"Tidak pernah. Baru kali ini aku makan daging panggang," jawab Dion.

"Sudahlah, Sayang. Kita lanjutkan lagi makannya," ucap Anna.

Reyhan tidak dapat makan, bahkan melihat daging itu giginya berasa ngilu. Terlihat Dila menuangkan air untuk Bastian dan memberikan tisu kepada kekasihnya itu.

Dion semakin kesal dan terbakar cemburu, ia menusuk-nusuk daging mengunakan garpu dengan pandangan mata menatap tajam Dila.

Prack ... !

Dion kaget begitu pula Rey, Anna, Bastian dan Dila.

"Pasti piringnya murah, makanya sampai terbelah," ucap Dion menyengir.

Dila memanggil pelayan untuk membersihkan piring dan makanan yang hancur ditusuk-tusuk Dion. Bastian menghentikan makan malamnya karena kesal kepada Dion.

Dila mengambil piring baru lalu sepotong daging, ia mengiris kecil-kecil daging itu lalu memberikannya kepada Dion.

"Makanlah," ucap Dila.

Dengan senang hati Dion menerimanya. "Apa gelasnya perlu kupecahkan juga?"

Dila menuangkan air minum lalu memberikannya kepada Dion. "Ini."

"Terima kasih," ucapnya seraya tersenyum manis.

Anak ini benar-benar membuatku kesal, batin Bastian.

Setelah Dila memberi Dion makanan, barulah acara makam makan bersama itu menjadi tenang. Reyhan dapat menghabiskan makanannya, Dion juga dapat mengisi perutnya. Tidak ada lagi suara-suara yang membuat gigi menjadi ngilu.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Elminar Varida

Elminar Varida

astaga...kocak bener ini. beneran anak sama bpk kayak anak2 klu udah bersaing dgn urusan cinta😂😂😂

2023-05-03

1

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

lucu dion....oh dion harus kah kau menjadi anak durhaka karena mengambil pacar papa mu 🤣🤣🤣🤣

2022-12-03

0

Nesa Satria

Nesa Satria

🤣🤣🤣🤣🤣dion oh dion🤭🤭🤭

2022-08-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!