MENOLAK NIAT

"Terima kasih sudah mau kencan bersamaku," ucap Dion setelah keduanya sampai di depan rumah Dila.

"Ini yang pertama dan terakhir," sahut Dila.

"Aku berharap kebersamaan ini bisa selamanya." Dion menatap mata indah wanita yang telah membuatnya jatuh hati. Ingin sekali dirinya merengkuh Dila, memeluk wanita itu dengan kehangatan cinta, ia tulus dan berharap Dila juga mau membalasnya.

"Aku masuk," ujar Dila.

"Tunggu, Dil." Dion secara impulsif memegang pundak Dila, namun dengan secepat kilat ia melepaskan tangannya. "Jawab jujur pertanyaanku."

"Tanyakan saja," ucap Dila.

"Apa kamu benar-benar mencintai papaku?" tanya Dion.

"Kami sudah menjalin hubungan selama dua tahun dan tentunya aku mencintai papamu, begitu pula sebaliknya, dan aku harap kita menjadi keluarga," tutur Dila menjelaskan, kemudian secepat mungkin masuk ke dalam rumah dan pelayannya yang bernama Sari sesegera mungkin menutup pintu.

Dion menghela napas putus asa dan ia melangkah gontai menuju mobil. Dila mengintip dibalik tirai jendela, meratapi pria yang tanpa ia sadari sudah masuk ke dalam pikiran dan hatinya.

Dila bergegas menaiki anak tangga menuju kamar tidur, ia mengintip dari balik tirai pintu balkon. Menatap pria tampan yang berubah menjadi lesu karena penolakkan dirinya.

"Semoga kamu dapat melupakanku, Dion," lirih Dila.

...****************...

Dila lelah memejamkan mata, pikirannya dipenuhi oleh seseorang, dan seseorang itu sungguh tidak pantas untuk dipikirkan. Dila mencoba untuk menepisnya, namun bayangan pria itu selalu menghantui.

Mata, hidung, wajah serta senyum dari Dion membuat Dila terbayang-bayang. Perlakuan lembut pria itu, tingkah lucu serta kata-kata pujiannya terngiang-ngiang dalam benak Dila.

"Aku bisa tidak waras jika terus memikirkan dia," kesalnya.

Dila beranjak dari tempat tidur melangkah masuk ke dalam kamar mandi, ia cuci wajahnya dengan air dingin, mungkin dengan begitu bayangan Dion bisa menghilang dari dalam benaknya.

"Kenapa harus dia yang aku pikirkan? Seharusnya Bastian yang ada dalam benakku, bukan malah Dion," lirih Dila.

Dila mengoleskan masker wajah berbahan kertas dengan serum colagen disertai aroma buah labu kuning agar wajahnya senantiasa kencang dan awet muda.

"Mungkin pakai masker bisa menghilangkan bayang-bayang Dion," gumamnya sembari melangkah keluar dari kamar mandi.

...****************...

Dila merasa terganggu dengan suara ketukan pintu di kamar tidurnya. Rasanya ia sendiri baru tidur sebentar dan itu semua hanya karena bayangan Dion yang selalu menganggu, dan sekarang pintu kamarnya diketuk ketika ia tengah tertidur pulas.

"Masuklah," ucap Dila mengizinkan.

Pintu kamar dibuka, muncul Sari dari balik pintu. "Nyonya, tuan Reyhan datang bersama nyonya Anna dan Kiano."

"Kiano datang?" tanya Dila senang, "katakan pada mereka untuk menunggu sebentar, aku akan segera bersiap."

"Baik Nyonya," jawab Sari lalu keluar dengan menutup pintu kembali.

Reyhan tidak sabaran menunggu mamanya turun ke bawah, ia ingin meminta penjelasan semua hal yang telah Dila sembunyikan. Ini pertama kalinya sang mama merahasiakan sesuatu darinya dan itu membuat Rey kecewa.

"Sayang ... kamu bisa duduk, tidak?" ucap Anna heran karena sang suami mondar-mandir tidak jelas.

"Ini masalah penting dan mama tega menyembunyikan hal sebesar ini, dua tahun, An." Reyhan menunjukkan angka dua jari. "Dua tahun mama menyembunyikan semuanya." Dari nada suaranya jelas sekali Reyhan kecewa.

"Nenek datang, Kiano," seru Dila yang sedikit berlari kecil turun dari tangga. "Sudah lama, Sayang?" tanyanya pada sang menantu.

"Baru saja, Ma," jawab Anna.

Reyhan berdecak, sebab Dila tidak melihatnya dan memang sengaja melewati dirinya demi menyapa Anna juga Kiano terlebih dulu.

"Aku di sini, Ma," seru Reyhan.

Dila sibuk menimang Kiano dan tidak peduli pada Reyhan, ia mengecup pipi gembul sang cucu saking mengemaskannya wajah Kiano.

"Mama, aku di sini." Lama-lama Reyhan kesal jadinya.

"Kenapa Rey?" Dila mendongak menatap Rey.

"Mama harus menjelaskan sesuatu dan Reyhan mau tanpa adanya kebohongan, harus jujur," pintanya dengan mendaratkan tubuh di sofa.

Anna memanggil pengasuh Kiano agar menbawa putranya ke ruangan lain karena ketiganya akan berbicara serius.

Dila tahu pasti apa yang dimaksud oleh Reyhan dan tentu saja putranya itu tahu dari sahabatnya sendiri yaitu Dion. Karena yang Dila tahu, tidak ada rahasia antara Dion, Reyhan dan Diki.

"Mama bukannya tidak mau bilang, tapi Mama masih ragu sama om Bastian," ungkap Dila.

"Mama masih ragu atau Mama sudah jatuh cinta pada Dion?" tanya Rey dengan tatapan yang serius.

"Kamu memata-matai Mama?" Dila tidak kaget akan pertanyaan Reyhan.

Sebenarnya saat dalam perjalanan pulang dari rumah Dion, Reyhan menelepon Sari untuk mengetahui kejadian antara mamanya, Dion dan juga Bastian.

Sari mengatakan jika Dion selalu datang ke rumah dan menganggu Dila. Bahkan Sari mengatakan hal detil sekecil apapun yang terjadi pada Dila saat Dion datang menungggu wanita itu di bawah balkon kamar.

"Bagaimana kamu bisa menyimpulkan hal seperti itu?" tanya Dila.

"Sari mengatakan jika Mama sepertinya memang menyukai Dion," jawab Reyhan.

Anna mengenggam jemari tangan mertuanya. "Kalau Mama suka, katakan saja. Dion juga tampan orangnya."

"Mama harus menyukai Dion karena dia akan menjadi anak Mama," tegas Dila, "nanti malam kalian datang untuk makan malam. Mama akan mengadakan pertemuan keluarga."

Dila beranjak dari duduknya dan ia pergi melangkah menghampiri Kiano yang berada di ruang bermain.

"Sudah jelas mama menyukai Dion, mama malah menyangkalnya," ucap Rey.

"Biar aku yang bicara, Sayang," sahut Anna yang ikut beranjak dari duduknya menghampiri Dila.

Anna duduk di karpet samping mamanya, ia memeluk Dila dengan rasa kasih sayang. "Mama tidak mau jujur sama Anna?"

"Umur Mama sudah tidak muda lagi, Ann. Dan juga sudah ada om Bastian di hati Mama," jelas Dila.

"Tapi Mama pasti ada rasa suka pada Dion," kata Anna menyakinkan.

Dila terdiam akan ucapan menantunya. Meski ia sendiri sudah berumur, terkadang ia tidak mengerti apa itu cinta dan malah membuatnya merasa bodoh dan tidak waras.

"Suka? Mama tidak tahu, Ann," jawab Dila.

Anna tertawa kecil. "Cinta memang membuat kita tidak mengerti, bahkan untuk yang sudah berpengalaman sekalipun."

Dila menatap menantunya. "Bukankah sangat hebat kekuatan cinta itu dan kamu juga merasakan hal itu, bukan?"

"Mama benar dan Anna harap, Mama juga merasakan hal itu," ucap Anna sembari tersenyum hangat.

Namun sayangnya tidak semudah itu Anna. Ada berbagai rintangan yang akan menolak kami, batin Dila.

Tidak masalah jika seorang pria dewasa yang menjalin hubungan dengan wanita muda, namun ini seorang wanita dewasa yang jatuh cinta pada seorang pria muda.

Apa kata orang-orang nanti, kerabatnya, teman serta rekan kenalan Dila yang lain. Mereka pasti berpikir hal itu menjijikkan dan tidak pantas dan Dila tidak mau hal itu sampai terjadi.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Masni

Masni

seandaix SJ Dilla dlu nikhx diusia 17 THN Krn djodohkn trs sambil sekolah gtu

2023-05-06

0

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

yg jdi masalah ny anak sm bapak mencintai wanita yg sama

2022-12-03

0

Ninyoman Suini

Ninyoman Suini

memang cinta tidak pandang usia,banyak wanita dewasa men ikahi pria muda ,jangan putus asa dila

2022-08-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!