MERADANG

Dion beranjak dari duduknya menghampiri Dila dan Bastian. "Lepaskan Dila, Pa!" bentak Dion.

Bastin bangkit berdiri. "Kamu masih hutang penjelasan, Dion!"

"Kita pulang, Dila." Bastian menarik tangan Dila, membawa wanita itu masuk ke dalam mobil dan berlalu dari taman meninggalkan Dion dan Rosa.

Dion meninju dan menganyunkan kakinya ke udara karena kesal. Kata-kata umpatan ia lontarkan dan berhasil membuat Rosa menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.

"Kurang ajar! Awas saja kalau sampai Dila terluka," geram Dion.

"Dion ... ada apa?" Rosa menghampiri.

"Kita pulang sekarang," ucap Dion.

"Tapi," sanggah Rosa.

"Aku bilang pulang, ya pulang. Cepat masuk mobil, aku akan mengantarmu." Dion melangkah cepat masuk ke dalam mobil, disusul oleh Rosa.

Di dalam perjalanan, Dion kelihatan gelisah. Pria itu terlihat kesal, mengigiti kuku jarinya, mengepalkan tangan dan sekali-kali memukul setir kemudi.

Rosa tidak berani untuk bertanya ada apa gerangan yang terjadi, hingga membuat seorang Dion menjadi murka seperti itu.

Rosa memang melihat Bastian memeluk Dila dan wanita itu menolaknya, tetapi kenapa malah reaksi Dion yang terlalu berlebihan. Rosa tidak mengerti sama sekali.

Timbul beberapa pertanyaan dalam benaknya. Apa Dion tidak menyukai perbuatan itu? Atau Dion tidak suka ada yang bermesraan di depannya? Menurut Rosa itu hal biasa yang dilakukan Bastian terhadap kekasihnya.

"Turun dan maafkan aku untuk kejadian malam ini," ucap Dion.

Secepat kilat Rosa membuka sabuk pengaman dari tubuhnya, lalu keluar dari dalam mobil. Mobil kembali melaju dan kali ini terlihat lebih cepat.

"Ada apa sih sebenarnya? Bikin penasaran saja," gumam Rosa.

...****************...

"Apa yang kamu lakukan, Dila? Dion itu anakku! Dan kamu calon istriku. Lalu kenapa kalian main gila?" teriak Bastian.

Dila tersentak dan tidak menyangka jika Bastian mengetahui hubungannya bersama Dion. Pantas saja tiba-tiba pria itu mengajak makan malam bersama Dion dan Rosa.

"Karena kamu sudah tahu, akan aku beritahu semuanya. Aku mencintai Dion, mencintai pria yang merupakan anak darimu," ungkap Dila sejujurnya.

Bastian mengumpat kasar. "Kamu sudah tidak waras, Dila! Sadarlah dengan umurmu dan jangan menjadi gila seperti Dion!"

"Ya. Aku memang sudah tidak waras karena tergila-gila pada putramu. Aku harus apa saat cinta itu berkembang di hatiku?" tukas Dila.

"Persetan dengan cintamu itu! Buang jauh-jauh pikiran untuk bersama Dion." Bastian mencengkeram lengan Dila. "Apa kalian tidur bersama? Apa di dalam mobil itu kalian tidur bersama?!"

"Lepaskan aku!" ringis Dila. "Kamu menguntitku rupanya."

Sari segera menelepon Reyhan karena melihat Dila dan Bastian bertengkar di rumah. Ia berharap Rey akan datang memisahkan kedua pasangan yang saling bertengkar itu.

"Kamu membiarkan Dion menyentuhmu, sedangkan aku tidak. Apa kamu memang wanita seperti itu, huh? Apa kamu memang wanita yang haus belaian para pria muda? Menjijikkan Dila. Kamu menjijikkan!" hardik Bastian.

Dila melepas cengkeram tangan Bastian, lalu memberi cap lima jari ke pipi pria itu. "Aku bukan wanita seperti itu! Aku bukan seperti dirimu yang haus akan belaian wanita muda."

"Apa bedanya aku dengan suami dulu, Dila? Albert bermain gila saat dia menjadi suamimu, sedangkan aku tidak. Lihat dirimu ... dibalik sosok mandirimu, kamu menyimpan begitu banyak luka. Aku ingin tertawa, Dila. Tertawa karena kamu menasehati wanita bernasib malang, ternyata nasibmu jauh lebih parah," ungkap Bastian.

"Cukup! Jangan diteruskan," pinta Dila gusar.

"Kamu bahkan menyimpan rahasia besar kepada putramu selama ini. Apa Reyhan tahu, kamu menjadi korban kekerasan dalam rumah tanggamu sendiri? Kamu membuat Reyhan bangga akan sosok Albert. Kamu wanita munafik, Dila," teriak Bastian.

"Aku minta padamu untuk berhenti. Itu masa lalu dan jangan mengungkit hal lain," geram Dila.

"Pikirkan ini, Dila. Bersama dengan Dion, sama saja kamu membuat sejarah terulang. Kamu menginginkan pria lebih muda, apa kamu rela menjadi istri pajangan? Pikirkan itu, Dila," ucap Bastian.

Braak ... !

Dila dan Bastian terlonjak kaget mendengar pintu ditendang. Dila menutup mulut, lalu mengeleng. Bastian mengusap wajah dengan kedua tangannya.

"Pulanglah, Om. Tinggalkan mamaku," pinta Reyhan.

Bastian melirik Dila, ia mengelengkan kepala lalu melangkah menuju pintu depan. Satu tepukkan di pundak, ia berikan kepada Reyhan.

"Kamu mendengarnya?" tanya Dila.

"Semuanya. Rey mendengar semuanya. Ternyata semuanya palsu. Kalian berdua bersikap bahagia hanya di depanku saja," ucap Rey.

Dila mengeleng. "Tidak, Sayang. Kami memamg menyayangimu."

"Apa waktu itu karena aku masih remaja, mama tidak bicara?" tanya Reyhan.

"Papamu hanya melakukan sesuatu yang biasa, Reyhan. Itu tidak masalah," ujar Dila.

Reyhan terkekeh. "Bermain gila saat sudah punya istri? Apa itu yang Mama sebut biasa?" Rey menghela. "Aku mencontoh pria yang tidak baik rupanya."

Dila mengeleng. "Tidak begitu, Rey. Kami tidak pernah mengajarimu untuk menyakiti wanita."

Rahang Reyhan mengetat. Giginya bergemelatuk menandakan amarah dalam dirinya tersulut. Sungguh Rey tidak sangka, dibalik kesempurnaan rumah tangga mamanya, terdapat sebuah bobrok yang tertutup rapat.

Rey terduduk di sofa. "Mengapa, Ma? Mengapa?"

"Mama hanya ingin memberikan kamu yang terbaik, Reyhan. Itu sudah berlalu," ucap Dila.

"Dengan menyimpan luka itu? Mama memang seorang pelakon terbaik. Pura-pura bahagia, tetapi diri sendiri terluka."

Harta, takhta membutakan segalanya. Albert mendapatkan itu semua sejak muda. Saat menikahi Dila, kejayaan semakin ia dapatkan. Harta, takhta, tentu tidak lengkap dengan kehadiran wanita-wanita cantik.

Kejadian itu membuat Dila terpukul. Saat bersama Reyhan, keduanya menyembunyikan apa yang terjadi. Kehidupan sandiwara Dila dan Albert jalankan. Berpura-pura menjadi pasangan serasi, tetapi sebenarnya mereka pasangan yang bermasalah.

Dila mencintai Albert, begitu juga Albert. Namun cinta Albert menyakiti Dila. Harta dan kekuasaan membutakan segalanya, tidak peduli nasib wanita yang dicintai, yang terpenting napsu hati terpuaskan.

"Kenapa waktu itu Mama tidak mau berpisah?" tanya Reyhan dengan lirih.

"Mama hanya ingin kamu punya keluarga lengkap, Reyhan. Ini semua masa lalu dan Mama harap jangan pernah dibutakan harta dan kekuasaan," ucap Dila.

Reyhan memeluk Dila dengan erat. Andai dulu ia tahu apa yang terjadi pada mamanya. Betapa Dila sakit hati pada Albert, entah apa yang akan dialami Rey pada masa remajanya. Namun karena rasa cinta dan sayang, Dila tetap menunjukkan raut wajah bahagia saat bersamanya.

"Reyhan sayang Mama," ucapnya.

"Mama juga."

Dion menghentikan langkahnya yang ingin masuk ke dalam rumah, setelah mendengar apa yang terjadi pada Dila di masa lalu. Dalam hati ia bersyukur karena Albert sudah tiada. Setidaknya Dila tidak merasakan sakit yang lebih lama lagi.

"Dila ... kamu begitu tegar. Aku semakin kagum padamu," ujar Dion.

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Nesa Satria

Nesa Satria

no komen ah🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2022-08-25

0

SitiNur20969975

SitiNur20969975

akhirnya putus sama s babehhh satu masalah selesai😘😘😘😘

2022-08-11

0

Tri Lestari Kartika Wati

Tri Lestari Kartika Wati

😍😍

2022-05-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!