KECUPAN PERTAMA

Dila berkacak pinggang menantang pria muda yang saat ini menyeringai memandang dirinya dari atas ke bawah. Saat ini Dila memakai gaun tidur malam berwarna merah maroon yang di bagian atasnya dihiasi renda hitam.

Gaun itu berada di atas lututnya dan bertali satu jari, sangat serasi antara gaun berwarna maroon dengan warna kulit putihnya. Dila melirik jubah gaun yang berada di atas tempat tidur.

"Mau apa?" Dila bergeser sedikit mendekat ke sisi tempat tidur, namun sang pria juga ikut bergerak dengan melepas jas yang ia kenakan.

"Bagaimana kalau kita senang-senang." Alis Dion naik-turun mengoda wanita matang yang bila diperhatikan masih sangat cantik.

"Jangan durhaka pada orangtua, lebih baik kamu keluar lalu pulang, setelah itu bobo yang nyenyak," saran Dila.

"Nah betul itu. Tapi sebelum tidur seorang anak harus minum susu, kan?" Dion semakin mengoda.

Dila memaksakan senyum di bibirnya dan ia terus bergerak lebih dekat ke sisi tempat tidur. Jubah tidurnya terlempar ke tengah-tengah tempat tidur ketika dirinya mengoleskan krim malam, sedangkan Dion berdiri tepat di bagian tengah tempat tidur.

Dion membuka tiga buah kancing kemeja lalu menyinsingkan lengan kemeja panjangnya. Rambutnya juga diacak-acak dan hal itu membuat dirinya seperti pria badboy.

Secepat kilat Dila hendak mengambil jubahnya, namun gerakannya telah dibaca oleh Dion dan pria itu tidak mau membuang kesempatan.

"Aku dapat," ucap Dion sembari menampilkan deretan giginya yang putih.

"Berikan Dion," pinta Dila sembari mengulurkan satu tangannya dan satu tangan lagi memegang bantal kepala yang menutupi tubuh bagian atasnya.

"Tidak mau. Biarkan aku melihat tubuh mulusmu itu. Setidaknya beri aku kesempatan seperti papaku." Dion selangkah mendekati Dila.

"Tetap di tempatmu, jika tidak ... Tante akan memberitahu Reyhan akan kelakuanmu," ancam Dila.

"Kamu jangan menganggu Reyhan. Saat ini dirinya pasti tengah membuat adik lagi buat Kiano. Kita tahu sendiri, jika Anna menginginkan anak lagi," tutur Dion.

Salah satu pekerjaan Reyhan saat ini adalah membuat adik lagi untuk Kiano, padahal putranya itu belum berumur tiga bulan. Karena Anna yang menginginkan seoarang anak lagi, maka dengan senang hati Reyhan akan mengabulkannya.

"Jangan bermain-main, Dion. Cepat keluar dan pergi," usir Dila.

Rasa takut menyelimuti Dila saat ini. Keberaniannya seolah menciut di hadapan Dion, ia takut juga kalau sampai pria itu berbuat yang tidak-tidak.

Di satu sisi Dion juga sama seperti sahabatnya Reyhan dan Diki. Ketiga pria itu jika digabungkan membuat para wanita takluk, tetapi setelah mereka benar-benar cinta, maka ketiga pria itu akan selalu menurut pada wanitanya.

"Kamu tahu ... aku sangat kesal dan cemburu saat papaku meraih pinggang lalu mengecup kening serta pipimu. Aku ingin sekali menjadi raksasa hijau yang menghancurkan apa pun tanpa mengenal siapa orang yang dekat denganmu. Namun sayangnya itu hanya angan-angan. Dalam kenyataannya pria yang dekat denganmu adalah orangtuaku sendiri, tapi tidak apa-apa. Kalau papaku tidak bisa melepasmu, maka akan kurebut dengan cara paksa." Dion berada tepat di hadapan Dila. Mengunci gerakan wanita itu dengan tubuh kekarnya.

Dila terduduk di sisi ranjang petiduran, pertahanannya melemah antara ia menginginkan Dion saat ini, namun terkendala suatu pemikiran jika pria yang ada di hadapannya saat ini adalah pria yang akan menjadi anak tirinya.

Dion duduk berlutut di hadapan Dila dan ia mengambil bantal kepala kemudian memasangkan jubah tidur di tubuh wanita itu.

Ia mengikat tali jubah lalu merapikannya agar kaki Dila tertutup. Meski Dion tergiur ingin meniduri wanita itu, namun ia sadar diri jika wanita di hadapannya adalah ibu dari Reyhan yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

Dion menjatuhkan kepalanya di atas pangkuan Dila. Ia memejamkan mata seraya kedua tangannya melingkar di pinggang wanita itu. Rasa nyaman, hangat menjalar pada tubuh Dion.

Dila membeku dan tidak dapat berkata apa-apa. Bahkan tangannya ingin sekali mengusap kepala Dion, tapi ada halangan untuk itu. Pria itu sudah dewasa dan bukan anak kecil. Menyentuhnya sudah pasti dapat diartikan ke suatu hal yang berbeda.

"Bisakah kamu mengusap kepalaku?" tanya Dion dalam artian meminta.

"Pulanglah, Nak," ucap Dila.

"Aku sangat tidak suka sebutan itu. Kumohon jangan memanggilku dengan sebutan itu. Aku bukan anakmu dan selamanya tidak akan menjadi anakmu. Yang kuinginkan menjadi kekasihmu," ungkap Dion sesungguhnya.

"Ta-tapi Dion-"

"Jangan diteruskan jika kamu menolak mengusap kepalaku, tapi biarkan aku berbaring di atas pangkuanmu barang sejenak," potong Dion.

Tangan Dila terulur mengusap kepala Dion layaknya seorang ibu yang memberikan kasih sayangnya, namun berbeda anggapan Dion. Pria itu menganggap jika Dila melakukan itu karena menyukai dirinya.

"Jangan menganggapku sebagai seorang anak, Dila," ucap Dion yang seolah tahu pemikiran wanita itu.

Dion meraih tangan Dila kemudian mengecupnya dan sontak membuat Dila kaget. "Sudah cukup, Dion. Pulanglah."

Dion menempelkan tangan Dila ke pipinya, ia mendongak menatap wajah cantik di hadapannya. Tangannya ikut terulur mengusap wajah Dila.

"Kamu memang sangat cantik, Sayang," ucap Dion dengan mendekatkan wajahnya.

Kedua tangan Dion berada di kedua sisi pipi Dila. Wajah pria itu semakin dekat hingga hidung bangir mereka saling bersentuhan, napas mereka saling terasa.

Dion menempelkan bibirnya pada bibir merah muda itu, membenamkannya sebentar, merasakan betapa lembut dan manisnya bibir wanita yang ia cintai.

Dila merasa ini bukanlah dirinya, ia takluk pada pria yang tengah memejamkan matanya itu. Dion mengerakkan bibirnya, mencoba mengecup lebih dalam lagi.

Dila memejamkan mata lalu hanyut dalam godaan permainan pria itu. Keduanya terjatuh di atas tempat tidur, tangan Dila melingkar di leher Dion. Mengusap dan mencengkeram kepala pria tampan itu, agar lebih mendalam lagi menerobos masuk ke dalam bibirnya.

Dion melepas tautan bibir mereka, bergegas ia bangkit dari atas tubuh Dila. Dion melangkah membuka pintu yang terkunci lalu secepat kilat menuruni anak tangga.

Dila menutup bibirnya. "Apa yang telah kulakukan? Aku menerima kecupannya, bahkan ikut membalas."

Jas yang dilepaskan Dion masih tergeletak di lantai, pria itu lupa membawanya karena langsung pergi begitu saja. Dila tidak mengerti mengapa Dion tiba-tiba pergi begitu saja.

Dion telah berada di atas motor bersama tukang ojek online yang mengantarnya pulang ke rumah.

"Kenapa aku tadi langsung keluar? Apa kata Dila nanti?" Dion menepuk jidatnya. "Kalau bukan karena menahan napsuku, sudah pasti Dila kulalap habis." Dion menepuk-nepuk jidatnya. "Bodoh kamu, Dion. Seharusnya tiduri saja, maka Dila akan menjadi milikmu." Dion mengembuskan napas panjang. "Sepertinya aku harus banyak belajar dari Diki dan Reyhan."

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan komentar.

Terpopuler

Comments

Nesa Satria

Nesa Satria

oh dion🤭🤭🤭

2022-08-24

0

SitiNur20969975

SitiNur20969975

dion2 kau the best bisa nahan diri😁😁😁😁😁

2022-08-11

0

Tina Anton

Tina Anton

Hahahaha sepanjang baca cerita ini ngakaak terus.. Gila nih cerita sesuatu banget.. Keren thor👍👍👍👍

2022-05-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!