Arlan terkejut dengan perkataan Sari, bahwa sekarang dia sedang bersama Anaza. Adiknya Salim yang umurnya sangat jauh dari Sari.
"Tidak mungkin mereka berdua ada hubungan diam-diam?, perasaan kalau dirumah ibu mereka tidak saling tegur sapa. Bahkan Sari selalu cuek dan tidak pernah peduli dengan Anaza" kata Arlan dalam hati dan binggung kenapa bisa Anaza berdua dengan Sari.
"Mas" ujar Sari karena dari tadi Arlan diam, sedangkan dia yang duluan menelepon Sari.
"Iya dek" tanya Arlan.
"Mas, seharusnya aku yang bertanya dengan mas. Ada apa mas menelepon aku?" tanya Sari heran.
"Tidak apa-apa dek, mas lagi kangen ingin bicara dengan kamu" jelas Arlan.
"Mas itu dasar aneh, kan sebentar lagi mas akan menikah. Seharusnya yang mas ajak cerita itu yang calon istri mas, bukannya aku" Sahut Sari dari seberang sana.
Anaza menatap wajah Sari yang lagi berteleponan dengan Arlan.
"Seandainya mbak Sari umurnya sama dengan aku, mungkin aku akan melamarnya dan akan aku jaga menurut amanah ayah. Dan Soal pekerjaan aku, aku akan berhenti menjadi penghibur wanita dan aku juga akan memutuskan hubungan aku dengan Novi. Memandangi wajah mbak Sari membuat aku merasakan kedamaian sampai ke dalam tubuhku" ucap Anaza di dalam hatinya.
"Mas, kalau tidak ada yang mau mas katakan dgn aku, aku akan mematikan teleponnya" kata Sari Kemudian, karena Arlan dari tadi cuma diam saja.
"Jangan dek, mas masih kangen. Memang tidak boleh mas menelepon adik?, atau jangan-jangan karena sekarang adik dengan Anaza jadi tidak mau bicara dengan mas" tanya Arlan dengan nada tidak suka.
"Mas ini bilang apa?, aku sekarang memang sedang dengan Anaza. Tapi ada hal yang harus kami bicarakan" kata Sari pelan, agar tidak terdengar Anaza. Tapi tanpa di sangka oleh Sari, handphone miliknya di ambil oleh Anaza.
"Mas, jangan suka bicara kasar dengan mbak Sari" ucap Anaza.
"Anaza kembalikan handphone aku" ujar Sari dan berdiri untuk mengambil handphonenya dari Anaza. Tapi karena tinggi badannya yang jauh dari Anaza jadi Sari sulit untuk mengambil handphonenya.
"Mbak duduk!" ucap Anaza tegas.
Sari yang mendengarnya langsung duduk tapi dengan wajah cemberut.
"Ini anak, kenapa harus ikut campur urusan aku dengan mas Arlan?. Seharusnya dia sudah pulang bukannya masih duduk di sini dan mengawasi apa yang aku lakukan" gerutu Sari dalam hati.,
"Anaza, apa urusanmu Kalau aku mau bicara apa pun dengan Sari?. Kamu bukan Suaminya yang berhak atas dirinya" kata Arlan emosi, karena dia tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Anaza.
"Aku memang bukan suami mbak Sari, tapi aku sudah di kasih amanah oleh ayah untuk menjaga mbak Sari dan menemukan calon suami yang baik untuk mbak Sari" terang Anaza dengan Arlan. Mendengar keterangan dari Anaza, Arlan diam.
"Anaza, kenapa harus cerita dengan mas Arlan?, soal amanah ayah dengan kamu" kata Sari datar dengan Anaza.
"Kenapa?, mbak tidak suka kalau aku bicara seperti itu dengan Arlan" tanya Anaza dan waktu bicara dengan Sari, Anaza tidak lagi memakai kata mas dengan Arlan.
"Tapi Anaza, aku tidak enak dengan mas Arlan. Nanti di pikir oleh mas Arlan, kita berdua ada hubungan" kata Sari.
"Itu bagus mbak, jadi mas Arlan tidak bisa menggangu mbak" kata Anaza santai sambil memainkan handphonenya Sari. Karena setelah Anaza bilang begitu dengan Arlan, langsung di matikan oleh Arlan.
"Anaza, kamu memang di berikan amanah oleh ayah, tapi bukan berarti urusan pribadi aku mau kamu ikut campur. Aku tidak suka Anaza dan satu hal lagi, kita berdua tidak miliki hubungan apapun jadi lebih baik kamu urusin urusan kamu sendiri" tukas Sari dan langsung pergi dari hadapan Anaza tanpa salam, karena Sari sangat dongkol dengan sikap Anaza.
Anaza diam mendengar perkataan Sari, "Kok aku harus gini, melarang dia mau lakukan apapun. Itu terserah dia, kenapa aku tidak terima" gumam Anaza sendiri.
Waktu Anaza mau berdiri dari tempat dia duduk, dilihatnya handphone Sari yang diambilnya tadi ketinggalan diatas meja dan lupa di bawa oleh Sari.
"Ini Handphone mbak Sari, aku harus mengembalikannya. Kalau tidak nanti dia tambah marah" ucap Anaza dalam hati.
Anaza bergegas ke rumah Sari, untuk mengembalikan handphone milik Sari yang ketinggalan tadi.
"Assalamualaikum" ucap Sari.
"Wa'alaikumsalam" jawab suara dari dalam rumah.
"Mbak, dari mana kenapa baru pulang" tanya suara itu lagi.
"Mbak tadi ketemu teman mbak,l Sinta" jawab Sari, yang ternyata suara tadi adalah suara Sinta.
"Oh aku kira kemana mbak, aku khawatir mbak. Biasanya mbak sudah pulang" ucap Sinta.
"Iya Sinta, Maafkan mbak" jawab Sari.
Sinta mengangguk, dan Sari pun naik keatas. Sesampainya di kamar, Sari membaringkan tubuhnya tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Sari masih kesal dengan sikap Anaza tadi yang seenaknya mengambil handphonenya dan ngomong tidak jelas dengan mas Arlan.
"Anaza menyebalkan" kata Sari sambil memukuli bantal gulingnya.
Anaza tiba di rumah Sari. Anaza ingat, sore seperti inilah dia kerumah ayah dan mau bilang minta maaf yang sampai sekarang belum di ucapkan oleh Anaza dengan ayah dan ibu. Dan setelahnya harus mendapatkan kabar tentang ayah.
Anaza melihat motor Sari sudah terparkir manis di garasi. Anaza pun mengetuk pintu rumah, tapi tidak ada jawaban dari dalam rumah.
Sari yang sudah selesai marahnya, baru teringat dengan Handphonenya karena dia mau bicara dengan mas Arlan. Tapi di cari handphonenya didalam tas tapi tidak ada.
"Ya Allah, pasti tertinggal di atas meja di cafe tadi. Ini gara-gara Anaza, coba handphone aku tidak di ambilnya pasti tidak akan ketinggalan" gerutu Sari.
Sari pun turun dari lantai dua, dan mau pergi lagi ke cafe tersebut. Untuk menanyai handphone dia yang tertinggal di meja tempat dia duduk tadi.
"Kok sepi, pada kemana ya?" tanya Sari sendiri. Karena Sari tidak melihat satu pun penghuni rumah. "Bukannya tadi ada Sinta yang membukakan aku pintu?, tapi ini kemana?" tanya Sari sendiri.
Sari pun berjalan menuju pintu dan membuka pintu depan. Dan betapa terkejutnya Sari disana sudah berdiri Anaza yang lagi ingin mengetuk pintu dan kena kening Sari.
"Aduh sakit Anaza, kamu pikir aku ini pintu. Seenaknya kamu ketuk keningku" gerutu Sari sambil mengusap keningnya.
"Maaf mbak, aku tidak lihat. Aku pikir tadi pintu tidak tahunya mbak. Maaf ya mbak" ucap Anaza sambil mengusap kening Sari.
"Kamu ngapai Anaza?, tidak sopan tahu. Kita ini bukan muhrim ya seenaknya kamu sentuh aku" ucap Sari agak menjauh dari Anaza.
"Ya mbak cuma di sentuh keningnya saja, lagian tidak apa-apa mbak" ucap Anaza sambil berjalan mendekati Sari.
"Kamu ini mau ngapain Anaza?, pulang sana tidak ada orang di rumah" usir Sari sambil mendorong tubuh Anaza biar Anaza keluar.
"Itu asyik mbak, berarti cuma kita berdua yang ada di rumah ini" sahut Anaza tertawa.
Anaza pun berjalan mendekati Sari dan Sari berusaha mendorong tubuh Anaza yang lebih besar dari tubuhnya.
Tapi karena terlalu kuat Sari mendorong, tanpa sengaja dia terjatuh diatas tubuh Anaza.
"Apa yang kalian lakukan" teriak suara wanita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
M⃠❀⃟✵🦃🄷🄴🄼🄰🐝⃞⃟𝕾𝕳
lanjut
2021-04-26
0
TK
semangat
2021-04-25
0
Sity Naybaho
sudah bom like
2021-04-25
0