Sari dan Anaza pun berjalan mendekati ayah yang terbaring lemah di atas kasur, dengan alat infus ditangan kanannya.
Sari pun duduk di samping ranjang ayah tapi di bawah, Sari pun memegangi tangan ayah sambil menangis. Ayah itu orang yang sangat kuat dan berani, makanya anak-anak ayah selalu mengangapi ayah itu super Hero mereka.
Anaza berdiri di samping Sari " Pak Irama mau bicara apa?, lama banget akukan harus pergi. Malam ini ada janji dengan pelanggan aku" Ucap Batinnya.
"Ayah, ini Sari. Ayah jangan banyak bicara, ayah harus sembuh. Sebentar lagi Septi mau menikah, Ayah harus ada disamping Septi. Jadi wali untuk Septi, dan ayah juga harus melihat aku menikah" kata Sari menangis sesenggukan.
Ayah memandangi wajah Sari, dan di usapnya kepala Sari. "Maafkan ayah nak, ayah tidak bisa hadir ke pernikahan kamu dan Septi" ucap ayah tersenyum.
"Tidak ayah harus kuat, ayah super hero kami berlima. Ayah tidak boleh bilang begitu, ayah akan hadir ke pernikahan aku dan Septi" ucap Sari dan memeluk tubuh ayah.
Ibu dan Septi yang melihatnya juga ikut menangis dan Septi memeluk ibunya.
"Lailah...aku seperti nonton drama di stasiun TV, ini pak Irama lama banget mau bicara apa
dia dengan aku?. Dari tadi aku tunggu-tunggu" cerocos Anaza dalam hati.
"Anaza" panggil ayah pelan.
Anaza yang merasa namanya di panggil mendekati ayahnya Sari.
"Ada apa pak" tanya Anaza. Anaza pun berjalan mendekati ayah yang menatap Anaza dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
Ayah menarik Anaza dan ayah membisikkan sesuatu di telinga Anaza.
Anaza langsung melihat Sari yang masih menangis di samping ayah.
"Ayah jangan banyak bicara, ayah harus banyak istirahat" ucap Sari dan membenarkan posisi ayah, setelah ayah selesai bicara dengan Anaza.
Ayah pun memejamkan matanya, ibu mendekati ayah dan duduk di samping suami yang sudah bersama dirinya selama tiga puluh tujuh tahun lamanya.
Ibu tidak menyangka ayah akan berbaring di ranjang rumah sakit. Ayah yang tidak pernah mau berurusan dengan rumah sakit sekarang terkapar di sini. Ayah yang sangat kuat untuk keluarganya Sekarang terbaring lemah dan tidak bisa bicara apa-apa.
Ibu berusaha kuat dan tidak menangis melihat ayah Sekarang.
"Ayah harus kuat, kata ayah mau melihat dua anak ayah menikah dan melihat cucu-cucu ayah tumbuh besar" kata ibu sambil mengusap rambut ayah dan ayah pun tertidur.
Sari, Anaza, Salim dan Septi pun keluar dari kamar ayah.
"Mas, aku mau pergi" ucap Anaza.
"Mau kemana Anaza?, sudah malam" tanya Salim.
"Vian menelepon aku mas, biasa anak muda mas" jawab Anaza.
Salim terdiam dan kemudian dia berkata"Ya sudah pergi sana, tapi pulangnya jangan malam-malam".
"Siap bos" balas Anaza dengan gaya hormat.
Septi tersenyum melihatnya, tapi tidak dengan Sari dari tadi Sari diam tapi pandangan matanya lurus tanpa ekspresi.
"Mbak" kata Septi sambil menyenggol tangan Sari tetapi Sari tetap saja diam.
"Mbak Sari" Septi pun memegangi pipi mbaknya "Mbak, tidak akan terjadi sesuatu dengan ayah. Ayah kita adalah superhero kita, ayah akan baik-baik saja. Ada kita anak ayah yang selalu mendoakan ayah" kata Septi menangis dan memeluk mbaknya.
"Mbak takut dek, mbak takut ayah akan pergi meninggalkan kita" jawab Sari menangis.
"Assalamualaikum, mbak Sari, Septi" ucap Seorang dari kejauhan.
"Susan" jawab mereka serempak.
Mereka bertiga pun berpelukan, jadi tinggal Sinta yang tinggal jauh dari Palembang.
"Aku mau ketemu ayah" ajak Susan.
"Ayo mbak" Septi pun membawa Susan ketemu ayah. Sari duduk di kursi di depan kamar rawat ayah.
Anaza berjalan mendekati Sari, "Mbak, aku pulang dulu ya. Bilang dengan ibu, aku tidak sempat menemui ibu" kata Anaza duduk di dekat Sari.
Sari menoleh Mendengar perkataan Anaza, " Iya" jawabannya pelan.
Anaza pun berdiri dan pergi menemui Salim.
"Aku pulang mas" ucap Anaza.
"Ya hati-hati" sahut Salim.
Anaza pun pergi meninggalkan rumah sakit.
"Lama kelamaan aku disana, bisa mati juga aku" ucap Anaza dalam hati.
Anaza pergi karena hari ini dia mau ketemu dengan kliennya.
Malam ini semua menunggui ayah, tadi setelah Anaza pulang ayah kejang-kejang, dan langsung koma.
Ibu tidak berhenti menangis melihat keadaan ayah yang ada di ruang ICU. Anak-anak juga terdiam, mereka mengharapkan agar ayah bisa sembuh dan bisa bersama mereka lagi.
Di Hotel
Anaza yang baru mau memulai perpanasan, melihat bayangan pak Irama yang lewat. Anaza
pun terduduk dan melihat sekitarnya, tapi cuma ada dia dan wanita tersebut.
"Ada apa sayang?" tanya wanita itu sambil mengelus dada Anaza yang memang tidak memakai pakaiannya.
"Tidak apa-apa tante, ayo kita lanjutkan lagi" ajak Anaza sambil membaringkan tubuh wanita yang di panggilnya tante.
Tapi waktu mau melakukannya lagi, bayangan pak Irama lewat malahan sekarang terlihat di depan kaca kamar.
Anaza langsung berdiri, dan dia langsung memakai semua pakaiannya.
"Kamu mau kemana sayang" tanya Tante, " Bahkan kita belum mulai sayang" kata tante itu manja.
"Maaf tante, aku harus pulang. Nanti kapan-kapan kita lanjutkan lagi yang tertunda" ucap Anaza. Dan Anaza pun berjalan keluar dari kamar itu dan dia juga tidak peduli dengan panggilan wanita tersebut.
Yang ada di pikirannya sekarang, dia harus menelepon Salim dan menanyakan keadaan pak Irama.
"Assalamualaikum" ucap orang di seberang sana.
"Wa'alaikumsalam, mas ini Anaza" jawab Anaza.
"Ada apa Anaza?," tanya Salim.
"Mau nanyai keadaan pak Irama" jawab Anaza.
"Ayah koma Anaza" balas Salim.
Ananda pun langsung menutup panggilannya, Kemudian dia ketempat parkiran untuk mengambil motornya.
Setelah mengambil motor, Anaza pun kerumah sakit untuk melihat ayah.
Keadaan ayah tambah kritis, ibu yang menangis tanpa henti. untung saja Santi sudah datang dan dia yang mencoba untuk menenangi ibu supaya jangan menangis lagi.
"Santi, ibu tidak ikhlas kalau pergi ayah pergi meninggalkan kita" kata ibu menangis.
"Ayah tidak akan pergi bu, ayah selalu bersama kita" kata Santi mengusap belakang ibu.
Sari lagi melaksanakan shalat malam, di mushola di rumah sakit dan tadi selepas shalat
Sari mengaji.
"Ya Allah, berikan ayah kesembuhan. Kami masih membutuhkan ayah, Apalagi aku dan Septi" pinta Sari menangis.
Setelah selesai Shalat, Sari pun berjalan ke kamar ayah. Dan di luar pintu kamar ada Salim yang memeluk Septi. Septi yang melihat Sari langsung berlari dan memeluk Sari.
"Mbak, ayah" ucap Septi lirik.
Sari pun berlari ke kamar ayah, disana semua pada menangis. Dan Sari tidak melihat ibu dan Sinta.
"Susan ini kenapa dengan ayah?, kenapa ayah diam" kata Sari menangis dan berjalan ke ranjang ayah. "Ayah ayo bangun, jangan bercanda ayah. Kata ayah mau melihat aku dan Septi menikah, bangun ayah" Sari menangis sambil menggoyangkan badan ayahnya tapi ayah tidak mendengarkan panggilan Sari yang ada ayah seperti orang yang lagi tidur.
"Mas ada apa?" tanya Anaza yang baru datang.
Salim yang sedang memeluk Septi, langsung menoleh.
"Anaza, ayah Sudah pulang untuk selamanya" jawab Salim.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
sedih euy😭
2021-05-26
0
Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope
Sedih.. 😭😭😭❤️👍🤗
2021-04-29
1
Andropist
sudah semu dilike
2021-04-28
0