Sari menyiapkan makan malam, ayah dan Septi belum pulang juga. Kata ayah habis magrib sudah sampai, tapi ini sudah mau isya ayah dan Septi belum pulang.
"Assalamualaikum" ucap suara dari luar.
"Wa'alaikumsalam" jawab Anaza dan Sari serempak.
"Mbak memang seperti itu selalu ikuti apa yang aku Katakan. Jangan-jangan mbak suka aku ya" kata Anaza sambil mengedipkan matanya.
"Siapa yang suka kamu?, awas aku mau lewat" ucap Sari datar dan mendorong badan Anaza kebelakang sampai Anaza terjungkal.
Sari pun ketawa melihat apa yang terjadi dengan Anaza, Sari pun membukakan pintu depan.
"Mbak Sari" ucap orang di depan pintu yang ternyata adalah Septi yang pulang dengan Salim.
"Septi mana ayah" tanya Sari karena tidak melihat ayah.
"Ayah tidak pulang sama aku mbak, aku tadi di jemput mas Salim" terang Septi.
"Ya sudah ayo masuk, mungkin sebentar lagi ayah pulang" ucap Sari.
Mereka bertiga pun masuk kedalam rumah, waktu di ruang tengah Salim melihat Anaza yang lagi asyik main game.
"Bro, apa yang kamu lakukan disini" ucap Salim sambil menepuk pundak Anaza.
Anaza yang lagi fokus main game berhenti, dan dia pun menoleh kesamping.
"Mas" teriak Anaza, tadi sebenarnya Anaza mau marah karena ada yang menepuk pundaknya, tapi waktu di toleh rupanya mas Salim yang melakukannya jadi Anaza tidak jadi marah.
"Mas, apa yang mas lakukan disini" tanya Anaza setelah duduk kembali. Salim pun duduk disamping Anaza.
"Ini anak keseringan main game, jadi otaknya penuh dengan game" ledek Anaza tertawa.
"Akukan cuma nanya aja mas" sahut Anaza cemberut.
Salim tertawa melihat tingkah Anaza. "Anaza lupa kalau mas ini calon suami Septi" kata Salim Kemudian.
"Aku tahu mas itu calonnya Septi, yang aku tanyai apa yang mas lakukan disini?, bukannya Septi pulang dengan pak Irama" tanya Anaza datar.
"Mas tadi jemput Septi, dan waktu mau mengajak ayah pulang kata ayah dia ada urusan dulu" Salim menjelaskan semuanya ke Anaza.
Anaza diam mendengar perjelasan dari Salim.
"Tahu seperti ini lebih baik aku pulang, dan bertemu dengan pelanggan aku" ucap Anaza dalam hati.
"Oh Anaza jangan melamun" teriak Salim di dekat telinga Anaza. Anaza terkejut dengan teriakan Salim sambil mengusap telinganya Anaza pun berteriak.
"Mas, aku tidak tuli jangan teriak telingaku sakit mas".
Salim yang mendengarnya, tertawa melihat sikap Anaza yang seperti anak kecil.
Septi yang lagi ada di dapur cepat-cepat ke ruang tengah.
"Mas Salim ada apa teriak-teriak, tidak enak mas di dengar oleh tetangga" Septi berkata dengan nada yang marah.
"Maaf dek, mas cuma bercanda dengan Anaza" ucap Salim menunduk.
Anaza yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya karena dia tidak habis pikir kenapa Salim harus tunduk dengan Septi.
"Ada apa Anaza" tanya Salim melihat Anaza yang mengeleng kepalanya.
"Mas aku tidak mengerti kenapa mas harus tunduk dengan Septi" tanya Anaza balik.
Salim ketawa Mendengar pertanyaan dari Anaza "Anaza, mas ini sebentar lagi akan menjadi imam untuk isteri mas. Kalau mas salah dia bisa mengingatin mas, kalau mas marah dia bisa meredam emosi mas. Dan paling utama dia bisa tahu tugasnya Menjadi seorang isteri. Tapi bukan itu saja pernikahan bukan hanya untuk menyalurkan sex tapi didalam pernikahan harus ada sikap saling menghargai, menghormati, ada kejujuran dan saling terbuka satu dengan yang lainnya. Jangan selalu bilang cinta tapi kenyataannya disana tidak ada ada kesetiaan, kejujuran, dan kepercayaan. Tapi kita harus yakin bahwa apa yang kita rasakan dia juga rasakan" Salim menjelaskan semuanya.
Anaza diam mendengar perjelasan Salim, tapi memang Anaza tidak pernah percaya cinta gara-gara kejadian zaman dia SMA.
"Ada apa Anaza?, jangan pernah mengingat masa lalu yang membuat kamu berubah seperti sekarang. Kembalilah seperti Anaza kecilku" kata Salim menepuk pundak Anaza.
Anaza diam mendengar perkataan Salim, memang Semenjak peristiwa itu Anaza berubah menjadi tiga ratus enam puluh derajat. Tidak ada Anaza yang suka melucu, yang suka bermanja-manja dengan keluarganya. Anaza sekarang adalah orang yang egois, mau menang sendiri, suka marah, dan emosinya sangat parah.
Anaza melihat Salim, dan Anaza memikirkan apakah benar yang di katakan oleh Salim bahwa dia sudah berubah.
Salim mengajak Anaza shalat isya bersama-sama.
"Ibu ada apa" tanya Sari waktu melihat ibu berdiri di ruang tamu.
"Ibu lagi menunggu ayahmu Sari, ini sudah isya tapi ayah belum pulang. Ibu khawatir tidak sesuatu dengan ayah" Ibu berkata dengan nada yang sangat khawatir.
"Ibu ayo kita shalat isya dulu dan berdoa demi keselamatan ayah" ajak Sari dengan memegangi lengan ibu dengan mengajak ibu masuk untuk shalat isya.
Setelah semuanya selesai shalat isya, mereka pun makan malam. Ibu yang tidak mau makan tapi di paksa oleh Sari untuk makan.
Ibu tetap makan tapi makannya sedikit, selagi semuanya makan telepon di ruang tengah berbunyi. Sari pun berangkat untuk mengangkat teleponnya.
"Assalamualaikum" ucap Sari.
"Wa'alaikumsalam" jawab Orang di seberang sana.
"Maaf yah mbak benarkan ini nomor telepon rumah pak Irama" tanya orang di seberang sana. Sari yang sudah punya pikiran macam-macam, hanya diam waktu orang itu bertanya.
"Halo mbak, apakah masih ada orang" tanya orang tersebut.
"Maaf mbak, iya benar mbak ada apanya" tanya Sari tapi jantungnya berdetak sangat kencang.
"Maafnya mbak, pak Irama mengalami kecelakaan dan sekarang dia ada di rumah sakit Umum" jelas orang tersebut.
Sari yang mendengarnya langsung teriak
"Tidak!, ayah".
Orang yang lagi makan di ruang makan langsung berlari ke ruang tengah. Sari sudah
terduduk di samping telepon, Salim langsung mengambil telepon dan mendengar perkataan orang di telepon.
"Ibu! ayah" kata Sari menangis.
Septi pun memeluk mbaknya,"Mas ada apa" tanya Septi.
"Ayah kecelakaan dek, dan Sekarang di bawa ke rumah sakit Umum" Salim menjelaskan apa yang di katakan oleh orang yang menelepon tadi.
Ibu yang mendengarnya langsung pingsan tapi untung ada Anaza di belakang ibu.
"Septi kita harus kerumah sakit, mbak tidak apa-apa. Tapi telepon dulu Sinta dan Susan" kata Sari menguatkan dirinya.
"Ya mbak" Septi pun pergi dari situ dan di ikuti oleh Salim. Sari pun mendekati ibu.
"Jika Ibu kuat kita kerumah sakit, ayah pasti tidak apa-apa bu. Percaya sama ayah, ayahkan kuat" kata Sari menyakinkan ibu. Anaza yang melihatnya hanya diam.
Anaza pun membantu ibu untuk berdiri dan di papahnya ibu.
Mereka pun pergi ke rumah sakit, sesampainya disana mereka mencari kamar tempat ayah di rawat. Rupanya rumah sakit tempat ayah dirawat adalah rumah sakit punya mamanya Salim. Ya sekarang di urus oleh mamanya Anaza.
"Ayah" teriak Sari dan memeluk ayah begitu juga Septi.
"Sari, ayah mau bicara dengan Anaza" pinta ayah dengan terbata-bata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
wah mau di jodohin ni
2021-05-19
0
penahitam (HIATUS)
aku selalu hadir untukmu kak Ekaaaa.....
2021-04-16
0
Abu Alfin
lanjut like thor
2021-04-13
0