Flashback.
Setelah lama menunggu ayah Irama, tak terasa Anaza tertidur. Satu jam kemudian Anaza terbangun, pas mau membuka mata Anaza melihat ada orang yang lewat dan Anaza tersenyum karena dia tahu orang tersebut adalah Sari.
Flashback end.
"Hmmm"
Sari melihat kebelakang, dan Sari terkejut karena yang bersuara tadi adalah Anaza.
Sari langsung menghadap kedepan dan memasang wajah datar dan jutek.
"Apa yang di lakukan oleh manusia rese satu ini?, tadi dia lagi tidur tapi sekarang di sini?" gumam Sari sendiri.
"Mbak lagi mikirin aku ya" ledek Anaza.
Sari langsung menoleh kebelakang dan Sari menatap Azana dengan sangat tajam.
"Kalau mau gila, jangan ngajak orang lain" kata Sari dan masih melanjutkan pekerjaannya.
"Mbak, Kalau marah seperti ini sangat manis" puji Anaza.
Sari tidak memperdulikan perkataan Anaza, dia masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Dari pada kamu disini dan bicara tidak jelas, lebih baik kamu shalat ashar sana" sahut Sari.
"Perawan tua ini seenaknya menyuruh aku untuk shalat. Aku tahu Keluarga ini sangat kental dengan agama. Tapi bukan berarti dia harus mengurui aku soal agama" cerocos Anaza dalam hati.
"Anaza kamu dengar apa yang aku katakan" tegur Sari karena Anaza diam tapi tatapan matanya sangat tajam.
"Ini anak tatapan matanya, apakah dia marah dengan aku" batin Sari.
Sari selesai mengerjakan tugasnya, dan waktu Sari mau balik dia menabrak badan Anaza yang tepat berdiri di belakangnya. Refleks Sari memeluk tubuh.
"Kalau di pandang dari dekat wajah Sari sangat manis, ya ampun apa yang aku pikirkan jangan sampai karma berlaku untuk aku" batin Anaza yang masih memeluk Sari.
"Ini anak, bisa tidak melepaskan pelukannya" kata Sari dalam hati.
Anaza masih tetap memeluk Sari, ada rasa yang tidak Anaza tahuin. Rasa yang akan membuat dia merasakan cinta yang tidak pernah dia rasakan.
"Anaza, lepaskan" teriak Sari.
Walaupun di teriakan, tetap saja Anaza tidak mau melepaskan pelukannya dari Sari.
"Anaza" teriak Sari lagi sambil memukuli tangan Anaza dan di gigitnya lengan Anaza.
"Sakit" teriak Anaza. Anaza melepaskan pelukannya dan mengusap lengannya yang di gigit oleh Sari.
"Mbak sakit" tunjuk Anaza. "Tapi tidak apa-apa, ini kuanggap kenangan-kenangan dari mbak untuk aku" kata Anaza sambil mengusap lengan yang di gigit oleh Sari tadi.
"Rasain dari tadi aku sudah teriak-teriak, tapi tidak dengar atau pura-pura tidak dengar" ejek Sari.
"Aku dengar, tapi karena enak memeluk mbak aku pura-pura tidak dengar" kata Anaza tertawa.
Sari menjintak kepala Anaza,"Enak saja bilang memeluk aku enak, mas Arlan saja bertahun-tahun pacaran dengan aku tidak pernah kelewatan batas" gerutu Sari.
"Mbak pasti bohong tidak mungkin pacar mbak tidak menyentuh mbak" ledek Anaza.
"Itu memang benar, makanya dia selingkuh" sungut Sari sambil melipat tangannya di depan dada.
"Berarti mbak masih...??" ucap Anaza.
"Jangan aneh-aneh Anaza" kata Sari dan pergi meninggalkan Anaza.
"Mbak tunggu aku" teriak Anaza.
Dan berlari mengejar Sari yang juga berlari meninggalkan Anaza yang masih teriak-teriak tidak jelas.
"Dasar manusia rese" ledek Sari.
"Mbak tunggu, jangan lari" teriak Anaza.
"Ibu, lihat Anaza" teriak Sari waktu dia melihat ibu di ruang makan.
Anaza langsung menghentikan teriakan dan larinya, karena melihat Sari memeluk ibunya.
"Kalian berdua ini, kalian itu sudah besar hentikan. Ayo siap-siap mau magrib, Anaza tadi ibu sudah menelepon ayah. Kata Ayah habis magrib ayah akan pulang, kalau Anaza mau menunggu tunggu saja di kamar tamu. Anaza bisa mandi, dan juga shalat magrib" penjelasan ibu.
"Ya bu" Sahut Anaza. Anaza pun melangkah ke kamar yang di tunjukkan oleh ibu. Tapi sebelum itu Anaza mengusap kepala Sari.
"Ibu lihat Anaza" teriak Sari.
"Sari mulutnya" kata ibu sambil memukuli tangan Sari. Anaza ketawa sambil menjulurkan lidahnya.
"Ibu! Anaza" kata Sari cemberut.
"Kalian berdua ini, Sekarang mandi sebentar lagi magrib" ucap ibu.
Ibu pun pergi meninggalkan Sari, Sari pun pergi kekamarnya tapi dengan wajah cemberut.
Selesai melaksanakan shalat magrib, Anaza turun kebawah. Tapi Anaza tidak menemukan siapa pun, Kemudian dia duduk di ruang tengah sambil memainkan handphonenya.
Tanpa Anaza sadari, ibu dan Sari pun turun kebawah.
"Sepertinya malam ini aku akan selalu ketemu manusia rese ini. Ya Allah jangan sampai hati ini Sangat membencinya, aku takut kata orang kalau terlalu benci akan menjadi cinta" gumam Sari sambil menatap Anaza yang masih sibuk main handphone.
"Ayo bantu ibu untuk menyiapkan makan malam" ajak ibu.
Sari pun mengikuti ibu untuk membantu ibu menyiapkan makan malam.
Anaza tahu kalau dari tadi Sari memandangi wajahnya.
"Sepertinya wanita itu sudah masuk perangkap ucap Anaza dalam hati sambil tersenyum.
Sari memang suka membantu ibunya di dapur kalau Sari tidak ada pekerjaan.
"Ibu, ada keperluan apa Anaza mau ketemu dengan ayah" tanya Sari berbisik.
"Ibu juga tidak tahu Sari" jawab ibu berbisik.
Sari pun terdiam mendengar jawaban ibu, tapi mata Sari tidak lepas dari ruang tengah sambil sesekali melihat Anaza yang masih sibuk main handphone.
Jiwa kepoan Sari mulai muncul, dia curiga apa yang akan di omongin oleh Anaza dengan ayah.
"Apakah karena kejadian semalam?, aku takut Anaza akan mengulangi perkataanya didepan ayah" batin Sari.
"Kenapa wanita itu dari tadi memandangi aku, apakah wanita itu sudah mulai ada rasa dengan aku. Semoga jangan sampai ada kejadian yang membuat orang tuaku akan bertambah marah dan kemarahan mereka bisa melebihi dari semalam. Lagian aku cuma ingin iseng-iseng dan mengerjainya supaya dia jangan sok seperti wanita suci" pikir Anaza tersenyum miring.
Karena bosan menunggu ayah, Anaza pun melangkah ke arah dapur untuk melihat apa yang di lakukan oleh ibu dan Sari.
Di dapur ibu dan Sari asyik bercerita dan mereka tidak tahu kalau dari tadi Anaza sudah berdiri di sana.
"Sari apa kabar Arlan" tanya ibu.
Kemaren aku ketemu mas Arlan waktu seminar. Dia baik-baik saja bu, mas Arlan lagi menyiapkan pernikahannya" ucap Sari pelan.
"Nak, jangan terlalu memikirkan apa yang terjadi mungkin Arlan memang bukan jodoh yang di kirim oleh Allah untuk dirimu. Ibu yakin suatu hari nanti akan ada seorang pria yang akan dikirimkan oleh Allah untuk diri anak ibu" ucap ibu.
"Aamin bu" jawab Sari dan menghapus air matanya.
Sari tahu kalau dari dulu orang tuanya sangat mengharapkan agar dia menikah dan tidak terus di langkahi oleh adik-adiknya. Tapi semuanya tidak sesuai dengan apa yang diimpikan atau di harapkan.
Anaza yang mendengar cerita antara ibu dan Sari bertanya siapa Arlan?, apakah pria yang ada di hotel kemaren?. Kenapa mereka putus?, banyak pertanyaan yang ada di otak Anaza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
lanjut
2021-05-07
0
M⃠❀⃟✵🦃🄷🄴🄼🄰🐝⃞⃟𝕾𝕳
lnjt
2021-04-26
0
Abu Alfin
aku hadir bawa like my sister
😊😊😊
2021-04-13
0