Suasana yang tadinya hening, berubah manakala Kyai Waffiq unjuk suara kembali kepada putra sulungnya.
" Zam, silahkan kamu sampaikan maksud kedatangan kami kepada tuan Amir dan Nyonya Devi, juga kepada nak Nisa." ucap Kyai Waffiq penuh wibawa.
Azzam menghela nafas panjang mengatur deru nafas yang tak beraturan, " Bismillah Zam kamu bisa." gumam Azzam menyemangati dirinya sendiri.
" Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh, Bissmillahirohmaanirrohiim. Saya Azzam Muwaffiqi Al Ghifari , datang kemari bermaksud hendak mengkhitbah Annisa Ramadhania putri satu satunya tuan Amir Syah Alam, jika diperkenankan." ucap Azzam penuh kehati-hatian disetiap ucapan nya menatap wajah Amir Syah Alam.
" Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuh, saya selaku wali dari putri saya, Annisa Rahmadhania, dengan ini menerima Khitbah nak Azzam Muwaffiqi Al Ghifari. Mohon sekiranya menjadi imam yang baik bagi putri kami yang masih awam dalam soal keagamaan, mohon bimbing lah dengan kelembutan nak Azzam. Semoga niat baik kalian berdua di ridhoi Allah SWT, dan disatukan dalam sebuah pernikahan yang Sakinah mawadah warahmah." ujar Amir memberi nasehat kepada calon menantu yang sedang duduk dihadapannya.
Riuh tepuk tangan dan ucap syukur terdengar mengaminkan ucapan tuan Amir Syah Alam.
Pelayan membawa keluar minuman dan beberapa makanan di meja tamu. Semua saling mengobrol dan bercanda ria.
" Nisa sayang, ajak lah calon suami kamu melihat lihat kedalam, sekalian mengobrol agar lebih dekat, iya kan pa." ucap Devi.
" Iya silahkan Zam, mengenai tanggal pernikahan kalian biar Abi sama umi yang berdiskusi disini, kalian ngobrol lah, Han ikut lah temani Azzam dan Nisa." sahut Kyai Waffiq.
Ketiga anak muda itu pun berjalan masuk kedalam rumah Amir. Annisa mengajak mereka pergi ke sebuah taman yang ada disamping rumah.
" Maaf silahkan duduk ustadz Hanafi, ustadz Azzam." ujar Annisa mempersilahkan kedua tamunya duduk di bangku yang ada ditaman.
Azzam dengan wajah datar duduk disamping Hanafi, sedang Hanafi ingin tertawa sekencangnya melihat ekspresi wajah saudara sepupunya itu.
" Mulai sekarang panggil dia Han saja jangan terlalu formalitas, lagian dia hanya magang saja disana. Dan panggil aku mas." pinta Azzam pada Annisa.
Mendengar ucapan saudara sepupunya, Hanafi makin tak bisa menahan tawa yang sudah daritadi ingin di keluarkannya.
" Buahahahahaha, ada yang mulai terbakar cemburu nih. Mbak Nisa jangan mau harusnya tadi, biar ustadz kutub ini kedinginan mati rasa menunggu jawaban mbak Nisa ha ha ha ha." Hanafi terpingkal-pingkal mengejek Azzam.
Nisa tersenyum dari balik cadarnya, Nisa juga berfikir ada benarnya juga ucapan Ustadz Hanafi barusan, harusnya ia tidak segera menjawab Khitbahan Azzam, agar pria kutub itu mati kesal.
" Kenapa gue bisa sebodoh ini dihadapan dia, betul kata ustadz Han, harusnya aku tidak langsung mengiyakan, harusnya aku gantung dulu sampai makan siang selesai." gumam hati Annisa sembari tertawa cekikikan.
" Ada yang lucu ya sampai segitunya tertawa, mulai sekarang jangan sembarangan tertawa dihadapan pria yang bukan muhrim kamu. Apalagi dihadapan Han." celetuk Azzam datar tanpa ekspresi.
Nisa berhenti terkekeh begitu juga Hanafi, saat wajah si kutub itu makin terlihat seram.
" Iya iya maaf Zam, tapi ekspresinya ya jangan gitu juga kali Zam. Yang ada nanti calon istri kamu kabur, coba aja ngaca tuh lihat wajah butek kamu dikolam hehehe." sahut Hanafi masih menertawakan ekspresi Azzam.
Sementara didalam rumah tuan Amir, Kyai Waffiq beserta umi Fatimah mulai membuka obrolan mengenai tanggal pernikahan Azzam dan Annisa.
" Maaf tuan Amir, jika kami menginginkan agar nak Nisa dan Azzam menikah satu bulan kemudian, apakah anda dan nyonya setuju?" tanya Kyai Waffiq.
Devi dan Amir tersenyum sambil saling menatap satu sama lain, lalu keduanya pun mengangguk.
" Alhamdulillah, kami dari pihak mempelai wanita, akan menerima kapan tanggal dan hari baik yang sudah Yai tetapkan." balas Amir penuh santun.
" Terimakasih tuan Amir, kalau begitu kami ucapkan banyak terimakasih telah menerima Khitbahan putra kami." ucap Kyai Waffiq.
Jam tengah menunjukkan pukul sebelas siang lebih tiga puluh menit. Devi pergi keruang makan mengecek apakah semua hidangan telah siap dihidangkan.
Sembari itu Devi memanggil Nisa dan Azzam serta Hanafi, untuk makan siang bersama.
Ketiga muda mudi itu segera menyusul keruang makan, begitu juga Kyai Waffiq dan umi Fatimah.
Semua telah duduk dikursi masing masing, sebelum menyantap aneka hidangan yang tersaji, bersama sama membaca do'a terlebih dahulu. Lalu makan siang bersama dengan tertib.
Dari makanan pembuka hingga penutup, satu persatu semua hidangan sangat dinikmati oleh keluarga Kyai Waffiq.
Rona wajah bahagia terpancar dari kedua keluarga yang baru terikat tersebut.
Seusai makan siang mereka semua kembali menuju ruang tamu. Kali ini Annisa duduk bersebelahan dengan umi Fatimah.
" Zam, nak Nisa, kami semua sudah sepakat bahwa tanggal pernikahan kalian akan dilaksanakan tepat satu bulan kemudian, terhitung dari sekarang. Abi dan umi harap, Zam bisa menjaga nak Nisa mulai dari sekarang. Dan untuk nak Nisa Abi ucapkan terimakasih, telah bersedia menjadi keluarga baru dalam keluarga kami, semoga kelak kalian bisa memberikan generasi penerus yang shalih dan shalihah." ujar Kyai Waffiq berpesan.
Tak lama setelah acara ramah tamah kedua belah pihak keluarga. Mereka segera menunaikan sholat Dzuhur bersama di ruang belakang milik keluarga Amir. Sebuah ruangan yang memang digunakan untuk sholat berjama'ah.
Semua menunaikan sholat Dzuhur bersama. Ada rasa haru dan bahagia yang tak dapat diungkap oleh Devi, saat melihat putri semata wayangnya terlihat khusyuk menunaikan ibadah sholat Dzuhur saat itu.
" Syukur Alhamdulillah Yaa Allah, akhirnya Engkau ijabah do'a hambamu ini, dan terimakasih telah Engkau pertemukan putri kami dengan calon imam dan keluarga yang sungguh sempurna." ucap dalam hati Devi, saat berdo'a.
Setelah sholat dzuhur usai, rombongan keluarga Kyai Waffiq berpamit undur diri.
" Aku pamit dulu, jaga diri baik baik. Jangan lupa sholatnya !!" seru Azzam berpesan sebelum meninggalkan kediaman tuan Amir pada Annisa. Gadis yang sebentar lagi akan resmi dinikahinya.
" Terimakasih, iya mas Insyaallah aku ingat selalu pesan mas." sahut Annisa tersipu malu.
Hanafi dari kejauhan tersenyum begitu juga dengan umi Fatimah. " Bisa juga ya putra umi yang seperti kutub itu bersikap lembut, ha ha ha." ledek Hanafi seraya masuk kedalam mobil.
" Hussst, sudah Han berhenti jangan kau ledek terus si Zam itu, kamu tahu sendiri kan bagaimana sifatnya, kalau sampai dengar kamu tertawaan, ayo buruan jalan !!!" seru umi Fatimah pada Hanafi.
Azzam masuk kedalam mobil Alphard warna hitam yang tadi dibawanya, melambaikan tangan nya pada Annisa, dan dibalas lambaian pula oleh Annisa.
Azzam dengan mobil terpisah pergi meninggalkan kediaman calon mertuanya. Amir beserta Devi pun turut melambaikan tangan mengiring kepergian rombongan calon besannya.
******
**BERSAMBUNG.....
JANGAN LUPA KLIK VOTE RATE LIKE DAN GIFT YA KAKA READERS SEMUA AGAR AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT BERKARYA
JANGAN LUPA PULA TINGGAL KAN JEJAK KOMENTAR KAKA READERS SEMUA DI KOLOM KOMENTAR YANG ADA
JAZZAQUMULLAAH KHAIRAN KATSIR 🙏😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Putri Sukma
alhamdulilllaaaahhhh....
2023-06-16
0
Ummy Elliza
akhirnya
diterima
2021-06-16
2
Haikal Ispandi
co cweetttt jugaaa mas azaammmm
2021-05-23
2