Sore menjelang, Nisa yang baru selesai mengikuti umi Fatimah mengajar, ia pun merasa lelah sekali. Gadis yang sudah terbiasa dimanja sejak kecil itu, baru menyadari betapa kerasnya kehidupan diluar.
Dari para santriwati, Nisa banyak belajar tentang hidup juga tentang kemandirian, sosok wanita masa kini, yang tak terlihat oleh kemodernisasi. Namun banyak memberi inspirasi kehidupan sebenarnya.
Sebuah kesederhanaan dalam menjalani kehidupan, suasana damai penuh ketenangan, jauh dari hingar bingar metropolitan. Saling sapa satu sama lain, berbagi tawa dan canda dengan tulus.
Nisa menatap keluar dari balik jendela kamar yang ditempatinya. Menghirup udara segar dan ditemani hembusan angin sepoi sepoi.
" Tempat ini sangat sederhana, namun didalam nya banyak tumbuh generasi berprestasi dan kreatif. Mereka juga sangat bahagia tinggal ditempat sesederhana ini. Gue harus bisa dan tunjukin sama cowo dingin itu, bahwa seorang Annisa bisa menjadi gadis muslimah yang baik seperti mereka. Tunggu saja kau ustadz songong, pasti bakal kaget melihat perubahan gue." gumam hati Annisa menyemburkan sebuah senyuman menatap luar.
Sebuah mobil memasuki halaman pesantren, seorang pria muda yang baru saja pulang dari kampus, turun dari mobil.
Dari kejauhan Azzam melihat sosok gadis yang tengah memandang keluar sambil dihiasi senyuman indah semakin menambah keindahan wajah Annisa.
Namun yang ditatap sepertinya sedang asyik melamun tak melihat kehadiran Azzam.
Semua santriwati tengah beristirahat sambil bercanda tertawa ria bersama teman teman nya. Menghabiskan waktu sore hari yang indah.
Sebuah suara mengetuk pintu kamar Annisa.
" Nak Nissa keluar lah nak, kita mengobrol diluar." seru Fatimah.
Nisa kaget dengan sumber suara barusan, gadis itu pun membuyarkan lamunan nya. Beranjak menghampiri Fatimah.
" Iya umi, ada apa?" tanya Annisa membuka pintu kamar.
" Ayo jangan di kamar terus temani umi." ujar Fatimah berseru menarik tangan Annisa.
Gadis itu pun mengikuti langkah umi Fatimah yang sedang berjalan menuju ruang keluarga. Disana tampak Kyai Waffiq tengah duduk menonton acara tausiah di sebuah stasiun tv islami.
Azzam yang baru saja selesai mandi, turut bergabung bersantai dengan kedua orang tuanya.
" Mana mau dia melihat acara begituan umi, coba abi ganti channel Drakor pasti dia suka." ledek Azzam menduduk kan pantatnya ke sofa di sebelah sang Abi sembari tangan nya mencomot kue yang terhidang dimeja.
" Oh iya kah, maaf abi gak tahu Zam. Ini nak Nisa ganti saja channel-nya !!" seru Kyai Waffiq menyodorkan remot tv pada Annisa.
" Enggak abi, biar channel ini saja." tolak Annisa halus.
" Nak Nisa saja nggak keberatan Zam, kamu ini seneng banget buat anak orang kesal." timpal Kyai Waffiq berseloroh.
" Dih kok Azzam yang kena sih, abi saja nggak tahu sifat dia sebenarnya, galak plus pedes bi." gerutu Azzam sambil mencomot lagi kue buatan sang umi.
Nisa melotot tajam ke arah Azzam yang sedang menikmati kue buatan Fatimah.
" Gimana sudah hafal belum tugas yang aku kasih?" tanya Azzam mengalihkan pembicaraan.
" Sudah ." jawab Nisa ketus
" Benar kah? baik ayo ke ruangan ku, apa benar kamu sudah hafal atau alesan doang." seru Azzam beranjak berdiri menuju ruang bacanya, diikuti Annisa.
Fatimah dan Kyai Waffiq tersenyum melihat tingkah putra sulung nya yang begitu bersikeras mengajar Annisa.
" Tanpa mereka sadari, suatu saat mereka akan saling merindukan ya Bi." ujar Fatimah menyesap minuman nya.
" Apa nggak sebaiknya kita nikahkan Azzam dengan nak Nisa saja umi. Abi lihat Azzam mulai menyukai gadis itu." ujar Kyai Waffiq.
" Loh, abi juga merasa begitu ya?? umi sih maunya begitu bi, tapi abi lihat sendiri kan sikap Azzam sama nak Nisa, cuek banget." timpal Fatimah.
" Nanti pas abi tausiah ke kota lagi, Abi mau ajak Azzam umi, biar kita bisa ngobrol barsama. Nanti kita coba istikharah ya umi !!" seru Kyai Waffiq sambil kembali melihat acara dakwah di televisi.
******
" Coba baca gimana do'a selesai wudhu !!" perintah Azzam datar mengusap wajahnya yang lelah dengan telapak tangan nya.
Annisa pun mencoba melafalkan do'a yang diperintahkan oleh Azzam dengan baik dan benar.
" Do'a sesudah adzan!!" seru Azzam kembali
Tak banyak bantahan lagi lagi Annisa mampu melacaknya dengan lancar juga.
" Tumben nih anak otaknya encer." ujar Azzam menggumam.
" Do'a apa lagi ustadz songong." ujar Annisa mulai kesal karena Azzam tak membiarkan nya berhenti, terus saja disuruh menghafal.
" Umi nggak salah kasih kamu makan kan? kenapa otak kamu tiba tiba jadi encer? dan tumben juga lu gak banyak bawel hari ini, apa jangan jangan kamu berencana mau kabur ya?" tukas Azzam menyelidik.
" Ustadz mau lanjut ngajarnya atau mau wawancara?" Annisa membalas perkataan Azzam dengan ketus dan datar.
" Iya juga ya, kenapa hari ini aku malah lebih suka mengerjai gadis judes ini." gumam Azzam keheranan, dalam hati menertawakan dirinya sendiri.
" Nggak usah senyum senyum, jangan ge er. Lanjut baca niat sholat subuh!!" suara Azzam kembali mengintimidasi gadis dihadapan nya.
Annisa pun menghafal niat sholat subuh dengan fasih dan lancar. Bahkan niat untuk semua sholat Azzam sebut dan perintahkan untuk dihafalkan.
Dan lagi lagi Annisa mampu menghafalnya dengan baik. Hal itu semakin membuat Azzam kehilangan akal bagaimana cara menahan gadis dihadapan nya agar tetap mau disana.
" Apa lagi ustadz, buruan kalau sudah gak ada aku pergi saja. Assalamu'alaikum." ujar Annisa sangat kesal merasa dikerjai oleh Azzam.
Mulutnya mulai pegal berkomat Kamit membaca do'a do'a dan niatan sholat serta surat surat pendek tanpa henti. Bahkan rasa haus menguasainya namun Nisa tahan agar segera selesai, tapi Azzam seolah sengaja menahan nya untuk berlama lama dengan dirinya.
Tak menghiraukan akan diizinkan oleh Azzam atau tidak, Nisa terus berdiri dan melangkah pergi.
Azzam yang melihat tingkah gadis yang baru saja selesai belajar dengan nya merasa heran.
" Kok ada ya gadis aneh, judes, pedes seperti dia." gerutu Azzam
Azzam terus menyadarkan dirinya, untuk tidak memikirkan Annisa.
" Dia bukan type gadis yang kamu idamkan Zam, sadar Zam sadar." celoteh Azzam
Jam pun menunjuk kan hari mulai beranjak petang, langit sore mulai gelap. Suara Adzan Maghriban juga terdengar.
Keluarga Kyai Waffiq beserta seluruh santriwan dan santriwati mulai mengambil wudhu.
******
**BERSAMBUNG.....
JANGAN LUPA KLIK VOTE RATE LIKE DAN GIFT YA KAKA READERS SEMUA AGAR AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT BERKARYA
JANGAN LUPA PULA TINGGAL KAN JEJAK KOMENTAR KAKA READERS SEMUA DI KOLOM KOMENTAR YANG ADA
JAZZAQUMULLAAH KHAIRAN KATSIR 🙏😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
im_ha
10 like untukmu ya Thor. Tetap semangat dan feedback ceritaku Doaku berbeda dengan doamu
2021-08-03
2
Ummy Elliza
maka tumbuhlah bibit2 cinta dan rindu di hati sang azzam
2021-06-16
2
Suri Hadassa
Buka Hati menorehkan 10 like buatmu Thor, Semangat 💪💪
Ditunggu feedbacknya ya 😊🙏
2021-05-16
1