Di sepanjang perjalanan menuju rumah, Annisa tak banyak bicara. Kedua insan yang tiap kali ngobrol selalu saja berseteru itu, terlihat saling diam membisu.
Sesekali Azzam menatap dari kaca spion yang ada di depannya, mencuri pandang mata indah nan lentik milik Annisa.
Saat Annisa menyadarinya, Azzam pun memalingkan pandangannya ke arah kaca jendela luar.
Jarak yang lumayan jauh, butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai ke kediaman Amir.
Sementara Amir dan Devi telah bersiap rapi menyambut kedatangan sang putri semata wayang mereka. Aneka makanan kesukaan Annisa telah siap tertata rapi diatas meja makan.
Sebuah mobil Alphard warna hitam berhenti tepat dihalaman rumah Amir. Tanpa menunggu aba aba dari sang sopir, alias Azzam. Nisa segera membuka pintu dan berlari menuju rumah yang sudah lama sangat ia rindukan.
Sementara Devi dan Amir yang mendengar suara mobil berhenti, segera berjalan menuju pintu. Tiba tiba sesosok gadis yang berbalut busana muslimah tertutup tengah berlari dan menghambur memeluk kedua orang tuanya bersamaan.
" Assalamu'alaikum mama, papa Nisa pulang hiksss......" ujar Annisa menangis menumpahkan kerinduannya, mencium wajah Amir dan Devi bergantian.
Pelukan Nisa disambut oleh Amir dan Devi, mereka bertiga sama sama menangis. Sementara Azzam yang hendak menyusul masuk, jadi grogi dan berkeringat panas dingin.
Diaturnya nafas perlahan lahan, berulang ulang deru nafas Azzam terlihat tak beraturan, bak seorang pelari maraton.
" Bismillah, ayo Zam kamu pasti bisa, bisa bisa." gumam Azzam membuang nafas kasar.
" Perasaan saat aku ta'arufan dengan beberapa gadis sebelumnya, perasaanku nggak begini amat ya, biasa saja. Lah ini kenapa susah sekali pakai gerogi segala pula. Ayo Zam kamu pasti bisa." ucap Azzam lagi lagi membuang nafas kasar.
" Mana nak Azzam yang anter kamu sayang?" tanya Devi mengalihkan pandangannya mencari sosok Azzam yang pernah diceritakan sang putri.
" Oh ustadz kutub, tuh masih didalam mobil. Pingsan kali ma, daritadi gak turun turun." celetuk Annisa menoleh kearah mobil Azzam.
" Husss, gak boleh begitu sayang, cepat sana pa jemput nak Azzam, siapa tahu dia malu." seru Devi pada Amir.
" Baik ma." sahut Amir berjalan menghampiri Azzam yang masih duduk manis didalam mobil.
Pria paruh baya 1 anak itu mengetuk kaca pintu mobil, sembari menunduk melihat Azzam.
Seketika Azzam kaget dan gelagapan melihat sosok bapak bapak mengetuk kaca mobilnya.
Azzam segera turun dari pintu samping, dan berjalan menuju Amir yang berdiri. Dosen yang terkenal dingin ini mencium punggung tangan calon ayah mertuanya.
" Assalamu'alaikum, saya Azzam Muwaffiqi Al Ghifari, panggil saja Azzam om." ucap Azzam membungkuk.
" Oh nak Azzam, mari silahkan masuk nak !!" ujar Amir mempersilahkan Azzam masuk, dan keduanya pun berjalan beriringan menuju rumah Amir.
" Nisa ambilin minuman buat nak Azzam sayang !!" seru Amir
" Iya pa bentar lagi, Nisa masih kangen mama pa." sahut Annisa dari dalam.
Azzam malu malu mendudukkan bokongnya di sofa empuk milik Amir, berhadapan persis dengan Amir.
Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawa sebuah nampan berisi minuman dan kue kering.
" Silahkan tuan !!" seru pelayan menaruh gelas minuman dan makanan ringan dimeja.
" Loh Nisa nya mana mbok?" tanya Amir kaget saat yang datang sang pelayan, bukannya Annisa.
" Non Nisa lagi ngobrol berdua sama nyonya tuan, kan sudah lama mereka tidak ketemu pastilah kangen tuan." ujar mbok Minten.
" Terimakasih mbok." ucap Amir, lalu mbok Minten pun kembali ke dapur.
" Silahkan diminum nak Azzam !!" seru Amir mempersilahkan.
" I iya om, permisi ." sahut Azzam dan tangan kanannya pun meraih gelas berisikan sirup dingin, Azzam pun menyesap minuman yang disuguhkan mbok Minten.
" Sebentar ya nak Azzam, om pamit ke belakang sebentar panggil Annisa dan istri saya." Amir beranjak berdiri menuju ruang tengah, dimana sang istri dan putri tercintanya tampak asyik bercerita.
" Eh anak gadis ada tamu kok di tinggal, nak Azzam itu jauh jauh anterin Nisa kembali pulang masak dicuekin gitu, ayo buruan ke depan. Mama juga nih, bukannya suruh kedepan malah asyik disini." tukas Amir menasehati.
Ketiga orang itu pun menuju ruang tamu. Annisa duduk ditengah antara Amir dan Devi. Otomatis membuat mata Azzam semakin nyaman menatap gadis yang mulai membuatnya salah tingkah.
" Duh kenapa mesti duduk di depanku sih, gimana aku mau memulai ngomong sama papanya." gumam Azzam mengelap keningnya yang sedikit berkeringat, padahal didalam ruang tamu tersebut terpasang AC.
" Nak Azzam, saya selaku orang tua Annisa, mengucapkan banyak terimakasih, karena keluarga nak Azzam telah sudi menerima dan menolong serta merawat dia selama disana. Nggak gampang loh mendidik anak saya hingga bisa berubah drastis seratus delapan puluh derajat. Butuh usaha yang sangat keras pastinya ha ha ha.'" celetuk Amir memuji keluarga Azzam.
" Tidak seperti itu juga om, Annisa memang gadis yang baik dan cerdas pada dasarnya, maka dengan mudah dia bisa dengan cepat mencerna dan belajar." puji laki laki yang sedang gerogi tersebut.
Mendengar pujian Azzam yang tidak biasanya, gadis yang tengah duduk ditengah kedua orang tuanya itu membelalak kan mata melotot tajam ke arah Azzam.
" Gila, salah minum obat kali nih ustadz kutub." gumam Annisa masih tidak percaya pendengarannya.
" Emmmm..... om, tante, se...". belum juga menyelesaikan kalimatnya tiba tiba sebuah suara dari luar terdengar, seseorang sedang mengolok salam.
" Assalamu'alaikum." ucap seorang pria bersyurban serta seorang wanita berhijab syar'i, ditemani seorang pemuda tampan yang seusia Azzam.
" Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuh." jawab suara dari dalam bersamaan.
Devi beranjak berdiri dan ternyata yang datang adalah Kyai Waffiq beserta istri dan Hanafi.
Betapa sungguh kaget Azzam melihat kehadiran kedua orang tuanya.
" Abi, umi, Han." ucap Azzam ternganga.
Ketiga tamu yang baru hadir itu pun disambut ramah oleh pasangan Amir dan Devi.
Riuh canda tawa juga tercipta, saat kejutan umi Fatimah berhasil membuat Azzam terkejut.
" Maafkan kami tuan Amir dan nyonya Devi, jika kedatangan kami sangat mendadak. Emmm... begini tuan maksud kedatangan kami kesini adalah, ingin agar putra kami Azzam mengkhitbah putri anda nak Annisa. Jika diperkenankan." ujar Kyai Waffiq membuka percakapan.
" Begini Yai, mohon maaf juga sebelumnya, mengenai hal ini kami serahkan kemabli ke putri kami, bagaimana Nisa apa kamu bersedia untuk di khitbah nak Azzam?" tanya Amir kepada putri semata wayangnya yang tengah tertunduk.
" Aduh gimana ini , abis lu nanti Nisa ditangan Ustadz kutub itu, no no no Nisa. Ayo buruan jawab Nisa." gumam Annisa dalam hati tak karuan.
Annisa kebingungan mau menjawab apa, dan karena ia juga sedang gerogi tanpa sadar ia mengangguk sekaligus menggeleng. Membuat semua orang yang disana terkekeh tertawa.
" Nak Nisa terima tidak perjodohan ini?" tanya umi Fatimah kembali.
Sejenak Nisa terdiam dan akhirnya kepalanya pun mengangguk malu malu.
" Tapi Nisa masih ingin kuliah umi, Abi." sahut Annisa.
" Tentu saja boleh sayang, iya kan Zam? bukan kah kebetulan kampus tempat Azzam mengajar juga sama dengan nak Nisa menimba ilmu." ucap umi Fatimah menjelaskan.
Annisa kaget mendengar ucapan umi Fatimah, baru tahu jika Azzam adalah salah satu dosen ditempat ia kuliah.
Azzam mengangguk mengiyakan pertanyaan umi Fatimah. Dan seketika suasana kembali hening.
******
**BERSAMBUNG.....
JANGAN LUPA KLIK VOTE RATE LIKE DAN GIFT YA KAKA READERS SEMUA AGAR AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT BERKARYA
JANGAN LUPA PULA TINGGAL KAN JEJAK KOMENTAR KAKA READERS SEMUA DI KOLOM KOMENTAR YANG ADA
JAZZAQUMULLAAH KHAIRAN KATSIR 🙏😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ummy Elliza
lanjutkan thor
semangat..!!!
2021-06-16
1
༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐
teryata
2021-05-03
1
sensei 15
jejak vichu.
2021-04-28
1