" Kenapa bengong Zam, enggak mau lagi ya di suruh ta'arufan. Kalau nggak mau biar aku saja yang gantiin ya, sayang kan gadis secantik dan seshalihah Nisa di tolak." bisik ustadz Hanafi meledek Azzam.
Azzam menajamkan pandangannya ke arah ustadz Hanafi yang sedang duduk disampingnya.
" Gak boleh, siapa yang suruh kamu coba?? gak dengar apa yang diucapkan abi tadi, aku Han yang disuruh khitbah Annisa, bukan kamu. Main sosor saja." gerutu Azzam menatap ustadz Hanafi.
" Bro bro, bilang saja kamu juga suka kan dijodohin sama Nisa. Pakai sok sok an nggak mau, hilihh dasar beruang kutub." ledek ustadz Hanafi kembali memanyunkan bibirnya.
Sementara Kyai Waffiq tengah sibuk memberikan tauziah kepada seluruh jama'ah yang hadir, dalam rangka acara haul.
" Zam, kapan Safa balik ke Indo kangen nih, apa kabar ya dia sekarang?? pasti makin cantik dan gemoy." ujar ustadz Hanafi sembari tersenyum membayangkan wajah Safa.
Plukkkk..... tiba tiba tangan Azzam mendarat ke jidat Hanafi.
" Woi ngapain kamu yang sensi sih bro, kan kamu sudah ada Annisa. Lah Safa adik kamu buat aku dong. Jangan pelit, mau aku pindah ke Kairo lagi nyusulin Safa??" ledek ustadz Hanafi kembali.
" Jangan mimpi, gila kamu ya. Kalian itu masih sepupu masa iya mau nikah sama Safa, kayak yang gak ada gadis lain lagi." balas Azzam melotot ke arah Hanafi.
" Loh loh loh, bentar bro. Bukannya sepupu itu masih boleh untuk dihalalkan ya, masa kamu lupa bro, dalam Al - Qur'an surat An-Nisa ayat 23, disebutkan siapa saja wanita yang tidak boleh di nikahi karena status mahram. Nah sepupu baik dekat atau pun jauh itu tidak termasuk mahram, jadi boleh dong aku halalin Safa. Kenapa kamu yang sewot." balas Hanafi tak mau kalah.
" Ti... dak." jawab Azzam singkat dan ketus.
Hanafi makin terkekeh melihat ekspresi wajah Azzam saat itu. Hanafi tahu persis Azzam sangat menyayangi Safa. Karenanya ia tidak mau sampai adik satu satunya itu jatuh ke orang yang salah.
Waktu terus bergulir, setelah Kyai Waffiq selesai memberikan ulasan ceramahnya, kini giliran Azzam tampil ke depan untuk memberikan sesi tanya jawab kepada para santriwan santriwati yang hadir saat itu.
Semua mata para santriwati terpukau melihat makhluk yang sungguh sempurna bagi mereka, tengah berdiri gagah didepan podium membuka sesi tanya jawab.
" Ustadz boleh tanya tidak?" ujar salah satu Santriwati yang terlihat genit.
" Iya silahkan ukhty !!" seru Azzam.
" Emmm... ustadz ganteng boleh minta nomor WA nya nggak? mau kenalan dong." seru santriwati yang bertanya.
Seluruh santriwati yang ada tertawa mendengar pertanyaan yang lucu itu. Azzam kelabakan untuk menjawabnya.
" Gini nih yang bikin aku gedek ikut hadir acara beginian. Abi sih nggak mikir dulu gimana seremnya hiii ngadepin gadis seperti dia." gumam Azzam dalam hati menggerutu.
" Gimana ustadz?? berapa nomor WA nya?" tanya santriwati kembali.
" Emmmm... maaf tolong ganti pertanyaan lain saja ya ukhty?" balas Azzam berusaha bersikap ramah, meski sebenarnya dalam hati ia merasa kesal dengan tingkah gadis yang berdiri beberapa meter dari tempat Azzam berdiri.
Dari kejauhan Hanafi tertawa terpingkal melihat wajah Azzam yang sudah berubah memerah bak kepiting rebus itu.
" Rasain kamu Zam ha ha ha, makanya jadi cowo jangan jutek jutek banget." gumam Hanafi tertawa terpingkal.
" Husttt... Han jaga sikap kamu!! kamu gantiin Azzam gih, sepertinya dia kurang suka dengan acara ini, lihat saja wajahnya tidak ada senyum sama sekali, datar sekali. Entah mirip siapa nih anak." ujar Kyai Waffiq memprotes suara kekehan tawa Hanafi.
" Biar saja bi, sekali kali Azzam harus bisa menguasai emosi dan sikapnya, secara dia kan seorang dosen sekaligus ustadz, masa ngadepin pertanyaan sepele saja udah nyerah he he he." timpal Hanafi.
" Sudah sana gantiin Zam, mau sampai kapan dia memasang wajah seperti itu disepanjang acara, malu maluin saja." seru Kyai Waffiq, dan tak lama kemudian ustadz Hanafi pun segera menghampiri Azzam dan ia berdiri disamping saudara sepupunya itu.
" Tuh muka Napa ditekuk gitu bro, senyum senyum napa, jangan malu maluin abi. Baru juga diledek seperti itu sudah keder, mana ada dosen seperti kamu, udah jutek, muka datar, nggak sabaran pula." ucap Hanafi berbicara lirih disamping Azzam.
" Diem kamu, kamu aja yang jawab dan ladenin gadis itu, males aku." bisik Azzam menimpali.
Dan akhirnya ustadz Hanafi berhasil mencairkan suasana yang menegangkan tersebut. Sesekali canda tawa pun tercipta diantara waktu sesi tanya jawab.
Azzam hanya menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan ilmu keagamaan yang dia miliki, sementara ustadz Hanafi kebagian menghadapi santriwati yang genit.
Lama saling mengisi kedua ustadz tampan ini banyak menjadi sorotan mata para santriwati, bahkan beberapa diantara mereka ada yang memberanikan diri mengabadikan gambar Hanafi dan Azzam.
Rangkaian acara demi acara telah selesai, dan berjalan dengan lancar, tepuk tangan riuh mengiringi kepergian Kyai Waffiq beserta rombongan.
Malam itu ketiganya segera kembali pulang, karena keesokan harinya Azzam harus mengantar Annisa pulang, sekaligus mengutarakan maksudnya kepada kedua orang tua Annisa, yaitu mengkhitbah Annisa seperti perintah sang abi dan umi.
*****
Sementara Annisa, malam itu matanya seperti enggan untuk terpejam. Semua ucapan umi Fatimah yang berusaha menjodohkan dirinya dengan Azzam, terus mengiang di telinga.
" Umi aneh aneh saja, kenapa pula besok aku harus pulang bersama si kutub itu. Papa sama mama pasti akan kaget sekali melihat kedatangan dia." racau Annisa terus berfikir, matanya menatap ke langit-langit kamar.
" Iya, enggak, iya, enggak.... duuuuuh kenapa semua jadi seperti ini sih. Aku nggak mau nikah sama si kutub itu. Eh bentar tapi kata si umi ada benarnya juga ya. Mungkin Allah sengaja menuntun langkah Nisa untuk sampai kemari melalui kejadian mengerikan waktu itu.
Dan kami bertemu, masa iya jodoh Nisa si kutub itu. Entar anak kita jadi apa dong, dia jutek, dingin, datar. Sedang aku judes, keras kepala, egois. Uuuuuuhhh pusing gue mikitrnya." rancau Annisa dengan mulut yang ber komat kamit sendiri di dalam kamar.
Dan tanpa terasa, karena terlalu lelah memikirkan semuanya yang begitu serba mendadak, Nisa pun terlelap memeluk boneka beruang warna putih milik Safa.
******
**BERSAMBUNG.....
JANGAN LUPA KLIK VOTE RATE LIKE DAN GIFT YA KAKA READERS SEMUA AGAR AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT BERKARYA
JANGAN LUPA PULA TINGGAL KAN JEJAK KOMENTAR KAKA READERS DI KOLOM KOMENTAR YANG ADA
JAZZAQUMULLAAH KHAIRAN KATSIR 🙏😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐
lanjut baca
2021-05-02
1
Amma🌹
malu"mau😂
2021-04-19
1
🎀☘ᴀɴɪͪ ʀͦʜᷤᴏͭᴍͤᴀᷝ𝗩⃝🌟🦇💳
uuuhhhh....makin penasarann episode selanjutnya thor...
aku menunggu slalu menunggu notif biru mu😍🤗
2021-04-18
13