Babysitter

*

*

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Suara musik memecah keheningan di dalam mobil pagi itu. Tanpa percakapan, ataupun perdebatan seperti biasanya. Gadis itu bahkan tetap bergeming di kursi belakang tanpa mempedulikan apapun. Karena sepasang headset menempel erat di telinga kecilnya. Sementara kedua mata bulatnya terpejam selama perjalanan.

Dygta seolah tengah menghindari sesuatu. Atau menghindari percakapan dengan dirinya. Ini pasti masih ada hubungannya dengan insiden ponsel dan foto di dalam ponsel gadis itu tempo hari, pikirnya.

Dia teringat pesan dari Satria tentang pria berjas abu-abu diponsel Dygta.

Arfan sesekali melirik lewat spion ke arah belakang dimana putri dari atasannya itu masih betah duduk bersandar.

"Hey!" panggil Arfan.

Dygta tak terganggu.

"Dygta?" ulangnya, namun gadis itu masih tak menghiraukan.

"Dygta!" Arfan meninggikan suara, seraya menepuk lutut gadis itu pelan-pelan.

"Nggak om, bukan. Aku cuma ..." Dygta terperanjat. Kesadarannya baru saja kembali setelah melanglang buana entah kemana.

"Ummm ...

"Sudah sampai... " ucap Arfan yang menggendikkan kepalanya ke arah luar.

Dygta menoleh, mereka sudah sampai di area sekolah. Bel tanda masuk bahkan sudah berbunyi ketika dia menyadarinya.

"Kirain belum sampai?" gumam gadis itu, seraya bangkit dari posisi bersandarnya.

"Pergi dulu om," katanya. Dia meraih tas di sisi lain kursi, lalu membuka pintu mobil bermaksud untuk keluar.

"Kamu tidak lupa kalau... " Arfan masih dalam posisinya yang mencondongkan tubuh ke belakang ketika gadis itu kembali masuk kedalam mobil dan melakukan hal yang tak pernah dilakukannya selama ini.

Dygta meraih tangannya, kemudian mencium punggung tangan pria itu dengan takdzim.

"Ee... " Arfan tertegun.

Dygta pun membeku dalam posisi membungkuk.

Kenapa aku melakukan hal ini?

"Mm ... aku ... pergi dulu." Dygta berbalik, lalu setengah berlari meninggalkan mobil yang di dalamnya pria itu masih tertegun tanpa sepatah kata pun.

Ada apa dengan anak itu? gumam Arfan dalam hati.

*

*

*

*

"Bapak serius?" Arfan mengerutkan dahi, sebuah tugas lain kembali di bebankan oleh Satria kepadanya.

"Ya." jawab Satria tanpa menoleh sedikitpun. Dia tetap pada pekerjaannya dengan laptop dan dokumen penting yang menunggu untuk ditandatangani.

"Tapi, bukannya ada pak Sam?" sergah Arfan, sebuah dokumen masih ada ditangannya.

"Apa aku akan membiarkan Fia membawa empat anak berkeliaran di mall tanpa pengawasan?" Satria menoleh, dia membenahi letak kacamata baca nya.

"Kenapa tidak kita tugaskan yang lain saja membantu pak Sam?" Arfan menyarankan.

Satria meletakkan dokumen dan ballpoint dari genggamannya, lalu menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi.

"Aku tidak bisa mempercayakan keluargaku dibawah pengawasan orang lain." Satria bertopang dagu.

"Lagipula, tidak ada yang bisa mengawasi mereka seperti kamu." lanjut Satria.

Arfan mendengus pelan, "Bapak hanya tidak pernah memberi mereka kesempatan untuk membuktikan diri. Setidaknya, cobalah salah satu dari mereka. Saya yakin mereka juga mampu."

Satria memicingkan mata. "Kamu tidak mau?"

"Bukan tidak mau, tapi ada banyak hal yang harus saya urus juga disini, bukan?"

"Disini ada banyak orang yang bisa diandalkan. Kamu bisa menyerahkan pekerjaanmu kepada beberapa orang bawahanmu. Sedangkan untuk keluargaku, aku hanya akan mengandalkanmu." Satria secara tegas.

"Jangan lupa bawa juga Amara, Dygta pasti senang jika dia juga ikut." lanjutnya, yang kembali peda pekerjaannya yang menunggu di atas meja.

"Kenapa tidak bapak saja yang menemani mereka? bukankan itu lebih bagus? Bapak menghabiskan waktu dengan keluarga?" sebuah senyum terbit di sudut bibirnya Arfan. Dia seperti baru saja menemukan sebuah ide yang sangat cemerlang.

Satria kembali menghentikan pekerjaannya. "Kamu tidak lihat pekerjaan yang menumpuk ini? Bukankan ini semua yang kamu jadwalkan untuk aku kerjakan, dan harus selesai sore ini juga? Mereka semua menunggu tanda tangan aku bukan? agar besok semua dapat di proses dan bayak proyek yang akan segera dikerjakan setelah mendapatkan tandatangan dariku." Satria menunjuk tumpukkan dokumen di mejanya.

Arfan kini yang tertegun.

"Dan ... apakah kamu sudah menemukan siapa pria berjas abu-abu di ponselnya Dygta?" Satria mengalihkan pembicaraan.

Arfan menggelengkan kepala.

"Kenapa lambat sekali?" Satria menggerutu.

Arfan memutar bola matanya. "Saya tidak bisa secara terang-terangan mengintip isi ponselnya Dygta, pak. Dia tidak akan mengijinkan."

"Lalu, kenapa tidak kamu lakukan secara sembunyi-sembunyi?" Satria dengan suara datar.

"Maksud bapak?" Arfan meletakkan dokumen di tangannya, lalu berjalan mendekat.

"Hhhh, ... kenapa kamu tiba-tiba terlambat berpikir seperti ini? lakukan apapun yang diperlukan untuk menjaga segalanya tetap berjalan baik."

Arfan berpikir sebentar. "Jangan bapak bilang kalau bapak akan meminta saya untuk menyadap ponselnya Dygta?"

"Hmmm ...Ide yang bagus bukan?" Satria menyeringai.

"Bapak tidak sungguh-sungguh, bukan?" Arfan merangsek ke dekat meja atasnya itu.

"Lakukan apapun untuk melindungi dia. Aku ingin semua hal yang baik di sekitarnya." ucapnya dengan enteng. "Walau itu harus melanggar privasinya sekalipun."

"Dygta sudah dewasa, pak." sergah Arfan.

"Ya, dan keadaannya akan semakin membahayakan untuk dia sekarang ini."

"Apa bapak tidak berlebihan?"

"Kamu pikir seorang ayah yang melindungi anak perempuannya itu berlebihan?"

"Tapi dengan melanggar privasi dia...

"Bukan privasinya yang sedang aku langgar tapi keselamatannya yang sedang aku lindungi. Kita harus selalu tahu dia berada dimana, dengan siapa, dan apa yang dia kerjakan. untuk menghindarkan dia dari hal yang salah."

"Tapi, ... bayangkan akan semarah apa dia jika tahu kita melakukan hal itu."

"Itu tugasmu untuk melakukannya tanpa dia ketahui, seperti yang sudah kamu lakukan kepada Fia."

Sekali lagi Arfan menarik dan menghembuskan napas dengan berat.

"Pergilah, Fia sudah bersiap-siap dan Dygta sedang menunggu sekarang." Satria melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua siang.

"Tapi, pak ...

"Jangan lupa bawa Amara, bawa dia juga jalan-jalan. Dia pasti senang..." lanjut Satria, dengan senyum di sudut bibirnya.

Tak ada bantahan dari Arfan, walaupun ada sudut hatinya yang menentang, namun sebagian lain dari hatinya juga malah mengamini perkataan dari atasannya tersebut.

*

*

*

"Kakak Dita!" teriakan nyaring terdengar dari dalam mobil begitu Dygta mencapai benda beroda empat tersebut di halaman sekolah.

"Ara?" gadis itu bergumam, lalu mempercepat langkahnya.

Amara menjulurkan kepalanya dari dalam. mobil, berteriak kegirangan menyambut kedatangan Dygta, yang langsung membuka pintu mobil dan meraih tubuh anak kecil itu untuk dia peluk.

"Kangen!" katanya, memeluk Amara dengan penuh kasih sayang. "Ara juga ikut?" Dygta melirik ke arah Arfan yang duduk di balik kemudi.

Pria itu mengangguk.

"Mama tadi telefon nyuruh kita langsung nyusul ke MOI aja." lanjut Dygta.

Arfan mengangguk. "Masuklah, nanti mamamu bisa ngomel kalau kita membiarkan dia menunggu terlalu lama." ucapnya, yang langsung menyalakan mesin mobilnya.

Dygta menurut. Dia meraup tubuh Amara, lalu masuk dan duduk di kursi penumpang di depan. Tidak di belakang lagi seperti tadi padi dan beberapa hari sebelumnya.

*

*

Sofia melambaikan tangan ketika melihat dua sosok yang ditunggunya dari kejauhan.

Arfan dan Dygta berjalan beriringan dengan Amara yang ada dalam gendongan pria itu.

Setelah membawa anak-anak makan terlebih dahulu, kemudian Sofia menunjuk toko baju di sebelah. Diikuti ke lima anak, dan Arfan yang ada di urutan paling belakang, seperti biasa, menjadi penjaga mereka setiap kali berada diluar rumah.

Beberapa pelayan toko menyambut dengan ramah, mereka sudah hafal dengan pelanggan yang satu itu. Yang selalu datang membawa lima anak, dan satu pria yang sama selama beberapa tahun terakhir.

"Bapak tidak ikut?" seorang perempuan berusia diatas Sofia datang menyambut. Sang pemilik toko yang selalu menerima kedatangan mereka dengan ramah pula. Tentu saja, pelanggan mana yang selalu memborong banyak pakaian dengan brand ternama setiap kali mereka berbelanja kalau bukan keluarga Nikolai? Maka tidak ada alasan bagi mereka untuk tak bersikap ramah.

"Bapak sibuk, seperti biasa." jawab Sofia.

Sang pemilik toko tersenyum. Lalu pergi meninggalkan mereka setelah berbasa-basi sebentar. Membiarkan Sofia dengan kehebohannya memilih pakaian untuk anak-ananya.

"Ganti bajunya dulu, kak?" Sofia menyerahkan sepasang pakaian kepada Dygta, mengingat gadis itu yang masih mengenakan seragam sekolahnya.

Dygta menurut. Membawa pakaian pilihan ibunya ke ruang ganti. Lalu mengenakannya seperti yang diperintahkan Sofia.

"Pas kan?" Sofia menatap puas putri satu-satunya itu dalam balutan skinny jeans berwarna hitam dengan atasan babydoll berwarna hijau tosca.

"Kayak anak kecil, ma." keluh Dygta. "Aku mau ganti, ah... " katanya, seraya memutar tubuh untuk memilih pakaian lain yang dirasa pas untuknya.

"Ih, udah mama pilihin biar kembaran sama Ara, lah." ucap Sofia kemudian sambil menunjuk ke arah Amara yang juga mengenakan pakaian yang sama seperti Dygta, namun dalam ukuran kecil.

"Kebetulan ada yang sama. lucu kan?" Sofia dengan senyum lebarnya.

"Hmmm ..."

"Arfan, lihat. Mereka lucu kan pakai baju kembaran seperti ini?" teriak Sofia kepada Arfan yang duduk di sofa, fokus pada tiga anak laki-laki yang hampir saja berbuat onar jika sedikit saja dirinya mengalihkan pandangan. Yang sesekali menatap layar ponselnya, memberikan instruksi pada beberapa bawahannya untuk menangani beberapa pekerjaan.

Pria itu mendongak. "Ya, cantik." katanya, sambil menganggukkan kepala.

"Dengar?" Sofia melirik sekilas, lalu kembali pada kegiatannya memilih pakaian untuk ketiga anaknya yang lain.

Ada wajah yang merona dan tersipu malu setelah mendengar satu kata yang keluar dari mulut Arfan. Hanya satu kata, namun membuat orang ini merasakan banyak hal didalam hatinya.

Dygta merasakan wajahnya menghangat seketika.

"Kamu kenapa?" Sofia melirik lagi saat putrinya itu tengah mengibas-ngibaskan kedua tangannya di depan wajah.

"Hah? nggak. Disini panas ya ma? bisa cepetan nggak belanjanya?" Dygta mengalihkan pembicaraan.

"Panas?" Sofia menjengit. Dia menatap sekeliling. "Kamu ngaco. Ac nya dingin gini?" lanjutnya, yang menatap wajah putrinya yang semakin memerah.

"Oh ya? kok aku merasa gerah ya?" Dygta salah tingkah.

"Kamu demam? wajah kamu merah." Sofia agak terkejut, lalu mendekat kepada Dygta, untuk kemudian menyentuh kening anak gadisnya itu.

"Nggak ma." Dygta menghindar.

"Hmmm... sepertinya kamu sakit, kak?"

"Ap-apa? ng ... nggak. Aku nggak sakit. Mama udah belum belanjanya? abis ini kita kemana lagi?" Dygta terus mengalihkan pembicaraan untuk menghindar.

"Beneran nggak sakit?"

"Beneran."

"Yakin? kalau sakit, kita pulang saja. Camping juga lebih baik di batalkan."

"Apa? nggak. aku nggak apa-apa. mama lanjutin aja belanjanya." Dygta melengos, menarik Amara ke sisi lain toko, lalu duduk di sofa yang tersedia disana.

"Kamu nggak mau milih baju lagi?" Sofia setengah berteriak.

"Mama aja yang pilihin."

"Nanti nggak cocok."

"Pasti cocok. yang ini juga bagus, kan?" jawab Dygta, tak mau memperpanjang percakapan.

"Anak itu, semakin aneh saja!" gumam Sofia sambil menggelengkan kepala, lalu kembali pada apa yang dilakukannya.

****

Banyak barang sudah didapatkan, berbagai keperluan pun sudah lengkap dan siap diantar ke dalam mobil. Namun anak-anak tampaknya masih belum puas berkeliling. Sama halnya dengan Sofia, yang masih sabar menanti seseorang yang telah ditunggunya sejak lama. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya semasa dulu sejak masih dalam keadaan sulit. Yang menemaninya ketika masih di bawah, menunjukkan banyak hal padanya hingga kini dirinya memiliki segala hal yang tak pernah ada dalam bayangannya.

Sahabat, sekaligus partner in crimenya, seorang perempuan bermata sipit, Cecilia Lauren. Yang biasa dia panggil dengan sebutan Cece. Yang terlihat berjalan tergopoh-gopoh ketika dari kejauhan dia menemukan sosok yang sangat dikenalnya.

Cece melambaikan tangan yang dibalas juga dengan lambaian oleh Sofia. Lalu mereka berpelukan ketika sudah dekat.

"Cece sendiri?" Sofia setelah puas memeluk sahabatnya itu.

"Sendiri lah. Anak-anak udah pada sibuk." jawab perempuan yang masih cantik di usia nya yang hampir setengah abad itu.

"Masih?"

"Masih, lah. Apalagi?" lalu mereka berdua pun tertawa.

"Ayo kita ngobrol sebentar?" ajak Sofia.

"Anak-anak gimana?" sela Cece.

"Kita titip Arfan sebentar."

"Tidak mungkin, ..." Arfan menggelengkan kepala ketika Sofia menghampirinya. Dia tahu niat perempuan itu dari awal.

"Ayolahh, Arfan." Sofia mengiba.

Dan dengan sedikit drama juga perdebatan sengit akhirnya dua perempuan dewasa itu bisa melenggang masuk ke sebuah tempat makan tak jauh dari sana. Meninggalkan Arfan dan Dygta bersama empat anak kecil yang siap berpetualang di hari kebebasan mereka yang sebentar ini.

*

*

*

Next oke?

Lagi ngawaain bocah nih😋😋

Terpopuler

Comments

qurro thul

qurro thul

papih luchuuu

2023-10-16

0

Hearty 💕

Hearty 💕

😂🤣😂🤣😂🤣😂🤣😂🤣😂🤣😂

2023-10-06

0

Linda yani

Linda yani

y ampun thor sejauh ni aq masih padamu...padahal pikiran qu lagi kacau 😔baca lagi dn lagi ceritamu ampe lupa sejenak pikiran yg ruwet😁😁😁

2022-09-28

0

lihat semua
Episodes
1 Pulang
2 Obrolan
3 Bukan Anak TK!
4 Superman
5 Berdebat
6 Pertandingan Dimitri
7 Terjadi Sesuatu
8 Kom-pen-sasi?
9 Antara Hati Dan Pikiran
10 Menyerah
11 Perasaan Dygta
12 Rahasia Dygta
13 Khawatir
14 Sendiri?
15 Rampok!
16 Kejujuran Dimitri
17 Kamu Berisik!
18 Perdebatan
19 Babysitter
20 Kamu Tertangkap!
21 Kamu Menyukainya?
22 Mengantar Dygta
23 Camping
24 Fireflies
25 Rasa Yang Menyenangkan
26 Pria Dewasa
27 Disaster
28 Dygta Hilang!
29 Pencarian
30 Obrolan Ibu Dan Anak
31 Kecewa
32 Harapan
33 Janji Dimitri
34 Rahasia Yang Terbuka
35 Tentang Perasaan
36 Guardian
37 Sesuai Perintah!
38 Jagain Abege
39 Kedatangan Firza
40 Bertemu Firza
41 Kebenaran
42 Teman Ngobrol
43 Penguntit
44 Tidak Bisa Menjauh
45 Sebuah Kejujuran
46 Sebuah Kejujuran#2
47 Perasaan Yang Salah
48 Orang Ketiga
49 Dilema
50 Patah Hati
51 Andra Dan Vivian
52 Hal Yang Baik
53 Ingatan
54 Terbiasa
55 Tak Biasa
56 Suami
57 Bersikap Biasa
58 Baik-baik Saja
59 Sebuah Kunjungan
60 Aku Mencintaimu
61 Terapi
62 Kelulusan
63 Hari Perpisahan
64 Hari Perpisahan#2
65 Aku Mau Ke Rusia
66 Hati Arfan
67 Lupa
68 Bohong
69 I Love You, Good Bye!
70 Pertemuan Terakhir
71 Pergi
72 Penyesalan
73 Prasangka
74 Sentuhan
75 Pikiran
76 Dygta
77 Rasa Yang Baru
78 Karma
79 Kemarahan Mytha
80 Waktu
81 Akhir Sebuah Rahasia
82 Kembali
83 Pulang
84 Pertemuan Kembali
85 Menghindar
86 Kata Hati
87 Duda??
88 Kenyataan
89 Calon Imam
90 Menangis
91 Bicara
92 Bertemu Ara
93 Bertemu Ara #2
94 Percakapan Di Pagi Hari
95 Pernikahan Andra
96 Jadi Egois
97 Pengganggu
98 Cemburu
99 Candu
100 Berpura-pura
101 Keputusan
102 Jodoh
103 Pindah
104 Bersama
105 Candu #2
106 Alasan
107 Mau Menikah?
108 Terkesan
109 Bersama #2
110 Kabar
111 Jeda
112 Break Up
113 Dia, Biasa.
114 Gosip
115 Liburan
116 Good Bye
117 Adrian
118 Alfaza Veera
119 Menyesal
120 Pergi #2
121 Mencarinya
122 Bertemu Mytha
123 Akhir Sebuah Pencarian
124 Aku Menemukanmu
125 Perasaan Arfan
126 Kecemburuan Dygta
127 Aku Dan Kamu
128 Buku Nikah
129 Kecemburuan Dygta#2
130 Reuni
131 Godaan
132 Ayo Kita Menikah?
133 Restu
134 Menuju Halal
135 Hari Halal
136 Malam Yang Menegangkan
137 Janji
138 Bisakah Kita Mengulanginya?
139 Sakit Dan Malu
140 Candu #3
141 Kemarahan Arfan.
142 Candu #4
143 Bekerja
144 Rumah Mertua
145 My Sweet Love
146 Pengumuman
147 Pengumuman Rilis Season 2
148 MSL Season 2 : Hidp Baru
149 MSL Season 2 : Antara Masak Dan Punya Anak
150 MSL Season 2 : Sarapan Pagi
151 MSL Season 2 : Suami Galak
152 MSL Season 2 : Hotel
153 MSL Seaaon 2 : Hotel #2
154 MSL Season 2 : Hotel #3
155 MSL Season 2 : Sebuah Rencana
156 MSL Season 2 : Panick Attack
157 MSL Season 2 : Mencurigakan
158 MSL Season 2 : Antisipasi
159 MSL Season 2 : Sebuah Rencana #2
160 MSL Season 2 : Gunung Es Himalaya!!
161 MSL Season 2 : Bodyguard
162 MSL Season 2 : Suami Super
163 MSL Season 2 : Hamil?
164 MSL Season 2 : Penolakan
165 MSL Seasin 2 : Menjadi Tangguh
166 MSL Season 2 : Pelan-pelan
167 MSL Season 2 : Penolong
168 MSLSeason 2 : Naluri
169 MSL Season 2 : Alex
170 MSL Season 2 : Peduli
171 MSL Season 2 : Perasaan
172 MSL Season 2 : Gara-gara Alex
173 MSL Season 2 : Melakukan Sesuatu
174 MSL Season 2 : Sesuatu
175 MSL Season 2 : Kemarahan Sofia
176 MSL Season 2 : Menjauh
177 MSL Season 2 : Sindrom dan Pilihan
178 MSLA Season 2 : Maaf
179 MSL Season 2 : Perasaan #2
180 MSL Season 2 : Romantis dan Terapi
181 MSL Season 2 : Si Penggoda
182 MSL Season 2 : Si Penggoda #2
183 MSL Season 2 : Sarapan Pagi #2
184 MSL Season 2 : Terapi
185 MSL Season 2 : Terapi #2
186 MSL Season 2 : Babynya Protes
187 MSL Season 2 : Modus
188 MSL Season 2 : Pria Menyebalkan
189 MSL Season 2 : Bisnis
190 MSL Season 2 : Hadiah Pernikahan
191 MSL Season 2 : Kerja Lagi
192 MSL Season 2 : Tumbang
193 MSL Season 2 : Siuman
194 MSL Season 2 : Hari-hari Yang Sibuk
195 MSL Season 2 : Makan Malam
196 MSL Season 2 : Ibu-ibu Dan Bapak-bapak
197 MSL Season 2 : Anak
198 MSL Season 2 : Maunya Baby!
199 MSL Season 2 : Mc Flurry Dan Kenangan Masa Kecil
200 MSL Season 2 : Babymoon
201 MSL Season 2 : Babymoon #2
202 MSL Season 2 : Babyshowernya Dygta
203 MSL Season 2 : Ara
204 MSL Season 2 : Mama
205 MSL Season 2 : Mengalah
206 MSL Season 2 : Ara #2
207 MSL Season 2 : Keegoisan Mytha
208 MSL Season 2 : Sabar
209 MSL Season 2 : Menurut
210 MSL Season 2 : Eskrim dan Rokok
211 MSL Season 2 : Kaki Jahe
212 MSL Season 2 : Jahe Yang Lucu
213 MSL Season 2 : Kekhawatiran
214 MSL Season 2 : Senam Hamil
215 MSL Season 2 : Rayuan
216 MSL Season 2 : Hari Yang Panik
217 MSL Season 2 : Kelahiran
218 MSL Season 2 : Penyelamat
219 MSL Season 2 : Arkhan & Anandita
220 MSL Season 2 : Ekstrapart #1
221 MSL Season 2 : Ekstrapart #2
222 MSL Season 2 : Ekstrapart #3
223 MSL Season 2 : Ekstrapart #4
Episodes

Updated 223 Episodes

1
Pulang
2
Obrolan
3
Bukan Anak TK!
4
Superman
5
Berdebat
6
Pertandingan Dimitri
7
Terjadi Sesuatu
8
Kom-pen-sasi?
9
Antara Hati Dan Pikiran
10
Menyerah
11
Perasaan Dygta
12
Rahasia Dygta
13
Khawatir
14
Sendiri?
15
Rampok!
16
Kejujuran Dimitri
17
Kamu Berisik!
18
Perdebatan
19
Babysitter
20
Kamu Tertangkap!
21
Kamu Menyukainya?
22
Mengantar Dygta
23
Camping
24
Fireflies
25
Rasa Yang Menyenangkan
26
Pria Dewasa
27
Disaster
28
Dygta Hilang!
29
Pencarian
30
Obrolan Ibu Dan Anak
31
Kecewa
32
Harapan
33
Janji Dimitri
34
Rahasia Yang Terbuka
35
Tentang Perasaan
36
Guardian
37
Sesuai Perintah!
38
Jagain Abege
39
Kedatangan Firza
40
Bertemu Firza
41
Kebenaran
42
Teman Ngobrol
43
Penguntit
44
Tidak Bisa Menjauh
45
Sebuah Kejujuran
46
Sebuah Kejujuran#2
47
Perasaan Yang Salah
48
Orang Ketiga
49
Dilema
50
Patah Hati
51
Andra Dan Vivian
52
Hal Yang Baik
53
Ingatan
54
Terbiasa
55
Tak Biasa
56
Suami
57
Bersikap Biasa
58
Baik-baik Saja
59
Sebuah Kunjungan
60
Aku Mencintaimu
61
Terapi
62
Kelulusan
63
Hari Perpisahan
64
Hari Perpisahan#2
65
Aku Mau Ke Rusia
66
Hati Arfan
67
Lupa
68
Bohong
69
I Love You, Good Bye!
70
Pertemuan Terakhir
71
Pergi
72
Penyesalan
73
Prasangka
74
Sentuhan
75
Pikiran
76
Dygta
77
Rasa Yang Baru
78
Karma
79
Kemarahan Mytha
80
Waktu
81
Akhir Sebuah Rahasia
82
Kembali
83
Pulang
84
Pertemuan Kembali
85
Menghindar
86
Kata Hati
87
Duda??
88
Kenyataan
89
Calon Imam
90
Menangis
91
Bicara
92
Bertemu Ara
93
Bertemu Ara #2
94
Percakapan Di Pagi Hari
95
Pernikahan Andra
96
Jadi Egois
97
Pengganggu
98
Cemburu
99
Candu
100
Berpura-pura
101
Keputusan
102
Jodoh
103
Pindah
104
Bersama
105
Candu #2
106
Alasan
107
Mau Menikah?
108
Terkesan
109
Bersama #2
110
Kabar
111
Jeda
112
Break Up
113
Dia, Biasa.
114
Gosip
115
Liburan
116
Good Bye
117
Adrian
118
Alfaza Veera
119
Menyesal
120
Pergi #2
121
Mencarinya
122
Bertemu Mytha
123
Akhir Sebuah Pencarian
124
Aku Menemukanmu
125
Perasaan Arfan
126
Kecemburuan Dygta
127
Aku Dan Kamu
128
Buku Nikah
129
Kecemburuan Dygta#2
130
Reuni
131
Godaan
132
Ayo Kita Menikah?
133
Restu
134
Menuju Halal
135
Hari Halal
136
Malam Yang Menegangkan
137
Janji
138
Bisakah Kita Mengulanginya?
139
Sakit Dan Malu
140
Candu #3
141
Kemarahan Arfan.
142
Candu #4
143
Bekerja
144
Rumah Mertua
145
My Sweet Love
146
Pengumuman
147
Pengumuman Rilis Season 2
148
MSL Season 2 : Hidp Baru
149
MSL Season 2 : Antara Masak Dan Punya Anak
150
MSL Season 2 : Sarapan Pagi
151
MSL Season 2 : Suami Galak
152
MSL Season 2 : Hotel
153
MSL Seaaon 2 : Hotel #2
154
MSL Season 2 : Hotel #3
155
MSL Season 2 : Sebuah Rencana
156
MSL Season 2 : Panick Attack
157
MSL Season 2 : Mencurigakan
158
MSL Season 2 : Antisipasi
159
MSL Season 2 : Sebuah Rencana #2
160
MSL Season 2 : Gunung Es Himalaya!!
161
MSL Season 2 : Bodyguard
162
MSL Season 2 : Suami Super
163
MSL Season 2 : Hamil?
164
MSL Season 2 : Penolakan
165
MSL Seasin 2 : Menjadi Tangguh
166
MSL Season 2 : Pelan-pelan
167
MSL Season 2 : Penolong
168
MSLSeason 2 : Naluri
169
MSL Season 2 : Alex
170
MSL Season 2 : Peduli
171
MSL Season 2 : Perasaan
172
MSL Season 2 : Gara-gara Alex
173
MSL Season 2 : Melakukan Sesuatu
174
MSL Season 2 : Sesuatu
175
MSL Season 2 : Kemarahan Sofia
176
MSL Season 2 : Menjauh
177
MSL Season 2 : Sindrom dan Pilihan
178
MSLA Season 2 : Maaf
179
MSL Season 2 : Perasaan #2
180
MSL Season 2 : Romantis dan Terapi
181
MSL Season 2 : Si Penggoda
182
MSL Season 2 : Si Penggoda #2
183
MSL Season 2 : Sarapan Pagi #2
184
MSL Season 2 : Terapi
185
MSL Season 2 : Terapi #2
186
MSL Season 2 : Babynya Protes
187
MSL Season 2 : Modus
188
MSL Season 2 : Pria Menyebalkan
189
MSL Season 2 : Bisnis
190
MSL Season 2 : Hadiah Pernikahan
191
MSL Season 2 : Kerja Lagi
192
MSL Season 2 : Tumbang
193
MSL Season 2 : Siuman
194
MSL Season 2 : Hari-hari Yang Sibuk
195
MSL Season 2 : Makan Malam
196
MSL Season 2 : Ibu-ibu Dan Bapak-bapak
197
MSL Season 2 : Anak
198
MSL Season 2 : Maunya Baby!
199
MSL Season 2 : Mc Flurry Dan Kenangan Masa Kecil
200
MSL Season 2 : Babymoon
201
MSL Season 2 : Babymoon #2
202
MSL Season 2 : Babyshowernya Dygta
203
MSL Season 2 : Ara
204
MSL Season 2 : Mama
205
MSL Season 2 : Mengalah
206
MSL Season 2 : Ara #2
207
MSL Season 2 : Keegoisan Mytha
208
MSL Season 2 : Sabar
209
MSL Season 2 : Menurut
210
MSL Season 2 : Eskrim dan Rokok
211
MSL Season 2 : Kaki Jahe
212
MSL Season 2 : Jahe Yang Lucu
213
MSL Season 2 : Kekhawatiran
214
MSL Season 2 : Senam Hamil
215
MSL Season 2 : Rayuan
216
MSL Season 2 : Hari Yang Panik
217
MSL Season 2 : Kelahiran
218
MSL Season 2 : Penyelamat
219
MSL Season 2 : Arkhan & Anandita
220
MSL Season 2 : Ekstrapart #1
221
MSL Season 2 : Ekstrapart #2
222
MSL Season 2 : Ekstrapart #3
223
MSL Season 2 : Ekstrapart #4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!