Kejujuran Dimitri

*

*

Sudah beberapa menit Sofia berdiri di depan pintu kamar Dygta yang tertutup rapat. Gadis itu langsung memutuskan kembali ke kamarnya begitu dia selesai dengan makan malamnya.

Sofia menoleh ke arah samping tempat suaminya menunggu di ambang pintu ruang kerjanya.

Satria menggendikkan kepala memberi isyarat kepada perempuan itu untuk masuk ke dalam kamar Dygta.

Perempuan itu menghirup napas dalam. Seolah akan melakukan hal besar dalam hidupnya.

Sofia mengetuk pintu, lalu menekan handel pintu sekadar untuk memeriksa apakah benda tersebut dikunci atau tidak.

Klek!

Pintu pun terbuka.

Dia menyembulkan kepala, melongok ke dalam kamar tempat putrinya menghabiskan banyak waktu akhir-akhir ini.

"Kak?" panggilnya, saat dia tak menemukan Dygta di dalam sana.

"Dygta?" panggilnya lagi, kali ini agak nyaring.

"Ya?" terdengar jawaban dari arah luar. Terlihat pintu menuju balkon yang terbuka lebar.

"Kamu lagi apa? Mama boleh masuk?" ucap Sofia.

"Masuk aja. Aku di teras." jawab Dygta dari luar sana.

Sofia pun masuk dan mengikuti arah suara berasal.

Terlihat putrinya yang sedang duduk menekuk kakinya di lantai teras dengan ponsel yang menyala memutar musik.

"Kamu lagi apa?" tanya Sofia sesaat setelah dia sampai didekat Dygta.

"Lagi diem aja." jawab Dygta, menoleh sekilas.

"Nggak ada PR?"

"Udah beres tadi." jawab Dygta lagi.

Sofia mengikuti putrinya yang duduk dilantai, melihat ke arah mata gadis itu tertuju.

Lampu-lampu kota yang berkelip dikejauhan tampak seperti hamparan bintang di langit. Dari sini pemandangan kota tampak memukau.

"Kamu lagi ada masalah apa?" Sofia memulai pembicaraan.

"Humm?" Dygta menoleh.

"Mama lihat kamu sering menyendiri sekarang. Juga lebih pendiam dari biasanya. Apa kamu sedang ada masalah?"

"Nggak." Dygta menggelengkan kepala.

"Beneran?" Sofia tidak percaya.

"Serius. Kenapa sih semua orang menyangka aku lagi ada masalah?" gadis itu sedikit mengeluh.

"Ya karena sikap kamu nggak seperti biasanya." jelas Sofia.

"Iyakah?" Dygta menjengit. "Aku merasa biasa aja ah. Aku cuma lagi malas aja."

"Malesnya kenapa?"

"Ng ... nggak tahu. Males aja."

"Maafkan mama ya?" Akhirnya kata-kata itu meluncur dari mulut Sofia.

"Eh, ... kenapa mama minta maaf?" gadis itu agak terkejut.

"Selama ini mama kurang memperhatikan kamu. Mungkin mama lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus adik-adikmu."

"Percayalah, mama tidak bermaksud seperti itu. Mama hanya merasa bahwa kamu sudah besar dan bisa mengurus diri kamu sendiri. Dan mama pikir kamu membutuhkan ruang pribadi yang banyak tanpa mama harus memperhatikan segala hal."

"Mama sama kayak papi dan om Arfan." Dygta berujar.

"Masa?"

"Mama terlalu mengkhawatirkan banyak hal."

Sofia terdiam.

"Mama cuma takut kamu merasa tersisihkan karena keberadaan adik-adikmu. Mama takut kamu merasa tidak lagi diperhatikan sehingga kamu malah mencari perhatian dari orang lain."

"Maksud mama? Aku nggak gitu. Berpikir ke arah sana pun nggak."

"Benarkah?"

"Iya." Dygta mengangguk.

"Mama cuma takut kamu merasa begitu."

"Nggak, ma. Beneran."

"Tapi buktinya kamu seperti menjauh dari mama." Sofia akhirnya mengutarakan perasaannya.

"Masa?"

"Kamu lebih memilih membicarakan banyak hal dengan orang lain. Lebih berani mengatakan apapun kepada om Arfan dari pada mama. Membuat mama merasa tidak tahu apa-apa tentang kamu. "

"Mmm ... itu... karena ... aku sering sama om Arfan. Pergi sama pulang sekolah kan aku sama om Arfan. Jadi aku lebih sering ngobrol sama dia."

"Itu yang membuat mama sedikit kecewa. Kamu anak mama, tapi malah tidak banyak hal yang mama tahu tentang kamu akhir-akhir ini."

"Memangnya kenapa sih? nggak ada yang penting juga? Aku malah merasa terlalu diperhatikan, yang malah membuat aku merasa nggak punya kebebasan untuk melakukan apapun yang aku mau."

"Oh ya?"

Dygta mengangguk.

"Kadang aku merasa mau pergi dari sini. Apa-apa nggak boleh. Apa-apa harus diantar. Apa-apa di awasi." keluhan Dygta akhirnya keluar.

Sofia terkekeh. "Kayaknya kita sama, kak?" ucapnya kemudian.

"Mama juga merasa gitu?" Dygta menatap wajah ibunya yang sedang mendongak ke arah langit. Menatap cakrawala yang terlihat begitu kelam pada hampir malam itu.

"Kadang."

"Mama menyesal menikah sama Papi?" tiba-tiba saja Dygta bertanya.

Perempuan itu menoleh ke arah putrinya, dan kini mereka saling pandang.

"Nggak." jawab Sofia setelahnya, "Mama mungkin kehilangan kebebasan. Mama tidak bisa hidup seperti dulu sebelum kita bertemu papi. Tapi ... mama nggak pernah menyesal." jawabnya, yang diikuti senyumam lembut dari perempuan berusia hampir 38 tahun itu.

"Kamu sendiri? apa kamu menyesal kita hidup dengan papi seperti ini?" tanya Sofia kemudian.

"Mama ngaco. Ini hidup yang diinginkan banyak orang. Mana bisa aku menyesal. Punya ayah seperti papi itu hal yang luar biasa. Aku dapat banyak hal yang aku butuh dari papi. Walaupun aku bukan anak kandungnya, tapi papi selalu memperlakukan aku sama seperti Dimitri dan si kembar, kan?" Dygta menjawab dengan yakin.

"Ya, kita beruntung bukan?" Sofia akhirnya bisa bernapas dengan lega mendengar pengakuan dari mulut putrinya. Kekhawatirannya berangsur memudar, dan kekecewaannya kepada dirinya sendiri sedikit berkurang. Dirinya tak lagi merasa sebagai ibu yang buruk bagi Dygta.

"Tapi ada satu hal, ..." Dygta berkata lagi dengan agak ragu.

"Apa?"

"Bisa nggak papi melonggarkan pengawasannya? aku kan udah dewasa, masa apa-apa diawasi terus? aku kan juga butuh sendirian."

"Hmmm ..." Sofia menarik napas lalu menghembuskannya dengan pelan. "Kalau soal itu kita harus bekerja sama dengan Arfan." Sofia berpikir.

"Eh, ... kenapa om Arfan?"

"Semuanya Arfan yang pegang. Papimu hanya menerima laporan saja. Jadi apapun terserah Arfan."

"Iya kah?"

"Hmmm... " Sofia mengangguk. "Nanti kita pikirkan caranya." katanya kemudian.

Kemudian mereka terdiam untuk beberapa saat. Asyik dengan pikirannya masing-masing.

"Kamu sudah punya pacar?" Sofia kembali bertanya, membuat Dygta terperangah.

"Belum." jawab gadis itu dengan cepat.

"Masa?" Sofia mencondongkan tubuhnya ke arah putrinya.

"Belum. Serius, ma."

"Kalau belum berarti ada yang sedang kamu sukai, atau kamu dekati?" Sofia dengan keingintahuannya.

"Nggak ada, eh... itu... mmmm... " Dygta tiba-tiba salah tingkah.

"Ada ya? kamu sedang dekat dengan seseorang?" Sofia terus berusaha menggoda putrinya agar buka mulut.

"Nggak juga sih, tapi... itu..."

Perempuan ini tidak akan pergi sebelum mendapat keterangan darinya. Apa dia harus membicarakan ini dengan ibunya? ah, ... sungguh membuat frustrasi, pikirnya.

"Its oke kalau kamu tidak mau membicarakannya, mama tidak akan memaksa. Hanya saja mama ingin kamu ingat satu hal." Sofia menatap lekat wajah putrinya. Si cengeng yang manja tapi ceria, yang kini sudah dewasa. Putri semata wayangnya yang selalu menjadi penyemangatnya jauh sebelum kehidupan mereka lebih baik di masa sekarang.

"Jaga diri. Jangan mencoba untuk mendekati hal-hal yang tidak baik. Kamu tahu, mama, papi, atau om Arfan mungkin tidak biasa selau ada untuk kamu. Seketat apapun pengawasan papi demi keselamatan kamu, tapi semuanya tergantung pada diri kamu sendiri."

Dygta mengangguk pelan.

"Berjanjilah untuk tidak pernah menutupi apapun dari mama, papi ataupun om Arfan. Jangan pernah merahasiakan apapun dari kami. Sesulit apapun, kami akan selalu ada untuk kamu."

"Kamu janji?"

"Iya, mama."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Papi, lihat mama nggak?" Dimitri menghampiri Satria yang tengah duduk di teras luar menikmati suasana malam itu yang terasa tenang. Apalagi setelah mendengar percakapan antara Dygta dan Sofia yang di dengarkan diam-diam, membuatnya sedikit bernapas lega.

Tidak ada yang salah dengan gadis itu. Dia hanya memang tengah mengalami fase transisi dalam hidupnya. Dan itu melegakan karena dia hanya mengalami hal yang biasa dialami remaja pada umumnya. Selain keluhannya tentang kebebasan yang di inginkannya akhir-akhir ini. Selebihnya, tidak ada hal yang terlalu mengkhawatirkan baginya.

"Papi!" Dimitri memanggil lagi.

"Ya? Ada apa?" Satria mengalihkan perhatian kepada putranya.

"Papi lihat mama?" Dimitri mengulang pertanyaan.

"Oh, tadi di kamar kakak mu. Ada apa?"

"Ada pr aku yang susah." bocah itu menunjukkan buku tugasnya.

"Mana, papi lihat?" Satria meraih buku tersebut dari tangan putranya.

Lalu mereka mengerjakannya bersama. Dengan sedikit bantuan dari ponsel pintarnya untuk mencari jawaban di internet, ketika ada beberapa hal yang tidak dia ketahui, dan tidak pernah dia pelajari pada masa sekolah dasarnya dulu.

"Udah." Dimitri menutub buku tugasnya setelah beberapa saat.

"Setelah ini kamu mau apa?" tanya Satria kemudian.

"Nggak ada. Mungkin mau nonton tv." jawab Dimitri.

"Ayo kita ngobrol?" ajak Satria.

"Ngobrol apa?" Dimitri meletakkan kembali buku dan alat tulisnya di meja.

"Apa saja."

"Dim bingung kalau papi udah bilang gitu."

"Kenapa bingung?"

"Ya bingung. katanya mau ngobrol, tapi pas giliran aku tanya papi mau ngobrol apa, papi jawabnya ngobrol apa aja."

Satria terkekeh.

"Kamu sudah pandai menjawab."

"Hmm ...."

"Bagaimana kalau kita mulai dengan kakakmu?" Satria berujar.

"Kakak?"

"Iya. Kak Dygta. Kamu tahu sesuatu tentang kakak Dygta?" tanya Satria.

"Soal apa?"

"Apa saja."

"Ih, ... papi bikin aku tambah bingung. Mau tanya soal kakak tapi tanyanya soal apa aja."

Satria tertawa lagi. Bocah ini benar. Dia malah membuatnya bingung.

"Kata om Arfan kamu lihat sesuatu di hapenya kakak sebelum rusak ya?"

"Yang mana?" Dimitri mencoba mengingat.

"Yang waktu hapenya kakak kamu rebut."

"Oh, itu... "

Satria menganggukkan kepala.

"Emang kenapa?"

"Apa yang kamu lihat? kata Om Arfan kamu lihat foto laki-laki di hapenya kakak?"

"Ih, om Arfan tukang ngadu?"

Satria tergelak. Ekspresi bocah ini sungguh lucu.

"Om Arfan bukan tukang ngadu, memang pekerjaannya seperti itu. Dia harus selalu melaporkan apapun kepada papi."

"Ih, ...papi kepo!" ucap Dimitri lagi.

"Apa itu kepo? bahasa dari mana? bicaramu sangat aneh!"

"Ah, papi nggak gaul. Masa kepo aja ngga tau. Kepo itu artinya mau tau aja."

"Astaga!... " Satria menepuk keningnya sambil kembali tertawa.

"Makannya, jangan kerja terus. liburan dong sekai-sekali. Main kek kemana gitu, biar papi tau." ucap Dimitri dengan polosnya.

Satria terdiam.

Dia memang jarang mengambil liburan akhir-akhir ini. Pekerjaannya sedang menuntut lebih banyak waktu, hingga tak tersisa sedikitpun untuk sekadar liburan. Bahkan di akhir pekan sekalipun.

"Sekarang katakan, apa yang kamu lihat di hapenya kakak?" Satria kembali pada niat awalnya tentang mengorek keterangan dari Dimitri.

"Ah, ... itu lagi?" bocah itu kini yang menepuk kepalanya.

"Kenapa?"

"Kakak pasti marah kalau aku bilang. Pasti nggak jadi beliin aku sepatu sama seragam sepak bolanya."

Satria kembali menertawakan kepolosan putranya ini.

"Kakakmu tidak akan tahu. Ini rahasia kita." kemudian dia bicara lagi.

"Masa?"

"Iya."

"Papi nggak akan bilang sama kakak kalau aku ngadu?"

"Tidak akan."

"Papi janji?"

"Janji."

"Beneran ya? nanti kalau kakak tau pasti marah. terus kalau marah aku ngga jadi dibeliin sepatu."

"Nanti papi yang belikan."

"Beneran?"

"Iya."

"Ng ...tapi aku udah janji sama kakak nggak akan bilang. Aku dosa nggak kalau langgar janji sama kakak?"

"Mmm...

"Eh tapi kakak bilangnya cuma nggak boleh bilang sama om Arfan sih."

"Oh ya? kenapa?"

"Nggak tahu, pokoknya kakak bilang nya nggak boleh ngadu sama om Arfan."

"Hmmm... kakakmu aneh."

"Emang. Padahal cuma foto cowok doang."

"Jadi benar?"

Dimitri menganggukkan kepala.

"Berarti aku nggak dosa dong kalau bilang sama Papi?" ucap Dimitri kemudian.

"Ng ... mungkin."

"Iya, kan kakak bilangnya cuma nggak boleh bilang sama om Arfan. Bukan papi, kan?"

"Eee.... iya." Satria dengan ragu.

"Ya udah, berarti aku nggak apa-apa kalau bilang sama papi."

"Iya. Tidak apa-apa."

"Ah, ... legaaaa ..."

"Jadi? apa yang kamu lihat di hapenya kakak?"

"iya, itu..."

"Apa?"

"Foto cowok."

"Siapa? kamu kenal? apa teman sekolahnya kakak?"

Dimitri terdiam. Dia berpikir.

"Kayaknya bukan."

"Kamu tidak kenal?" Satria semakin penasaran.

"Nggak. Orang mukanya ketutup jempolnya kakak waktu aku lihat."

"Astaga!"

"Beneran pih, aku cuma lihat bajunya doang."

"Pakai baju apa?"

"Baju kayak yang suka papi pakai kalau pergi kerja."

"Jas?"

"Iya itu. Aku lihat warnanya abu-abu."

"Hmmm ... kakakmu sedang aneh sekarang ini." gumam Satria.

"Emang. Sekarang kakak nyebelin. Udah jarang main sama akau. senengnya sendirian aja." keluh Dimitri.

"Benar kamu tidak tahu orangnya siapa?" ulang Satria untuk meyakinkan.

"Beneran. Mukanya ketutup jempolnya kakak."

"Baiklah... " Satria menyandarkan punggungnya pada kepala kursi.

"Udah ah, aku ngantuk mau tidur." Dimitri bangkit dari duduknya. Dan tanpa menunggu jawaban dari ayahnya, bocah itu menghambur ke dalam ruamah.

Sementara Satria mengirimkan pesan kepada asisten pribadinya.

"Cari tahu siapa orang berjas abu-abu di ponselnya Dygta!"

*

*

*

Bersambung...

Hayoloooohhhh... Didim bocor juga nih😂😂😂

Terpopuler

Comments

qurro thul

qurro thul

enak ya pak boz, cm bilang kata kutji jas abu 🤣🤣🤣🤣

2023-10-16

0

Hearty💕💕

Hearty💕💕

Saya Pak /Casual/

2023-10-06

0

Eskael Evol

Eskael Evol

hhhhhhhhhh padahal orang ber Jaz abu⅔ yg di cari adakah dirinya sendiri😀

2023-06-07

0

lihat semua
Episodes
1 Pulang
2 Obrolan
3 Bukan Anak TK!
4 Superman
5 Berdebat
6 Pertandingan Dimitri
7 Terjadi Sesuatu
8 Kom-pen-sasi?
9 Antara Hati Dan Pikiran
10 Menyerah
11 Perasaan Dygta
12 Rahasia Dygta
13 Khawatir
14 Sendiri?
15 Rampok!
16 Kejujuran Dimitri
17 Kamu Berisik!
18 Perdebatan
19 Babysitter
20 Kamu Tertangkap!
21 Kamu Menyukainya?
22 Mengantar Dygta
23 Camping
24 Fireflies
25 Rasa Yang Menyenangkan
26 Pria Dewasa
27 Disaster
28 Dygta Hilang!
29 Pencarian
30 Obrolan Ibu Dan Anak
31 Kecewa
32 Harapan
33 Janji Dimitri
34 Rahasia Yang Terbuka
35 Tentang Perasaan
36 Guardian
37 Sesuai Perintah!
38 Jagain Abege
39 Kedatangan Firza
40 Bertemu Firza
41 Kebenaran
42 Teman Ngobrol
43 Penguntit
44 Tidak Bisa Menjauh
45 Sebuah Kejujuran
46 Sebuah Kejujuran#2
47 Perasaan Yang Salah
48 Orang Ketiga
49 Dilema
50 Patah Hati
51 Andra Dan Vivian
52 Hal Yang Baik
53 Ingatan
54 Terbiasa
55 Tak Biasa
56 Suami
57 Bersikap Biasa
58 Baik-baik Saja
59 Sebuah Kunjungan
60 Aku Mencintaimu
61 Terapi
62 Kelulusan
63 Hari Perpisahan
64 Hari Perpisahan#2
65 Aku Mau Ke Rusia
66 Hati Arfan
67 Lupa
68 Bohong
69 I Love You, Good Bye!
70 Pertemuan Terakhir
71 Pergi
72 Penyesalan
73 Prasangka
74 Sentuhan
75 Pikiran
76 Dygta
77 Rasa Yang Baru
78 Karma
79 Kemarahan Mytha
80 Waktu
81 Akhir Sebuah Rahasia
82 Kembali
83 Pulang
84 Pertemuan Kembali
85 Menghindar
86 Kata Hati
87 Duda??
88 Kenyataan
89 Calon Imam
90 Menangis
91 Bicara
92 Bertemu Ara
93 Bertemu Ara #2
94 Percakapan Di Pagi Hari
95 Pernikahan Andra
96 Jadi Egois
97 Pengganggu
98 Cemburu
99 Candu
100 Berpura-pura
101 Keputusan
102 Jodoh
103 Pindah
104 Bersama
105 Candu #2
106 Alasan
107 Mau Menikah?
108 Terkesan
109 Bersama #2
110 Kabar
111 Jeda
112 Break Up
113 Dia, Biasa.
114 Gosip
115 Liburan
116 Good Bye
117 Adrian
118 Alfaza Veera
119 Menyesal
120 Pergi #2
121 Mencarinya
122 Bertemu Mytha
123 Akhir Sebuah Pencarian
124 Aku Menemukanmu
125 Perasaan Arfan
126 Kecemburuan Dygta
127 Aku Dan Kamu
128 Buku Nikah
129 Kecemburuan Dygta#2
130 Reuni
131 Godaan
132 Ayo Kita Menikah?
133 Restu
134 Menuju Halal
135 Hari Halal
136 Malam Yang Menegangkan
137 Janji
138 Bisakah Kita Mengulanginya?
139 Sakit Dan Malu
140 Candu #3
141 Kemarahan Arfan.
142 Candu #4
143 Bekerja
144 Rumah Mertua
145 My Sweet Love
146 Pengumuman
147 Pengumuman Rilis Season 2
148 MSL Season 2 : Hidp Baru
149 MSL Season 2 : Antara Masak Dan Punya Anak
150 MSL Season 2 : Sarapan Pagi
151 MSL Season 2 : Suami Galak
152 MSL Season 2 : Hotel
153 MSL Seaaon 2 : Hotel #2
154 MSL Season 2 : Hotel #3
155 MSL Season 2 : Sebuah Rencana
156 MSL Season 2 : Panick Attack
157 MSL Season 2 : Mencurigakan
158 MSL Season 2 : Antisipasi
159 MSL Season 2 : Sebuah Rencana #2
160 MSL Season 2 : Gunung Es Himalaya!!
161 MSL Season 2 : Bodyguard
162 MSL Season 2 : Suami Super
163 MSL Season 2 : Hamil?
164 MSL Season 2 : Penolakan
165 MSL Seasin 2 : Menjadi Tangguh
166 MSL Season 2 : Pelan-pelan
167 MSL Season 2 : Penolong
168 MSLSeason 2 : Naluri
169 MSL Season 2 : Alex
170 MSL Season 2 : Peduli
171 MSL Season 2 : Perasaan
172 MSL Season 2 : Gara-gara Alex
173 MSL Season 2 : Melakukan Sesuatu
174 MSL Season 2 : Sesuatu
175 MSL Season 2 : Kemarahan Sofia
176 MSL Season 2 : Menjauh
177 MSL Season 2 : Sindrom dan Pilihan
178 MSLA Season 2 : Maaf
179 MSL Season 2 : Perasaan #2
180 MSL Season 2 : Romantis dan Terapi
181 MSL Season 2 : Si Penggoda
182 MSL Season 2 : Si Penggoda #2
183 MSL Season 2 : Sarapan Pagi #2
184 MSL Season 2 : Terapi
185 MSL Season 2 : Terapi #2
186 MSL Season 2 : Babynya Protes
187 MSL Season 2 : Modus
188 MSL Season 2 : Pria Menyebalkan
189 MSL Season 2 : Bisnis
190 MSL Season 2 : Hadiah Pernikahan
191 MSL Season 2 : Kerja Lagi
192 MSL Season 2 : Tumbang
193 MSL Season 2 : Siuman
194 MSL Season 2 : Hari-hari Yang Sibuk
195 MSL Season 2 : Makan Malam
196 MSL Season 2 : Ibu-ibu Dan Bapak-bapak
197 MSL Season 2 : Anak
198 MSL Season 2 : Maunya Baby!
199 MSL Season 2 : Mc Flurry Dan Kenangan Masa Kecil
200 MSL Season 2 : Babymoon
201 MSL Season 2 : Babymoon #2
202 MSL Season 2 : Babyshowernya Dygta
203 MSL Season 2 : Ara
204 MSL Season 2 : Mama
205 MSL Season 2 : Mengalah
206 MSL Season 2 : Ara #2
207 MSL Season 2 : Keegoisan Mytha
208 MSL Season 2 : Sabar
209 MSL Season 2 : Menurut
210 MSL Season 2 : Eskrim dan Rokok
211 MSL Season 2 : Kaki Jahe
212 MSL Season 2 : Jahe Yang Lucu
213 MSL Season 2 : Kekhawatiran
214 MSL Season 2 : Senam Hamil
215 MSL Season 2 : Rayuan
216 MSL Season 2 : Hari Yang Panik
217 MSL Season 2 : Kelahiran
218 MSL Season 2 : Penyelamat
219 MSL Season 2 : Arkhan & Anandita
220 MSL Season 2 : Ekstrapart #1
221 MSL Season 2 : Ekstrapart #2
222 MSL Season 2 : Ekstrapart #3
223 MSL Season 2 : Ekstrapart #4
Episodes

Updated 223 Episodes

1
Pulang
2
Obrolan
3
Bukan Anak TK!
4
Superman
5
Berdebat
6
Pertandingan Dimitri
7
Terjadi Sesuatu
8
Kom-pen-sasi?
9
Antara Hati Dan Pikiran
10
Menyerah
11
Perasaan Dygta
12
Rahasia Dygta
13
Khawatir
14
Sendiri?
15
Rampok!
16
Kejujuran Dimitri
17
Kamu Berisik!
18
Perdebatan
19
Babysitter
20
Kamu Tertangkap!
21
Kamu Menyukainya?
22
Mengantar Dygta
23
Camping
24
Fireflies
25
Rasa Yang Menyenangkan
26
Pria Dewasa
27
Disaster
28
Dygta Hilang!
29
Pencarian
30
Obrolan Ibu Dan Anak
31
Kecewa
32
Harapan
33
Janji Dimitri
34
Rahasia Yang Terbuka
35
Tentang Perasaan
36
Guardian
37
Sesuai Perintah!
38
Jagain Abege
39
Kedatangan Firza
40
Bertemu Firza
41
Kebenaran
42
Teman Ngobrol
43
Penguntit
44
Tidak Bisa Menjauh
45
Sebuah Kejujuran
46
Sebuah Kejujuran#2
47
Perasaan Yang Salah
48
Orang Ketiga
49
Dilema
50
Patah Hati
51
Andra Dan Vivian
52
Hal Yang Baik
53
Ingatan
54
Terbiasa
55
Tak Biasa
56
Suami
57
Bersikap Biasa
58
Baik-baik Saja
59
Sebuah Kunjungan
60
Aku Mencintaimu
61
Terapi
62
Kelulusan
63
Hari Perpisahan
64
Hari Perpisahan#2
65
Aku Mau Ke Rusia
66
Hati Arfan
67
Lupa
68
Bohong
69
I Love You, Good Bye!
70
Pertemuan Terakhir
71
Pergi
72
Penyesalan
73
Prasangka
74
Sentuhan
75
Pikiran
76
Dygta
77
Rasa Yang Baru
78
Karma
79
Kemarahan Mytha
80
Waktu
81
Akhir Sebuah Rahasia
82
Kembali
83
Pulang
84
Pertemuan Kembali
85
Menghindar
86
Kata Hati
87
Duda??
88
Kenyataan
89
Calon Imam
90
Menangis
91
Bicara
92
Bertemu Ara
93
Bertemu Ara #2
94
Percakapan Di Pagi Hari
95
Pernikahan Andra
96
Jadi Egois
97
Pengganggu
98
Cemburu
99
Candu
100
Berpura-pura
101
Keputusan
102
Jodoh
103
Pindah
104
Bersama
105
Candu #2
106
Alasan
107
Mau Menikah?
108
Terkesan
109
Bersama #2
110
Kabar
111
Jeda
112
Break Up
113
Dia, Biasa.
114
Gosip
115
Liburan
116
Good Bye
117
Adrian
118
Alfaza Veera
119
Menyesal
120
Pergi #2
121
Mencarinya
122
Bertemu Mytha
123
Akhir Sebuah Pencarian
124
Aku Menemukanmu
125
Perasaan Arfan
126
Kecemburuan Dygta
127
Aku Dan Kamu
128
Buku Nikah
129
Kecemburuan Dygta#2
130
Reuni
131
Godaan
132
Ayo Kita Menikah?
133
Restu
134
Menuju Halal
135
Hari Halal
136
Malam Yang Menegangkan
137
Janji
138
Bisakah Kita Mengulanginya?
139
Sakit Dan Malu
140
Candu #3
141
Kemarahan Arfan.
142
Candu #4
143
Bekerja
144
Rumah Mertua
145
My Sweet Love
146
Pengumuman
147
Pengumuman Rilis Season 2
148
MSL Season 2 : Hidp Baru
149
MSL Season 2 : Antara Masak Dan Punya Anak
150
MSL Season 2 : Sarapan Pagi
151
MSL Season 2 : Suami Galak
152
MSL Season 2 : Hotel
153
MSL Seaaon 2 : Hotel #2
154
MSL Season 2 : Hotel #3
155
MSL Season 2 : Sebuah Rencana
156
MSL Season 2 : Panick Attack
157
MSL Season 2 : Mencurigakan
158
MSL Season 2 : Antisipasi
159
MSL Season 2 : Sebuah Rencana #2
160
MSL Season 2 : Gunung Es Himalaya!!
161
MSL Season 2 : Bodyguard
162
MSL Season 2 : Suami Super
163
MSL Season 2 : Hamil?
164
MSL Season 2 : Penolakan
165
MSL Seasin 2 : Menjadi Tangguh
166
MSL Season 2 : Pelan-pelan
167
MSL Season 2 : Penolong
168
MSLSeason 2 : Naluri
169
MSL Season 2 : Alex
170
MSL Season 2 : Peduli
171
MSL Season 2 : Perasaan
172
MSL Season 2 : Gara-gara Alex
173
MSL Season 2 : Melakukan Sesuatu
174
MSL Season 2 : Sesuatu
175
MSL Season 2 : Kemarahan Sofia
176
MSL Season 2 : Menjauh
177
MSL Season 2 : Sindrom dan Pilihan
178
MSLA Season 2 : Maaf
179
MSL Season 2 : Perasaan #2
180
MSL Season 2 : Romantis dan Terapi
181
MSL Season 2 : Si Penggoda
182
MSL Season 2 : Si Penggoda #2
183
MSL Season 2 : Sarapan Pagi #2
184
MSL Season 2 : Terapi
185
MSL Season 2 : Terapi #2
186
MSL Season 2 : Babynya Protes
187
MSL Season 2 : Modus
188
MSL Season 2 : Pria Menyebalkan
189
MSL Season 2 : Bisnis
190
MSL Season 2 : Hadiah Pernikahan
191
MSL Season 2 : Kerja Lagi
192
MSL Season 2 : Tumbang
193
MSL Season 2 : Siuman
194
MSL Season 2 : Hari-hari Yang Sibuk
195
MSL Season 2 : Makan Malam
196
MSL Season 2 : Ibu-ibu Dan Bapak-bapak
197
MSL Season 2 : Anak
198
MSL Season 2 : Maunya Baby!
199
MSL Season 2 : Mc Flurry Dan Kenangan Masa Kecil
200
MSL Season 2 : Babymoon
201
MSL Season 2 : Babymoon #2
202
MSL Season 2 : Babyshowernya Dygta
203
MSL Season 2 : Ara
204
MSL Season 2 : Mama
205
MSL Season 2 : Mengalah
206
MSL Season 2 : Ara #2
207
MSL Season 2 : Keegoisan Mytha
208
MSL Season 2 : Sabar
209
MSL Season 2 : Menurut
210
MSL Season 2 : Eskrim dan Rokok
211
MSL Season 2 : Kaki Jahe
212
MSL Season 2 : Jahe Yang Lucu
213
MSL Season 2 : Kekhawatiran
214
MSL Season 2 : Senam Hamil
215
MSL Season 2 : Rayuan
216
MSL Season 2 : Hari Yang Panik
217
MSL Season 2 : Kelahiran
218
MSL Season 2 : Penyelamat
219
MSL Season 2 : Arkhan & Anandita
220
MSL Season 2 : Ekstrapart #1
221
MSL Season 2 : Ekstrapart #2
222
MSL Season 2 : Ekstrapart #3
223
MSL Season 2 : Ekstrapart #4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!