My Sweet Love
*
*
"Papi!!" dua orang bocah tampan berusia empat tahun berlari menghampiri Satria yang baru saja turun dari helikopter di belakang rumahnya.
Pria itu melepaskan tas dari pundaknya, lalu berjongkok untuk mensejajarkan tinggi badannya dengan dua putra kembarnya yang langsung melompat ke pelukannya.
"Kalian, ..." ucapnya, yang hampir terjungkal kebelakang begitu dua bocah tampannya berada di dalam pelukannya.
"Papi bawa apa?"
"Papi nggak pergi lagi?"
"Hari ini mau kemana lagi?"
Dua mulut kecil itu bertubi-tubi melontarkan pertanyaan.
Satria hanya tergelak menyimak celotehan sikembar yang tak berjeda.
"Sudah, sudah, ... kalian bikin papi bingung!" Sofia yang muncul dari dalam rumah. Setengah berlari menghampiri suami dan dua putra kembarnya.
Satria bangkit, pandangannya tertuju pada perempuan berdres coklat muda yang kini berada di hadapannya. Rasa rindu yang tertahan selama berminggu-minggu terasa kian membuncah.
Sofia tersenyum.
"Kamu tidak merindukan aku?" satria dengan senyum samar.
Sofia menggelengkan kepala, "Anak-anak yang merindukan kamu." jawabnya, lalu mengulum bibirnya dengan kuat. Menahan debaran didada yang masih saja dia rasakan setiap kali menatap wajah tegas suaminya.
Satria mendengus pelan, lalu mereka berdua tertawa. Dan Sofia pun menghambur kepelukan pria itu yang beberapa Minggu ini tak ada disampingnya.
"Papi, papi,!" si kembar kembali berteriak, lalu kembali merentangkan kedua tangan mereka meminta untuk digendong.
"Kalian sudah besar!" Sofia setengah berteriak. Namun mereka tak mendengar. Lalu satria mengangkat dua bocah tampannya dalam gendongan, kemudian membawa mereka masuk kedalam rumah.
"Dygta dan Dimitri?" tanya Satria setelah menurunkan dua putra kembarnya keatas sofa, yang kemudian mereka berdua berhamburan kembali pada mainan yang sebelumnya menyibukkan keduanya.
"Belum pulang."
"Bagaimana sekolah mereka?"
"Seperti biasa, ..." Sofia menyerahkan satu gelas air putih yang dibawa asisten rumah tangga kepada suaminya yang kemudian dia teguk hingga habis setengahnya.
"Kemarin Arfan baru menemui kepala sekolah." lanjut Sofia, yang duduk disamping Satria.
"Lagi?" pria itu mengerutkan dahi.
"Ya, ..." Sofia menghela napas pelan.
"CK! anak itu ..." Satria kemudian terkekeh, "Seingatku, aku tak senakal dia waktu kecil. Aku bahkan lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar daripada bermain."
"Dia tidak nakal, hanya terlalu aktif." sergah Sofia.
"Hum?" Satria menoleh.
"Dimitri hanya butuh pengalihan perhatian. Itu kata Arfan."
Satria memutar bola matanya, "Seolah dia ayah dari anak itu ..." gerutunya.
"Faktanya mereka memang dekat." ujar Sofia.
"Hmm ... dan aku tidak dekat dengan putraku sendiri." keluh Satria.
"Kalian hanya butuh waktu lebih banyak untuk bersama."
"Yeahh ..." Satria merebahkan kepalanya pada sandaran sofa. "Aku memang terlalu sibuk, sehingga tidak memiliki banyak waktu dengan kalian." keluh Satria.
"Pekerjaanmu banyak, sayang." Sofia mengusap dada suaminya, untuk menenangkan pikiran pria itu.
"Hmm ... " Satria menatapnya dalam diam, lalu mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk tubuh istrinya. "Hanya kamu yang mengerti." bisiknya.
"Tentu, aku istrimu." Sofia terkekeh.
"Hmm ... istriku, ..." Satria mengeratkan rangkulannya pada tubuh Sofia, lalu mengecup pundak perempuan itu dengan lembut.
"Ayo, ..." ucapnya, seraya bangkit dan menarik lengan perempuan itu untuk mengikutinya.
"Kemana? bukankan kamu baru sampai?" Sofia mencurigai sesuatu ketika Satria menariknya ke arah kamar mereka.
"Aku mau mandi." jawab pria itu yang mempercepat langkahnya.
"Baik, sayang. Aku akan menyiapkan semuanya untuk kamu." ucap Sofia sesaat setelah mereka tiba di kamar.
"Tidak usah, ..." Satria melepaskan seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya. Lalu menarik perempuan itu kedalam kamar mandi.
"Tapi, ..."
Satria menurunkan relsleting gaun bagian belakang Sofia, lalu menariknya hingga benda itu lolos terjatuh dilantai. Menyisakan tubuh berisi Sofia yang hanya berbalut sepasang benda tipis yang paling disukainya.
Satria tersenyum.
"Kamu masih cantik seperti biasanya." bisiknya, yang mendorong tubuh Sofia hingga merapat ke dinding kamar mandi.
"Mm ... ini masih sore tahu!" sergah Sofia.
"I don't care. I just Miss you." bisik satria lagi, yang kemudian menyalakan shower diatas kepalanya. Hingga benda itu mengalirkan air membasahi tubuh mereka berdua.
"Sayang, anak-anak sebentar lagi pulang." tolak Sofia, ketika sentuhan suaminya mulai senakal biasanya. Meremat segala yang dia sentuh dengan tangan besarnya. Susah payah perempuan itu mempertahankan kesadarannya.
"Hmm ... aku tidak akan lama." sanggah Satria, seraya melepaskan kain terakhir yang menempel di tubuh istrinya.
"Sayang, ... ah ..." Sofia mengerang ketika Satria mulai memasukinya. Lalu hentakan demi hentakan pun berlangsung di dalam kamar mandi, dibawah air yang mengalir deras. Mengantarkan pasangan suami istri yang saling merindukan ini pada keindahan pertemuan mereka setelah berminggu-minggu lamanya.
*
*
"Om Arfan!" Dygta berjalan pelan menghampiri asisten ayahnya yang sejak setengah jam yang lalu menunggu di mobilnya. Menghisap rokok yang baru saja dia sulut sambil dengan tenang, seperti biasa.
Arfan menoleh, lalu tersenyum. "Lambat!" omelnya, sambil menetap jam dipergelangan tangannya. Lalu membuang rokok yang baru dia hisap setengahnya ke selokan di pinggir mobilnya.
"Aku ambil ekstrakulikuler dulu tahu!" sanggah Dygta, yang kini hanya berjarak satu meter dari pria 39 tahun ber jas rapi itu.
"Sudah kelas tiga SMA masih ambil ekstra?" Arfan yang bangkit, lalu membukakan pintu di bagian penumpang.
"Cuma satu." Dygta masuk, lalu duduk di kursi penumpang.
Arfan berjalan memutar ke kursi pengemudi, lalu masuk dan segera memacu mobilnya membelah jalanan ibu kota.
"Jemput Dimitri dulu?" Dygta memiringkan kepalanya.
"Dia hari ini ada kegiatan."
"Apa?"
"Sepak bola."
"Sejak kapan?" Dygta mengerutkan dahi.
"Minggu lalu. Om mendaftarkan dia masuk klub sepakbola di sekolahnya. Agar ada kegiatan dan tidak selalu bikin onar di kelas." lalu Arfan tergelak.
"Ih, ... Anak itu ..."
"Sepertinya dia cocok. Minggu ini dia lebih tenang dari biasanya."
"Oh ya?"
Arfan mengangguk.
"Nggak yakin deh, paling sebentar lagi juga dia bikin kacau lagi?"
"Kita lihat saja. Kalau setelah ini dia masih bikin onar, kita kirim ke Rusia saja."
"Serius?"
"Ya, ... sepertinya dia butuh pendidikan militer disana, biar lebih disiplin."
"Hmm ... kasihan om, kalau dia harus ke Rusia."
"Tidak ada pilihan lain."
"Memangnya kalau disini nggak ada sekolah seperti di Rusia?"
"Ada. Tapi Dimitri tidak akan terpengaruh. Dia merasa masih dekat dengan rumah." Arfan kembali menyalakan sebatang rokok ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti karena lampu lalu lintas berubah merah.
"Hmm ..." Dygta mengibas-ngibaskan tangannya, menepis asap rokok yang menerpa wajahnya.
"Om, ih ... berhenti merokok, kenapa sih?" rengeknya, kemudian sedikit terbatuk.
"Kalau kerja sama papi gini juga ya?"
Arfan terkekeh. "Om jarang semobil dengan papi kamu."
"Kalau semobil sama papi pasti om di omel kan?" Dygta menunjuk dengan jari telunjuknya. Seringaian mengejek muncul di sudut bibirnya.
Arfan kemudian tertawa, membuat kepalanya terdongak ke atas.
"Heran deh, ... Tante Mytha nggak pernah protes apa? ganggu tahu!" omel Dygta lagi.
Suasana tiba-tiba menjadi hening.
"Mm ...maaf Om, ... aku nggak sengaja." Dygta setelah beberapa saat dia menyadari kesalahannya.
"Ehm, ..." Arfan berdeham sekedar untuk melegakan tenggorokkannya. Lalu melemparkan rokok ditangannya keluar jendela.
Mobil kembali melaju saat lampu lalu lintas berubah hijau. Mereka menerobos jalanan yang mulai padat pada hampir sore hari itu.
*
*
*
Bersambung ...
Hai kesayangan? ada yang kangen Papi sama Babang Arfan? 😂😂
kita ketemu lagi di season 2 dari Novel SUGAR ini. Semoga masih ada yang mau baca ya.
Enjoy😘😘
Dapet salam dari papi
Babang Arfan juga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
shiiiiinnnnn💙
mampir lagi setelah beratahun². udah aku hpus apknya ak download lagi dan baca ulang lagi ini cerita ./Drool/
2024-06-10
3
Joel
aku kira aku aja yg baca ngulang2😂
2024-06-05
0
isay
kangen, jdinya baca ulang..
2024-05-08
1