Bukan Anak TK!

*

*

"Papa!" seorang bocah berusia tiga tahun berlari dari dalam rumah, menyambut kedatangan Arfan yang baru saja turun dari mobilnya pada hampir petang itu.

Rambut hitam ikalnya berhamburan diterpa angin sore yang berhembus dihalaman rumah.

Arfan membungkuk sambil merentangkan tangannya, menyambut putri kecilnya yang segera menghambur ke pelukannya.

"Hey sayang!" dia memeluk tubuh kecil Ara dengan erat. Menghirup aroma khas balita yang selalu dia rindukan.

"Hari ini Ara ngapain aja?" tanya Arfan, kepada sang putri, seraya berjalan masuk ke dalam rumah tanpa melepaskan gadis kecil itu dari pelukannya.

"Main sama suster." jawab bocah perempuan itu, yang juga tak melepaskan tangan kecilnya dari leher sang ayah.

"Main apa?"

"Rumah-rumahan, Barbie, pasir ..." celotehnya, dengan suara cadel khas balita.

Arfan terkekeh, lalu menciumi kepala bocah cantik itu.

Dia membawanya melewati tangga ke lantai dua rumah mereka.

"Papa ..." Ara berbisik.

"Ya sayang?" sahut Arfan.

"Lihat mama?" ucap bocah itu, telunjuknya mengarah pada pintu kamar di ujung lantai dua itu.

Arfan tertegun lalu menatap wajah polos putrinya.

"Ara mau lihat mama?" tanya nya.

Gadis kecil itu mengangguk.

"Sebentar aja ya?" ucap Arfan, dia berjalan menuju kamar di ujung tersebut.

Arfan perlahan membuka pintu kamar. Dengan pelan dan berhati-hati, seolah takut mengganggu penghuni di dalamnya.

"Mama?" Ara berbisik.

"Ssssttt, jangan berisik. Mama lagi bobo." bisik Arfan.

Bocah itu langsung menutup mulutnya, lalu berbisik di telinga Arfan, "Maaf." katanya.

Arfan tersenyum getir, seraya mengusap kepala putrinya dengan lembut.

"Udah ya? mamanya lagi istirahat." ujarnya, seraya mundur perlahan.

Ara mengangguk lagi.

Arfan tertegun sebentar, lalu menghela napas dalam dan pelan. Dia menatap sosok itu yang terbaring lemah di tempat tidur dengan bebebagai alat penyangga kehidupan yang menempel di tubuhnya.

Mytha, sang istri yang terbaring koma, satu Minggu pasca kelahiran putri mereka Amara Paramitha Sanjaya, dengan jalan Caesar tiga tahun lalu.

Anak yang mereka tunggu kehadirannya setelah enam tahun berumah tangga. Meski harus di tukar dengan nyawa Mitha yang hampir hilang. Namun tetap tak pernah menghilangkan rasa syukur dirinya, walaupun rasa sedih pula menghinggapi hati. Harus mengurus putri semata wayang mereka sendirian tanpa peran Mytha sejak bayi.

Arfan kembali menutup pintu dengan sangat hati-hati, seolah suara sekecil apapun dapat menganggu tidur panjang istrinya yang begitu lelap dan dalam.

"Papa mau mandi, Ara diem disini ya?" Arfan menurunkan putrinya di tempat tidur setelah mereka tiba di dalam kamar miliknya.

"Ya papa." jawab Ara, yang perhatiannya langsung tertuju pada ponsel milik ayahnya yang tergeletak di dekatnya.

Arfan tersenyum, lalu segera menghambur kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Bocah itu tengah berceloteh riang di depan layar ponsel yang menyala ketika Arfan keluar dari kamar mandi setelah menuntaskan urusannya. Dengan bertelanjang dada, hanya mengenakan joggerpants berwarna hitam miliknya.

Ara berbicara dengan bahasa yang tak begitu pria itu mengerti. Diselingi tawa ceria sambil menunjuk-nunjuk layar ponsel milik ayahnya.

"Ara lagi apa?" Arfan mendekat.

"Video call." jawab gadis kecil itu, dengan logat cadel khas nya.

"Ara bisa?"

"Bisa." jawab Ara lagi.

"Video call siapa?"

"Kakak Dita."

"Kakak Dita?" Arfan mengerutkan dahi, dia mengingat nama kontak di ponselnya, namun tak ada satupun kontak dengan nama itu.

"Hum, ..." Ara mengangguk. "Kakak Dita." dia menunjukkan layar ponsel kepada ayahnya, yang menampilkan sambungan video call dengan nomor Dygta. Yang dengan serius nya juga menatap layar ketika Arfan mendekat.

Dygta menatap layar ponselnya dengan mulut menganga, ketika melihat tampilan pemilik nomor yang tengah bervideocall ria bersamanya.

Menatap asisten ayah sambungnya yang bertelanjang dada terpampang dilayar.

"Mm ... hai om?" katanya, yang tersadar. Melambaikan tangan dengan raut gugup.

"Hmm ...om kira siapa? Ara menyebut kamu kakak Dita." Arfan yang hampir mengenakan pakaian rumahannya.

"Eee ...." Dygta menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku kira om yang telfon. Taunya Ara. Hehe ..." Dygta terkekeh dengan kedua pipi yang merona.

Pemandangan di layar ponsel sungguh mengganggu konsentrasinya. Dada bidang, lengan kekar dan perut kotak-kotak. Ini pertama kalinya dia menatap tubuh shirtless seorang pria dewasa selain Satria. Itupun sudah jarang terjadi, ketika dirinya sudah beranjak dewasa seperti ini.

"Ng ... Ara sayang, udahan dulu ya? Kakak ada pr." Dygta mengalihkan perhatiannya ke sembarang arah.

"Hum?" bocah itu kembali menghadapkan layar ponsel dengan wajahnya.

"Dadah Ara!" Dygta melambaikan tangannya, lalu mengakhiri panggilan tanpa menunggu jawaban.

*

*

*

*

"Dygta!" seseorang memanggil gadis itu dari belakang, membuat dia menoleh.

"Hmm ..." dia menggumam.

"Kamu ikut?" seorang gadis sebayanya berlari menghampiri. Vivian.

"Apa?" Dygta mengerutkan dahi.

"Camping wekend ini? sebelum UTS." Vivian menunjukkan selembar famflet yang dia dapat dari majalah dinding di lorong sekolah.

"Ng ... mau sih, tapi aku belum ijin." mereka berjalan bersisian menuju kelas. "Kamu sendiri?"

"Ikut, dong. Pasti seru." jawab gadis itu.

"Hm ... aku nggak yakin kali ini di ijinin."

"Masih juga?" Vivian terkekeh. "Aneh banget?"

Dygta menggendikkan bahunya.

"Udah dewasa, tapi masih diperlakukan kayak anak TK!" cibirnya.

"Diamlah!" Dygta mengibaskan tangan kepada Vivian. Gadis itu tertawa mengejek, lalu berlari kedalam kelas.

"Hey!" seseorang menghadangnya diambang pintu kelas.

Pemuda yang juga masih sebaya dengannya. Evan.

"Apa lagi sih?" keluh gadis itu yang merasa perjalanannya terganggu.

"Obrolan kita belum selesai kemarin." Evan berujar.

"Obrolan yang mana?"

Evan melipat kedua tangan di dada. "Kamu pura-pura lupa?"

Dygta menghela napasnya, lalu mendorong tubuh pemuda itu. Dan segera masuk kedalam kelas.

"Dygta!" sergah Evan.

"Udah ah, ..."

"Kamu belum jawab aku kemarin?"

"Aku belum mau pacaran!" gadis itu setengah berteriak, membuat sebagian isi kelas menoleh ke arah mereka.

"Tapi ...

"Kalau itu yang mau kamu denger, aku jawab nih. Aku belum mau pacaran! aku nggak suka sama kamu!" ulang Dygta.

Evan terdiam dengan wajah memerah. Ini pertama kalinya seorang gadis menolak dirinya. Dari sekian nama gadis di sekolah itu yang pernah dia dekati baru Dygta yang menolak pernyataan cintanya.

"Serius?" Evan dengan rahang mengetat, menghalau rasa malu yang menyeruak. Seiring bisikan yang dia dengar terlontar dari teman sekelas mereka.

"Apa aku kelihatannya bercanda?" Dygta menunjuk wajahnya sendiri. "Aku nggak ada minat pacaran sekarang-sekarang ini. Ngerti nggak sih?" ucapnya.

Pemuda itu melengos, keluar dari kelas dengan rasa kesal yang amat besar.

*

*

*

"Apa ini?" Arfan meraih selembar kertas berwarna warni dari tangan Dygta, lalu membacanya dengan teliti.

"Camping?" tanyanya kemudian.

Dygta mengangguk.

"Acara apa?" Arfan seraya melepaskan kacamata baca nya.

"Refreshing sebelum UTS." jawab Dygta.

"Refreshing?" Arfan menatap gadis itu yang tersenyum lebar ke arahnya.

"Semua siswa ikut?" lanjutnya, menyelidik. Dia harus memastikan gadis itu tak sedang berbohong.

"Nggak." Dygta menggeleng pelan.

"Kenapa?"

"Cuma yang ikut ekstrakulikuler pecinta alam aja. Tapi kalau misalnya ada siswa diluar PA yang mau ikut juga boleh kayanya."

"Hmm ..." Arfan berpikir sejenak. "Tidak boleh."

"Om ..." Dygta mulai merengek.

"Tidak boleh. Papi kamu sudah pasti tidak akan mengijinkan." jelas Arfan.

"Om bantuin dong biar papi kasih ijin."

"Sudah pasti tidak akan memberi ijin."

"Yaah ...

"Mungkin kamu bisa minta mama mu untuk meminta ijin pak Satria." Arfan mulai melajukan mobilnya keluar dari area sekolah.

"Nggak mungkin. Mama udah pasti nggak akan kasih ijin kalau papi bilang gitu. Dan nggak akan bisa merubah itu." Dygta menempelkan punggungnya pada sandaran kursi sambil bersedekap.

Dia tengah berpikir.

"Itu kamu tahu?" Arfan yang fokus mengemudikan kendaraan beroda empat nya.

"Aneh banget deh, ikut ekstrakulikuler pecinta alam tapi nggak bisa ikut camping atau hiking?" gerutu Dygta.

"Siapa suruh?" sergah Arfan.

"Aku sukanya itu. Seru loh om!"

"Hmm ..." Arfan hanya menggumam.

"Kadang papi lebay, masih menganggap aku kayak anak TK! apa-apa dianggap bahaya." Dygta cemberut.

"Dia hanya terlalu menyayangi kamu."

Dygta memutar bola matanya, jengah.

"Om juga begitu sama Ara."

"Oh ya? om juga akan mengekang Ara kalau dia udah besar nanti?" gadis itu memiringkan kepalanya, menatap pria dewasa disamping yang tengah mengemudikan mobilnya membawa mereka menuju arah pulang. Sesuatu bergetar didalam hatinya.

"Bukan mengekang, itu melindungi." Arfan melirik sekilas.

"Itu ... mengekang namanya." dia terbata.

"Bukan, Dygta. Itu namanya melindungi. Kamu tahu pergaulan diluar sana seperti apa?"

"Aku udah dewasa, om."

"Tapi kamu tidak tahu seburuk apa pergaulan diluar sana."

"Ya nggak akan tahu, kan aku di kekang?" Dygta mendelik.

Arfan menarik napas dalam, lalu menghentikan laju mobil hitamnya saat melihat lampu lalu lintas di depan berubah merah.

"Bukan di kekang, tapi sedang dilindungi. Banyak bahaya diluar sana, dan kamu ceroboh, seperti mama mu." Arfan menoleh.

"Oh ya?"

Arfan mengangguk.

"Ah, ... pokoknya aku mau camping! om harus bantuin aku minta ijin sama papi. Kalau om yang bilang papi pasti percaya."

"Tidak bisa, Dygta."

"Ayolah om!"

"Tidak." Arfan menggelengkan kepala.

"Om, ..." Dygta memelas.

"Tidak bisa ..."

Gadis itu menatap nya dengan mata bulat yang berkaca-kaca. Persis seperti Sofia ketika sedang memohon kepadanya untuk diijinkan pergi ke suatu tempat tanpa sepengetahuan suaminya.

Hati Arfan sedikit terenyuh, tapi tidak! dia tak boleh mengambil resiko apapun. Bisa saja di tempat camping akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan, sementara dirinya takan bisa mengawasi gadis itu dengan baik. Karena tidak mungkin juga dia mengikuti kegiatan camping dengan gadis itu. Akan kelihatan sangat aneh ketika dirinya mengawasi putri dari atasannya itu dengan begitu dekat. Walaupun memang tanggung jawab itu Satria bebankan kepadanya hingga Dygta benar-benar sudah dewasa kelak dan mampu bertanggung jawab dengan dirinya sendiri nanti.

"Om, .." Dygta menarik-narik ujung jas Arfan untuk memperngaruhi pria itu.

"Kamu tahu, kalau terjadi sesuatu om juga akan kena akibatnya." Arfan setelah berpikir beberapa saat.

"Om berlebihan! ini hanya camping di taman perkemahan. Bukan mendaki gunung Himalaya!" sergah Dygta.

Arfan menggelengkan kepalanya lagi. Gadis ini memang sama seperti ibunya. Sama-sama keras kepala.

"Om, ..." Dygta kembali menarik kain ujung jas Arfan. "Ya?"

"hhhh ...." Arfan menghembuskan napas, frustasi. "Baiklah, ..." akhirnya dia menyerah.

"Yes!" Dygta bertepuk tangan.

"Tapi kalau pak Satria benar-benar tidak memberi ijin kamu harus menurut ya?"

Dygta mengangguk, sambil tersenyum. "Kalau ternyata papi ngasih ijin?" tukasnya.

"Hhh ... kamu harus janji untuk bisa jaga diri dengan baik." Arfan menyentuk puncak kepala gadis itu yang tengah menatapnya. "Om pasti tidak akan bisa menjaga kamu seperti biasanya." katanya.

"Mm ... aku ... bukan anak TK, om!" Dygta mengingatkan. Mata bulatnya mengerjap-ngerjap pelan.

"Iya, ..." Arfan terkekeh, lalu mengacak rambut gadis itu. "Tapi buat om kamu masih seperti anak TK!" katanya lagi sambil tergelak, yang kemudian kembali pada kemudi di depannya. Menghidupkan mesin dan kembali memacu mesin beroda empatnya membelah jalanan ibu kota yang padat pada jam pulang kerja sore itu.

*

*

*

*

Bersambung ...

Iya, anak TK yang butuh bimbingan kan om?😂😂😂😝

Iike,

koment,

hadiah

😊😊😊

Terpopuler

Comments

Eskael Evol

Eskael Evol

jangan² Evan akan balas sakit hatinya di tempat camping

2023-06-06

0

ayudesy subardo

ayudesy subardo

Sembuhin Mitha ya kk otor, kasian kalo Mitha harus pergi 😢😢

2023-01-25

0

Caca 🌻

Caca 🌻

jangan lupa like komen gaess

2022-12-30

0

lihat semua
Episodes
1 Pulang
2 Obrolan
3 Bukan Anak TK!
4 Superman
5 Berdebat
6 Pertandingan Dimitri
7 Terjadi Sesuatu
8 Kom-pen-sasi?
9 Antara Hati Dan Pikiran
10 Menyerah
11 Perasaan Dygta
12 Rahasia Dygta
13 Khawatir
14 Sendiri?
15 Rampok!
16 Kejujuran Dimitri
17 Kamu Berisik!
18 Perdebatan
19 Babysitter
20 Kamu Tertangkap!
21 Kamu Menyukainya?
22 Mengantar Dygta
23 Camping
24 Fireflies
25 Rasa Yang Menyenangkan
26 Pria Dewasa
27 Disaster
28 Dygta Hilang!
29 Pencarian
30 Obrolan Ibu Dan Anak
31 Kecewa
32 Harapan
33 Janji Dimitri
34 Rahasia Yang Terbuka
35 Tentang Perasaan
36 Guardian
37 Sesuai Perintah!
38 Jagain Abege
39 Kedatangan Firza
40 Bertemu Firza
41 Kebenaran
42 Teman Ngobrol
43 Penguntit
44 Tidak Bisa Menjauh
45 Sebuah Kejujuran
46 Sebuah Kejujuran#2
47 Perasaan Yang Salah
48 Orang Ketiga
49 Dilema
50 Patah Hati
51 Andra Dan Vivian
52 Hal Yang Baik
53 Ingatan
54 Terbiasa
55 Tak Biasa
56 Suami
57 Bersikap Biasa
58 Baik-baik Saja
59 Sebuah Kunjungan
60 Aku Mencintaimu
61 Terapi
62 Kelulusan
63 Hari Perpisahan
64 Hari Perpisahan#2
65 Aku Mau Ke Rusia
66 Hati Arfan
67 Lupa
68 Bohong
69 I Love You, Good Bye!
70 Pertemuan Terakhir
71 Pergi
72 Penyesalan
73 Prasangka
74 Sentuhan
75 Pikiran
76 Dygta
77 Rasa Yang Baru
78 Karma
79 Kemarahan Mytha
80 Waktu
81 Akhir Sebuah Rahasia
82 Kembali
83 Pulang
84 Pertemuan Kembali
85 Menghindar
86 Kata Hati
87 Duda??
88 Kenyataan
89 Calon Imam
90 Menangis
91 Bicara
92 Bertemu Ara
93 Bertemu Ara #2
94 Percakapan Di Pagi Hari
95 Pernikahan Andra
96 Jadi Egois
97 Pengganggu
98 Cemburu
99 Candu
100 Berpura-pura
101 Keputusan
102 Jodoh
103 Pindah
104 Bersama
105 Candu #2
106 Alasan
107 Mau Menikah?
108 Terkesan
109 Bersama #2
110 Kabar
111 Jeda
112 Break Up
113 Dia, Biasa.
114 Gosip
115 Liburan
116 Good Bye
117 Adrian
118 Alfaza Veera
119 Menyesal
120 Pergi #2
121 Mencarinya
122 Bertemu Mytha
123 Akhir Sebuah Pencarian
124 Aku Menemukanmu
125 Perasaan Arfan
126 Kecemburuan Dygta
127 Aku Dan Kamu
128 Buku Nikah
129 Kecemburuan Dygta#2
130 Reuni
131 Godaan
132 Ayo Kita Menikah?
133 Restu
134 Menuju Halal
135 Hari Halal
136 Malam Yang Menegangkan
137 Janji
138 Bisakah Kita Mengulanginya?
139 Sakit Dan Malu
140 Candu #3
141 Kemarahan Arfan.
142 Candu #4
143 Bekerja
144 Rumah Mertua
145 My Sweet Love
146 Pengumuman
147 Pengumuman Rilis Season 2
148 MSL Season 2 : Hidp Baru
149 MSL Season 2 : Antara Masak Dan Punya Anak
150 MSL Season 2 : Sarapan Pagi
151 MSL Season 2 : Suami Galak
152 MSL Season 2 : Hotel
153 MSL Seaaon 2 : Hotel #2
154 MSL Season 2 : Hotel #3
155 MSL Season 2 : Sebuah Rencana
156 MSL Season 2 : Panick Attack
157 MSL Season 2 : Mencurigakan
158 MSL Season 2 : Antisipasi
159 MSL Season 2 : Sebuah Rencana #2
160 MSL Season 2 : Gunung Es Himalaya!!
161 MSL Season 2 : Bodyguard
162 MSL Season 2 : Suami Super
163 MSL Season 2 : Hamil?
164 MSL Season 2 : Penolakan
165 MSL Seasin 2 : Menjadi Tangguh
166 MSL Season 2 : Pelan-pelan
167 MSL Season 2 : Penolong
168 MSLSeason 2 : Naluri
169 MSL Season 2 : Alex
170 MSL Season 2 : Peduli
171 MSL Season 2 : Perasaan
172 MSL Season 2 : Gara-gara Alex
173 MSL Season 2 : Melakukan Sesuatu
174 MSL Season 2 : Sesuatu
175 MSL Season 2 : Kemarahan Sofia
176 MSL Season 2 : Menjauh
177 MSL Season 2 : Sindrom dan Pilihan
178 MSLA Season 2 : Maaf
179 MSL Season 2 : Perasaan #2
180 MSL Season 2 : Romantis dan Terapi
181 MSL Season 2 : Si Penggoda
182 MSL Season 2 : Si Penggoda #2
183 MSL Season 2 : Sarapan Pagi #2
184 MSL Season 2 : Terapi
185 MSL Season 2 : Terapi #2
186 MSL Season 2 : Babynya Protes
187 MSL Season 2 : Modus
188 MSL Season 2 : Pria Menyebalkan
189 MSL Season 2 : Bisnis
190 MSL Season 2 : Hadiah Pernikahan
191 MSL Season 2 : Kerja Lagi
192 MSL Season 2 : Tumbang
193 MSL Season 2 : Siuman
194 MSL Season 2 : Hari-hari Yang Sibuk
195 MSL Season 2 : Makan Malam
196 MSL Season 2 : Ibu-ibu Dan Bapak-bapak
197 MSL Season 2 : Anak
198 MSL Season 2 : Maunya Baby!
199 MSL Season 2 : Mc Flurry Dan Kenangan Masa Kecil
200 MSL Season 2 : Babymoon
201 MSL Season 2 : Babymoon #2
202 MSL Season 2 : Babyshowernya Dygta
203 MSL Season 2 : Ara
204 MSL Season 2 : Mama
205 MSL Season 2 : Mengalah
206 MSL Season 2 : Ara #2
207 MSL Season 2 : Keegoisan Mytha
208 MSL Season 2 : Sabar
209 MSL Season 2 : Menurut
210 MSL Season 2 : Eskrim dan Rokok
211 MSL Season 2 : Kaki Jahe
212 MSL Season 2 : Jahe Yang Lucu
213 MSL Season 2 : Kekhawatiran
214 MSL Season 2 : Senam Hamil
215 MSL Season 2 : Rayuan
216 MSL Season 2 : Hari Yang Panik
217 MSL Season 2 : Kelahiran
218 MSL Season 2 : Penyelamat
219 MSL Season 2 : Arkhan & Anandita
220 MSL Season 2 : Ekstrapart #1
221 MSL Season 2 : Ekstrapart #2
222 MSL Season 2 : Ekstrapart #3
223 MSL Season 2 : Ekstrapart #4
Episodes

Updated 223 Episodes

1
Pulang
2
Obrolan
3
Bukan Anak TK!
4
Superman
5
Berdebat
6
Pertandingan Dimitri
7
Terjadi Sesuatu
8
Kom-pen-sasi?
9
Antara Hati Dan Pikiran
10
Menyerah
11
Perasaan Dygta
12
Rahasia Dygta
13
Khawatir
14
Sendiri?
15
Rampok!
16
Kejujuran Dimitri
17
Kamu Berisik!
18
Perdebatan
19
Babysitter
20
Kamu Tertangkap!
21
Kamu Menyukainya?
22
Mengantar Dygta
23
Camping
24
Fireflies
25
Rasa Yang Menyenangkan
26
Pria Dewasa
27
Disaster
28
Dygta Hilang!
29
Pencarian
30
Obrolan Ibu Dan Anak
31
Kecewa
32
Harapan
33
Janji Dimitri
34
Rahasia Yang Terbuka
35
Tentang Perasaan
36
Guardian
37
Sesuai Perintah!
38
Jagain Abege
39
Kedatangan Firza
40
Bertemu Firza
41
Kebenaran
42
Teman Ngobrol
43
Penguntit
44
Tidak Bisa Menjauh
45
Sebuah Kejujuran
46
Sebuah Kejujuran#2
47
Perasaan Yang Salah
48
Orang Ketiga
49
Dilema
50
Patah Hati
51
Andra Dan Vivian
52
Hal Yang Baik
53
Ingatan
54
Terbiasa
55
Tak Biasa
56
Suami
57
Bersikap Biasa
58
Baik-baik Saja
59
Sebuah Kunjungan
60
Aku Mencintaimu
61
Terapi
62
Kelulusan
63
Hari Perpisahan
64
Hari Perpisahan#2
65
Aku Mau Ke Rusia
66
Hati Arfan
67
Lupa
68
Bohong
69
I Love You, Good Bye!
70
Pertemuan Terakhir
71
Pergi
72
Penyesalan
73
Prasangka
74
Sentuhan
75
Pikiran
76
Dygta
77
Rasa Yang Baru
78
Karma
79
Kemarahan Mytha
80
Waktu
81
Akhir Sebuah Rahasia
82
Kembali
83
Pulang
84
Pertemuan Kembali
85
Menghindar
86
Kata Hati
87
Duda??
88
Kenyataan
89
Calon Imam
90
Menangis
91
Bicara
92
Bertemu Ara
93
Bertemu Ara #2
94
Percakapan Di Pagi Hari
95
Pernikahan Andra
96
Jadi Egois
97
Pengganggu
98
Cemburu
99
Candu
100
Berpura-pura
101
Keputusan
102
Jodoh
103
Pindah
104
Bersama
105
Candu #2
106
Alasan
107
Mau Menikah?
108
Terkesan
109
Bersama #2
110
Kabar
111
Jeda
112
Break Up
113
Dia, Biasa.
114
Gosip
115
Liburan
116
Good Bye
117
Adrian
118
Alfaza Veera
119
Menyesal
120
Pergi #2
121
Mencarinya
122
Bertemu Mytha
123
Akhir Sebuah Pencarian
124
Aku Menemukanmu
125
Perasaan Arfan
126
Kecemburuan Dygta
127
Aku Dan Kamu
128
Buku Nikah
129
Kecemburuan Dygta#2
130
Reuni
131
Godaan
132
Ayo Kita Menikah?
133
Restu
134
Menuju Halal
135
Hari Halal
136
Malam Yang Menegangkan
137
Janji
138
Bisakah Kita Mengulanginya?
139
Sakit Dan Malu
140
Candu #3
141
Kemarahan Arfan.
142
Candu #4
143
Bekerja
144
Rumah Mertua
145
My Sweet Love
146
Pengumuman
147
Pengumuman Rilis Season 2
148
MSL Season 2 : Hidp Baru
149
MSL Season 2 : Antara Masak Dan Punya Anak
150
MSL Season 2 : Sarapan Pagi
151
MSL Season 2 : Suami Galak
152
MSL Season 2 : Hotel
153
MSL Seaaon 2 : Hotel #2
154
MSL Season 2 : Hotel #3
155
MSL Season 2 : Sebuah Rencana
156
MSL Season 2 : Panick Attack
157
MSL Season 2 : Mencurigakan
158
MSL Season 2 : Antisipasi
159
MSL Season 2 : Sebuah Rencana #2
160
MSL Season 2 : Gunung Es Himalaya!!
161
MSL Season 2 : Bodyguard
162
MSL Season 2 : Suami Super
163
MSL Season 2 : Hamil?
164
MSL Season 2 : Penolakan
165
MSL Seasin 2 : Menjadi Tangguh
166
MSL Season 2 : Pelan-pelan
167
MSL Season 2 : Penolong
168
MSLSeason 2 : Naluri
169
MSL Season 2 : Alex
170
MSL Season 2 : Peduli
171
MSL Season 2 : Perasaan
172
MSL Season 2 : Gara-gara Alex
173
MSL Season 2 : Melakukan Sesuatu
174
MSL Season 2 : Sesuatu
175
MSL Season 2 : Kemarahan Sofia
176
MSL Season 2 : Menjauh
177
MSL Season 2 : Sindrom dan Pilihan
178
MSLA Season 2 : Maaf
179
MSL Season 2 : Perasaan #2
180
MSL Season 2 : Romantis dan Terapi
181
MSL Season 2 : Si Penggoda
182
MSL Season 2 : Si Penggoda #2
183
MSL Season 2 : Sarapan Pagi #2
184
MSL Season 2 : Terapi
185
MSL Season 2 : Terapi #2
186
MSL Season 2 : Babynya Protes
187
MSL Season 2 : Modus
188
MSL Season 2 : Pria Menyebalkan
189
MSL Season 2 : Bisnis
190
MSL Season 2 : Hadiah Pernikahan
191
MSL Season 2 : Kerja Lagi
192
MSL Season 2 : Tumbang
193
MSL Season 2 : Siuman
194
MSL Season 2 : Hari-hari Yang Sibuk
195
MSL Season 2 : Makan Malam
196
MSL Season 2 : Ibu-ibu Dan Bapak-bapak
197
MSL Season 2 : Anak
198
MSL Season 2 : Maunya Baby!
199
MSL Season 2 : Mc Flurry Dan Kenangan Masa Kecil
200
MSL Season 2 : Babymoon
201
MSL Season 2 : Babymoon #2
202
MSL Season 2 : Babyshowernya Dygta
203
MSL Season 2 : Ara
204
MSL Season 2 : Mama
205
MSL Season 2 : Mengalah
206
MSL Season 2 : Ara #2
207
MSL Season 2 : Keegoisan Mytha
208
MSL Season 2 : Sabar
209
MSL Season 2 : Menurut
210
MSL Season 2 : Eskrim dan Rokok
211
MSL Season 2 : Kaki Jahe
212
MSL Season 2 : Jahe Yang Lucu
213
MSL Season 2 : Kekhawatiran
214
MSL Season 2 : Senam Hamil
215
MSL Season 2 : Rayuan
216
MSL Season 2 : Hari Yang Panik
217
MSL Season 2 : Kelahiran
218
MSL Season 2 : Penyelamat
219
MSL Season 2 : Arkhan & Anandita
220
MSL Season 2 : Ekstrapart #1
221
MSL Season 2 : Ekstrapart #2
222
MSL Season 2 : Ekstrapart #3
223
MSL Season 2 : Ekstrapart #4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!