Baru saja mereka keluar ruangan, terlihat ada sosok berzirah emas berdiri membelakangi dan menghadang jalan mereka. Sosok itu tertawa menatap ke atas, lalu membalikkan badan.
"Sudah lama tidak bertemu denganmu, petir kecil." Sosok berzirah tersebut menggaruk-garuk kepalanya sambil menyunggingkan senyuman. "Ku dengar kau akan menjalani hukuman, tapi kenapa kau terlihat biasa saja, seharusnya kau takut."
Sebelum Dewa Petir menjawab, sosok berzirah itupun melanjutkan ucapannya. "Oh.. ya.. ya.. kau tidak takut pasti karena memiliki rencana yang licik. Cepat beritahukan padaku apa rencanamu itu, petir kecil."
Bukannya menjawab, Dewa Petir malah memperkenalkan sosok berzirah emas pada Arya. "Dia adalah Raja Kera Langit, Sun Wukong. Apa kau masih mengingatnya?"
"Monyet tua, ku kira bulumu sudah rontok dan ubanan." Arya memperlihatkan seringai ejekan.
"Sialan, siapa bocah ini?" Umpat Sun Wukong sambil menggaruk kepalanya. "Manusia biasa? Oh jadi bocah ini yang menyebabkan kau mendapatkan hukuman, petir kecil." Sun Wukong mengalihkan pandangannya dari Arya ke Dewa Petir.
Mendengar demikian, Kirana Larasati dan Gundala Sena menatap Arya dengan sorot mata kebencian. Mereka tidak mengira jika pemuda yang diperkenalkan ayahnya sebagai muridnya itu ternyata manusia yang di kabarkan menjadi penyebab ayahnya mendapatkan hukuman.
Tidak hanya mereka berdua bahkan semua Dewa yang bertemu Arya juga tidak menyadari jika pemuda itu adalah bangsa manusia, sebab Dewa Petir telah merubah hawa pemuda itu menjadi hawa Dewa.
"Coba kita lihat apa yang istimewa dari dirimu." Suara Sun Wukong masih mengudara namun tubuhnya sudah menyerang Arya dengan mengayunkan kepalan tangannya ke kepala pemuda itu.
Arya dengan sigap melompat mundur, sehingga pukulan Sun Wukong hanya melesat tipis di depan hidungnya.
"Lemah, lambat... Tetapi cukup mengesankan untuk seukuran bocah sepertimu." Sun Wukong menyeringai. "Bersiaplah bocah, kali ini seranganku pasti akan mengenaimu."
Kali ini Sun Wukong meningkatkan kecepatan serangannya. Pada serangan awal, Arya masih bisa berkelit menghindar namun tidak butuh lama, pemuda itu di buat begitu kelabakan dan tersudutkan.
Dalam posisi bertahan, Arya membagi perhatiannya untuk mencari celah yang terbuka dari lawannya. Namun karena pergerakan Sun Wukong yang teramat cepat, membuat celah yang terlihat terbuka itupun sekejap tertutupi oleh serangan yang terus mengincar tubuhnya.
"Kenapa matamu melihat kesana-kemari, apa matamu kemasukkan semut. Hahaha.." Sun Wukong terkekeh kecil sambil terus melancarkan pukulan serta tendangan.
Tendangan Sun Wukong yang mengarah lurus menargetkan perut, membuat Arya tidak bisa mengelak dan terpaksa menahan serangan tersebut dengan menyilangkan kedua tangannya ke depan perut. Arya terlempar mundur sampai keluar gedung.
Belum juga Arya menginjakkan kakinya ke tanah, Sun Wukong telah berada di atas kepalanya dengan ancang-ancang yang siap melayangkan tendangan ke bawah. Mengincar kepala pemuda itu.
Tendangan tersebut hanya membelah udara, sedangkan targetnya sudah lenyap entah kemana. Mata Sun Wukong sedikit melebar, dia tersenyum tipis sebelum menghilang dari tempatnya melayang.
"Tidak ku sangka kemampuanmu berpindah tempat cukup cepat." Perkataan Sun Wukong terdengar mengudara namun sosoknya baru muncul sepersekian detik ketika Arya juga muncul mengambang di udara.
Sun Wukong tidak lantas menyerang kembali, dia mengamati tubuh Arya. Menurutnya dengan kemampuan yang hanya di tahap Pendekar Fana, setidaknya pemuda itu memerlukan waktu sepersekian detik sebelum benar-benar bisa berpindah tempat, tapi kenyataannya Arya berpindah tempat dalam sekejap tanpa meninggalkan jejak energi. Memaksa Wukong menggunakan mata saktinya untuk mendeteksi keberadaan pemuda itu.
Arya menyeringai. "Kenapa kau terkejut, monyet batu."
Sun Wukong seakan teringat sesuatu, hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu. "Apa kau Hydra.."
Mata Arya berubah warna emas dengan kornea mata seperti mata ular. Pemuda itu menatap Wukong dengan sorot mata yang begitu tajam. "Monyet batu, tetaplah batu. Selalu saja keras dan bertingkah semaunya."
"Tuan, akhirnya anda kembali. Sekarang aku mengerti alasan petir kecil mengorbankan diri demi anak manusia." Setelah berkata, Wukong menempelkan tangan kanannya ke dada sambil menundukkan kepala, menunjukkan rasa hormat mendalam kepada Arya.
"Hahaha... Tidak ku sangka Raja Kera Langit yang hebat bisa bersikap demikian pada seorang bocah."
Tidak jauh dari mereka, muncul sosok pria tegap memiliki rambut yang seluruhnya putih, menggunakan jubah dan mahkota yang juga putih. Dialah Kaisar Surga, Yu Huang.
******
Cahaya matahari telah pergi dan di gantikan oleh temaram cahaya bulan sabit. Diantara gelapnya malam di balik rimbunnya pepohonan, terlihat beberapa Pendekar sedang berkelebatan dengan pakaian yang mengalami kerusakan seperti habis melakukan pertarungan.
"Kalian berpencar, kabarkan hal ini pada seluruh sekte yang ada di perkemahan. Biar aku sendiri yang menyampaikan informasi ini pada Tetua dan Patriark." Salah seorang memberi arahan pada rekan-rekannya.
Lima Pendekar mengangguk dan lantas berbelok arah kiri menuju area perkemahan. Sementara satu di antara mereka terus berkelebat lurus menuju Markas Sekte Lembah Petir.
Keenam Pendekar tersebut adalah murid-murid dari Sekte Lembah Petir yang di pekerjakan menjaga keamanan desa terdekat. Sebenarnya bukan hanya mereka berenam saja, terdapat lebih dari 30 anggota Sekte Lembah Petir yang juga di sewa desa terdekat untuk menjaga keamanan disana.
Namun desa tersebut saat ini sedang dilanda kekacauan, para anggota Sekte Lembah Petir lainnya kini tengah bertarung menghadapi para pembuat kericuhan tersebut. Dan karena kalah jumlah serta kekuatan, merekapun menyuruh sebagian rekannya agar kembali ke sekte untuk meminta bantuan.
Sesampainya di dalam Markas Sekte Lembah Petir, anggota yang baru tiba itupun langsung meminta pada para penjaga gerbang untuk membunyikan lonceng tanda bahaya.
Para penjaga sempat ragu, namun setelah mendengar penjelasan dari orang tersebut. Keraguan mereka seketika berganti kepanikan. Dengan segera merekapun membunyikan lonceng berulangkali.
Suara lonceng memecah keheningan malam, membuat seluruh penghuni Sekte Lembah Petir dilanda kebingungan sesaat dan lantas dengan segera menghentikan aktifitas, sedangkan yang sudah beristirahat langsung buru-buru keluar dari ruangan karena tahu jika suara lonceng yang terdengar tersebut adalah tanda bahwa sedang terjadi penyerangan.
Salah seorang tetua yang berada dekat dengan pintu gerbang kemudian melesat menghampiri orang yang membunyikan lonceng di atas menara. "Jelaskan apa yang terjadi.."
"Ada ribuan mayat hidup yang menyerang desa Sitaizui tetua. Dari informasi anggota yang menjaga di sana, ribuan mayat hidup itu sedang menuju kesini." Penjaga yang membunyikan lonceng menjelaskan.
"Lalu di mana anggota yang menyampaikan kabar itu?" Tetua tersebut merasa perlu mencurigai orang yang membawakan kabar, bisa jadi orang itu adalah penyusup.
"Dia pergi ke gedung utama, untuk menyampaikan hal ini pada para tetua dan Patriark, tetua."
"Perketat keamanan, jangan biarkan ada yang masuk ataupun keluar markas. Tunggu perintah selanjutnya." Tetua itupun kemudian terbang menuju gedung utama.
Di desa Sitaizui, pasukan mayat hidup yang datang dari berbagai penjuru menghancurkan apapun yang mereka lewati, termasuk membunuh para penduduk. Wanita dan anak-anak sebisa dan secepat mungkin di evakuasi, tetapi beberapa dari mereka yang bernasib malang, di tangkap dan ada pula yang di jadikan santapan untuk meningkatkan kekuatan para pasukan mayat hidup.
Beruntung bagi penduduk yang berhasil lari ataupun bersembunyi, sebab tujuan pasukan mayat hidup tersebut hanyalah lewat karena desa ini adalah salah satu akses untuk menuju Sekte Lembah Petir.
Petugas keamanan desa, baik dari pemerintah ataupun dari anggota Sekte Lembah Petir hampir semuanya telah tewas. Sedangkan yang terluka tergeletak begitu saja di antara reruntuhan bangunan dan jasad-jasad yang berserakan.
Pasukan mayat hidup terus bergerak memasuki jajaran perbukitan serta pegunungan. Beberapa diantara mereka bahkan memiliki badan yang tidak lagi lengkap. Ada yang tidak berkepala, ada yang merangkak karena tidak memiliki kaki, dan ada pula kepala yang berjalan menggelinding serta ada yang berjalan dengan bagian tubuh lainnya seperti potongan kaki ataupun tangan.
Mendapatkan kabar dari anggota Sekte Lembah Petir mengenai pasukan mayat hidup, pendekar dari berbagai Sekte segera meningkatkan kewaspadaan. Mereka mengirimkan beberapa anggota masing-masing agar memastikan kebenaran mengenai kabar tersebut.
Zang Lu bertengger pada sebuah pohon di atas bukit. Lahan luas di hadapannya cukup terterangi oleh cahaya rembulan. Di ujung lahan ada hutan yang cukup lebat.
Beberapa mil dari Zang Lu ke arah selatan, Fang Wu juga sedang nangkring di atas dahan pohon tertinggi. Di depannya ada padang ilalang yang mulai banyak mengering. Fang Wu memusatkan Qi ke panca inderanya, dia dapat melihat jelas sisi luar hutan. Suara binatang malam yang biasanya berdendang, kini tidak ada sama sekali. Hening dan mencekam.
Fang Wu menajamkan mata ketika melihat banyak sosok yang bergerak kaku diantara pepohonan, keluar dari hutan.
"Benarkah mereka mayat hidup, tapi kenapa tidak terlihat aura kematian dari mereka." Fang Wu terus mengamati sosok yang semakin lama semakin banyak yang keluar dari hutan, mengarah ke tempatnya.
Sekelebat siluet bayangan melintas di atas kepalanya, kelebatan sosok tersebut berseru kepada Fang Wu, menyuruhnya kembali dan mengabarkan hal ini pada yang lainnya.
"Gila, mereka terlalu banyak.." Fang Wu bergidik ngeri, bulu kuduk di sekujur tubuhnya meremang. Dia tidak pernah takut bertarung jika itu menghadapi sesama pendekar. Tetapi kali ini lain, musuh yang ada di hadapannya adalah ribuan mayat hidup. Dan dia sebenarnya paling takut dengan makhluk sejenis hantu.
Dengan tubuh gemetaran, Fang Wu melesat kembali ke area perkemahan untuk memberikan informasi dari pengamatannya pada Patriark dan tetua Sektenya.
Tetua Lin Hai melayang turun di atas ilalang sebelum melesat ke depan. Kilatan petir di sekujur tangannya telah siap untuk menghantam lawan.
Dalam jarak dekat, tetua Lin Hai tidak ragu lagi bahwa yang di hadapannya memanglah para mayat. Mereka seperti hidup, hanya sedikit kaku. "Mungkin karena sudah lama mati dan belum terbiasa bergerak." Pikir tetua Lin Hai, lalu terkekeh pelan.
Para mayat hidup itu memiliki bentuk tidak sempurna, akan membuat manusia biasa lari tunggang langgang. Tapi tidak dengan tetua Lin Hai, bukannya takut ataupun jijik, dia malah menganggap itu seperti lelucon yang pantas ditertawakan.
Melihat para mayat hidup terus bergerak maju, tetua Lin Hai lantas menghentakkan pukulan. Aliran listrik petir biru melesat cepat menghantam segerombolan mayat hidup, hingga membuat tubuh mereka hancur menjadi beberapa potongan. Anehnya, bagian yang hancur tersebut tetap bergerak maju.
Tetua Lin Hai nampak sedikit terkejut dengan termundur selangkah. Dia dengan segera menenangkan diri dan lalu melesatkan serangan jarak jauh bertubi-tubi berupa tembakan petir.
Serangan tersebut mencincang dan menembus tubuh mayat hidup, tetapi hal itu tidak membuat mereka berhenti bergerak.
Tetua Lin Hai melompat melayang tinggi di udara, pandangannya memperlihatkan pemandangan yang mengerikan, ribuan mayat hidup seakan tidak ada habisnya keluar dari hutan.
Beberapa mil di sebelah utara, Zang Lu tengah mengamuk, ratusan mayat hidup mengepungnya sedang yang lain terus bergerak ke arah Markas Lembah Petir.
Di sebelah barat daya, tetua dari Sekte Cakar Naga, Wu Zhang melesat ringan menyambut pasukan mayat hidup. Kebanyakan sudah tidak lagi utuh, bahkan ada beberapa yang hanya kerangka tengkorak saja. Golok tetua tersebut berkelebatan cepat membabat kepala. Dalam beberapa tarikan nafas, puluhan kepala dan tengkorak menggelinding.
"Apa? Mereka masih hidup!" Tetua Wu Zhang melompat ke belakang beberapa tombak, terkesima. Kini tubuh tanpa kepala itu mengejar tetua Wu Zhang. Bahkan kepala dan tengkorak yang terpenggal di atas tanah kering, sekarang menggelinding sambil meringis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Iwan Arema
👻👻👹👹☠️☠️👿👿
2024-05-11
1
Harman LokeST
kuuaaaaaaaaaaattkkaaaannnnnnn teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssss teekaaaaaaaaaaaaaaaayaaaaaddmuuuuu Li Tian untuk meningkatkan kultivasimu yang lebih tinggi lagi agar orang tidak merendahkanmu
2024-02-29
1
Teddy
,,
2022-10-17
0