Serangan Mayat Hidup

Baru saja mereka keluar ruangan, terlihat ada sosok berzirah emas berdiri membelakangi dan menghadang jalan mereka. Sosok itu tertawa menatap ke atas, lalu membalikkan badan.

"Sudah lama tidak bertemu denganmu, petir kecil." Sosok berzirah tersebut menggaruk-garuk kepalanya sambil menyunggingkan senyuman. "Ku dengar kau akan menjalani hukuman, tapi kenapa kau terlihat biasa saja, seharusnya kau takut."

Sebelum Dewa Petir menjawab, sosok berzirah itupun melanjutkan ucapannya. "Oh.. ya.. ya.. kau tidak takut pasti karena memiliki rencana yang licik. Cepat beritahukan padaku apa rencanamu itu, petir kecil."

Bukannya menjawab, Dewa Petir malah memperkenalkan sosok berzirah emas pada Arya. "Dia adalah Raja Kera Langit, Sun Wukong. Apa kau masih mengingatnya?"

"Monyet tua, ku kira bulumu sudah rontok dan ubanan." Arya memperlihatkan seringai ejekan.

"Sialan, siapa bocah ini?" Umpat Sun Wukong sambil menggaruk kepalanya. "Manusia biasa? Oh jadi bocah ini yang menyebabkan kau mendapatkan hukuman, petir kecil." Sun Wukong mengalihkan pandangannya dari Arya ke Dewa Petir.

Mendengar demikian, Kirana Larasati dan Gundala Sena menatap Arya dengan sorot mata kebencian. Mereka tidak mengira jika pemuda yang diperkenalkan ayahnya sebagai muridnya itu ternyata manusia yang di kabarkan menjadi penyebab ayahnya mendapatkan hukuman.

Tidak hanya mereka berdua bahkan semua Dewa yang bertemu Arya juga tidak menyadari jika pemuda itu adalah bangsa manusia, sebab Dewa Petir telah merubah hawa pemuda itu menjadi hawa Dewa.

"Coba kita lihat apa yang istimewa dari dirimu." Suara Sun Wukong masih mengudara namun tubuhnya sudah menyerang Arya dengan mengayunkan kepalan tangannya ke kepala pemuda itu.

Arya dengan sigap melompat mundur, sehingga pukulan Sun Wukong hanya melesat tipis di depan hidungnya.

"Lemah, lambat... Tetapi cukup mengesankan untuk seukuran bocah sepertimu." Sun Wukong menyeringai. "Bersiaplah bocah, kali ini seranganku pasti akan mengenaimu."

Kali ini Sun Wukong meningkatkan kecepatan serangannya. Pada serangan awal, Arya masih bisa berkelit menghindar namun tidak butuh lama, pemuda itu di buat begitu kelabakan dan tersudutkan.

Dalam posisi bertahan, Arya membagi perhatiannya untuk mencari celah yang terbuka dari lawannya. Namun karena pergerakan Sun Wukong yang teramat cepat, membuat celah yang terlihat terbuka itupun sekejap tertutupi oleh serangan yang terus mengincar tubuhnya.

"Kenapa matamu melihat kesana-kemari, apa matamu kemasukkan semut. Hahaha.." Sun Wukong terkekeh kecil sambil terus melancarkan pukulan serta tendangan.

Tendangan Sun Wukong yang mengarah lurus menargetkan perut, membuat Arya tidak bisa mengelak dan terpaksa menahan serangan tersebut dengan menyilangkan kedua tangannya ke depan perut. Arya terlempar mundur sampai keluar gedung.

Belum juga Arya menginjakkan kakinya ke tanah, Sun Wukong telah berada di atas kepalanya dengan ancang-ancang yang siap melayangkan tendangan ke bawah. Mengincar kepala pemuda itu.

Tendangan tersebut hanya membelah udara, sedangkan targetnya sudah lenyap entah kemana. Mata Sun Wukong sedikit melebar, dia tersenyum tipis sebelum menghilang dari tempatnya melayang.

"Tidak ku sangka kemampuanmu berpindah tempat cukup cepat." Perkataan Sun Wukong terdengar mengudara namun sosoknya baru muncul sepersekian detik ketika Arya juga muncul mengambang di udara.

Sun Wukong tidak lantas menyerang kembali, dia mengamati tubuh Arya. Menurutnya dengan kemampuan yang hanya di tahap Pendekar Fana, setidaknya pemuda itu memerlukan waktu sepersekian detik sebelum benar-benar bisa berpindah tempat, tapi kenyataannya Arya berpindah tempat dalam sekejap tanpa meninggalkan jejak energi. Memaksa Wukong menggunakan mata saktinya untuk mendeteksi keberadaan pemuda itu.

Arya menyeringai. "Kenapa kau terkejut, monyet batu."

Sun Wukong seakan teringat sesuatu, hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu. "Apa kau Hydra.."

Mata Arya berubah warna emas dengan kornea mata seperti mata ular. Pemuda itu menatap Wukong dengan sorot mata yang begitu tajam. "Monyet batu, tetaplah batu. Selalu saja keras dan bertingkah semaunya."

"Tuan, akhirnya anda kembali. Sekarang aku mengerti alasan petir kecil mengorbankan diri demi anak manusia." Setelah berkata, Wukong menempelkan tangan kanannya ke dada sambil menundukkan kepala, menunjukkan rasa hormat mendalam kepada Arya.

"Hahaha... Tidak ku sangka Raja Kera Langit yang hebat bisa bersikap demikian pada seorang bocah."

Tidak jauh dari mereka, muncul sosok pria tegap memiliki rambut yang seluruhnya putih, menggunakan jubah dan mahkota yang juga putih. Dialah Kaisar Surga, Yu Huang. 

****** 

Cahaya matahari telah pergi dan di gantikan oleh temaram cahaya bulan sabit. Diantara gelapnya malam di balik rimbunnya pepohonan, terlihat beberapa Pendekar sedang berkelebatan dengan pakaian yang mengalami kerusakan seperti habis melakukan pertarungan.

"Kalian berpencar, kabarkan hal ini pada seluruh sekte yang ada di perkemahan. Biar aku sendiri yang menyampaikan informasi ini pada Tetua dan Patriark." Salah seorang memberi arahan pada rekan-rekannya.

Lima Pendekar mengangguk dan lantas berbelok arah kiri menuju area perkemahan. Sementara satu di antara mereka terus berkelebat lurus menuju Markas Sekte Lembah Petir.

Keenam Pendekar tersebut adalah murid-murid dari Sekte Lembah Petir yang di pekerjakan menjaga keamanan desa terdekat. Sebenarnya bukan hanya mereka berenam saja, terdapat lebih dari 30 anggota Sekte Lembah Petir yang juga di sewa desa terdekat untuk menjaga keamanan disana.

Namun desa tersebut saat ini sedang dilanda kekacauan, para anggota Sekte Lembah Petir lainnya kini tengah bertarung menghadapi para pembuat kericuhan tersebut. Dan karena kalah jumlah serta kekuatan, merekapun menyuruh sebagian rekannya agar kembali ke sekte untuk meminta bantuan.

Sesampainya di dalam Markas Sekte Lembah Petir, anggota yang baru tiba itupun langsung meminta pada para penjaga gerbang untuk membunyikan lonceng tanda bahaya.

Para penjaga sempat ragu, namun setelah mendengar penjelasan dari orang tersebut. Keraguan mereka seketika berganti kepanikan. Dengan segera merekapun membunyikan lonceng berulangkali.

Suara lonceng memecah keheningan malam, membuat seluruh penghuni Sekte Lembah Petir dilanda kebingungan sesaat dan lantas dengan segera menghentikan aktifitas, sedangkan yang sudah beristirahat langsung buru-buru keluar dari ruangan karena tahu jika suara lonceng yang terdengar tersebut adalah tanda bahwa sedang terjadi penyerangan.

Salah seorang tetua yang berada dekat dengan pintu gerbang kemudian melesat menghampiri orang yang membunyikan lonceng di atas menara. "Jelaskan apa yang terjadi.."

"Ada ribuan mayat hidup yang menyerang desa Sitaizui tetua. Dari informasi anggota yang menjaga di sana, ribuan mayat hidup itu sedang menuju kesini." Penjaga yang membunyikan lonceng menjelaskan.

"Lalu di mana anggota yang menyampaikan kabar itu?" Tetua tersebut merasa perlu mencurigai orang yang membawakan kabar, bisa jadi orang itu adalah penyusup.

"Dia pergi ke gedung utama, untuk menyampaikan hal ini pada para tetua dan Patriark, tetua."

"Perketat keamanan, jangan biarkan ada yang masuk ataupun keluar markas. Tunggu perintah selanjutnya." Tetua itupun kemudian terbang menuju gedung utama.

Di desa Sitaizui, pasukan mayat hidup yang datang dari berbagai penjuru menghancurkan apapun yang mereka lewati, termasuk membunuh para penduduk. Wanita dan anak-anak sebisa dan secepat mungkin di evakuasi, tetapi beberapa dari mereka yang bernasib malang, di tangkap dan ada pula yang di jadikan santapan untuk meningkatkan kekuatan para pasukan mayat hidup.

Beruntung bagi penduduk yang berhasil lari ataupun bersembunyi, sebab tujuan pasukan mayat hidup tersebut hanyalah lewat karena desa ini adalah salah satu akses untuk menuju Sekte Lembah Petir.

Petugas keamanan desa, baik dari pemerintah ataupun dari anggota Sekte Lembah Petir hampir semuanya telah tewas. Sedangkan yang terluka tergeletak begitu saja di antara reruntuhan bangunan dan jasad-jasad yang berserakan.

Pasukan mayat hidup terus bergerak memasuki jajaran perbukitan serta pegunungan. Beberapa diantara mereka bahkan memiliki badan yang tidak lagi lengkap. Ada yang tidak berkepala, ada yang merangkak karena tidak memiliki kaki, dan ada pula kepala yang berjalan menggelinding serta ada yang berjalan dengan bagian tubuh lainnya seperti potongan kaki ataupun tangan.

Mendapatkan kabar dari anggota Sekte Lembah Petir mengenai pasukan mayat hidup, pendekar dari berbagai Sekte segera meningkatkan kewaspadaan. Mereka mengirimkan beberapa anggota masing-masing agar memastikan kebenaran mengenai kabar tersebut.

Zang Lu bertengger pada sebuah pohon di atas bukit. Lahan luas di hadapannya cukup terterangi oleh cahaya rembulan. Di ujung lahan ada hutan yang cukup lebat.

Beberapa mil dari Zang Lu ke arah selatan, Fang Wu juga sedang nangkring di atas dahan pohon tertinggi. Di depannya ada padang ilalang yang mulai banyak mengering. Fang Wu memusatkan Qi ke panca inderanya, dia dapat melihat jelas sisi luar hutan. Suara binatang malam yang biasanya berdendang, kini tidak ada sama sekali. Hening dan mencekam.

Fang Wu menajamkan mata ketika melihat banyak sosok yang bergerak kaku diantara pepohonan, keluar dari hutan.

"Benarkah mereka mayat hidup, tapi kenapa tidak terlihat aura kematian dari mereka." Fang Wu terus mengamati sosok yang semakin lama semakin banyak yang keluar dari hutan, mengarah ke tempatnya.

Sekelebat siluet bayangan melintas di atas kepalanya, kelebatan sosok tersebut berseru kepada Fang Wu, menyuruhnya kembali dan mengabarkan hal ini pada yang lainnya.

"Gila, mereka terlalu banyak.." Fang Wu bergidik ngeri, bulu kuduk di sekujur tubuhnya meremang. Dia tidak pernah takut bertarung jika itu menghadapi sesama pendekar. Tetapi kali ini lain, musuh yang ada di hadapannya adalah ribuan mayat hidup. Dan dia sebenarnya paling takut dengan makhluk sejenis hantu.

Dengan tubuh gemetaran, Fang Wu melesat kembali ke area perkemahan untuk memberikan informasi dari pengamatannya pada Patriark dan tetua Sektenya.

Tetua Lin Hai melayang turun di atas ilalang sebelum melesat ke depan. Kilatan petir di sekujur tangannya telah siap untuk menghantam lawan.

Dalam jarak dekat, tetua Lin Hai tidak ragu lagi bahwa yang di hadapannya memanglah para mayat. Mereka seperti hidup, hanya sedikit kaku. "Mungkin karena sudah lama mati dan belum terbiasa bergerak." Pikir tetua Lin Hai, lalu terkekeh pelan.

Para mayat hidup itu memiliki bentuk tidak sempurna, akan membuat manusia biasa lari tunggang langgang. Tapi tidak dengan tetua Lin Hai, bukannya takut ataupun jijik, dia malah menganggap itu seperti lelucon yang pantas ditertawakan.

Melihat para mayat hidup terus bergerak maju, tetua Lin Hai lantas menghentakkan pukulan. Aliran listrik petir biru melesat cepat menghantam segerombolan mayat hidup, hingga membuat tubuh mereka hancur menjadi beberapa potongan. Anehnya, bagian yang hancur tersebut tetap bergerak maju.

Tetua Lin Hai nampak sedikit terkejut dengan termundur selangkah. Dia dengan segera menenangkan diri dan lalu melesatkan serangan jarak jauh bertubi-tubi berupa tembakan petir.

Serangan tersebut mencincang dan menembus tubuh mayat hidup, tetapi hal itu tidak membuat mereka berhenti bergerak.

Tetua Lin Hai melompat melayang tinggi di udara, pandangannya memperlihatkan pemandangan yang mengerikan, ribuan mayat hidup seakan tidak ada habisnya keluar dari hutan.

Beberapa mil di sebelah utara, Zang Lu tengah mengamuk, ratusan mayat hidup mengepungnya sedang yang lain terus bergerak ke arah Markas Lembah Petir.

Di sebelah barat daya, tetua dari Sekte Cakar Naga, Wu Zhang melesat ringan menyambut pasukan mayat hidup. Kebanyakan sudah tidak lagi utuh, bahkan ada beberapa yang hanya kerangka tengkorak saja. Golok tetua tersebut berkelebatan cepat membabat kepala. Dalam beberapa tarikan nafas, puluhan kepala dan tengkorak menggelinding.

"Apa? Mereka masih hidup!" Tetua Wu Zhang melompat ke belakang beberapa tombak, terkesima. Kini tubuh tanpa kepala itu mengejar tetua Wu Zhang. Bahkan kepala dan tengkorak yang terpenggal di atas tanah kering, sekarang menggelinding sambil meringis.

Terpopuler

Comments

Iwan Arema

Iwan Arema

👻👻👹👹☠️☠️👿👿

2024-05-11

1

Harman LokeST

Harman LokeST

kuuaaaaaaaaaaattkkaaaannnnnnn teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssss teekaaaaaaaaaaaaaaaayaaaaaddmuuuuu Li Tian untuk meningkatkan kultivasimu yang lebih tinggi lagi agar orang tidak merendahkanmu

2024-02-29

1

Teddy

Teddy

,,

2022-10-17

0

lihat semua
Episodes
1 Legenda Pusaka Matahari Penghancur
2 Tiba Di Sekte Lembah Petir
3 Bertemu Sang Paman
4 Rencana Penyerangan
5 Formasi Badai Petir
6 Pendekar Penyair
7 Membantu Putri Ming Yu Hua
8 Menyerap Energi Matahari
9 Amanat Dewa Petir
10 Kuda Bersayap
11 Serangan Mayat Hidup
12 Pertempuran
13 Berlatih Di Dimensi Cahaya Keabadian
14 Selamat Jalan Dewa Petir
15 Bantuan Tiba
16 Jebakan Leluhur
17 Tubuh Dewi Bulan
18 Memberikan Hukuman
19 Pedang Ilusi Penguasa Jiwa
20 Kembali
21 Kemunculan Dua Gadis Berpakaian Hitam
22 Arya Vs Tiga Tetua Iblis Berdarah
23 Membawa Tawanan
24 Keterkejutan Para Tetua
25 Rencana Arya
26 Menerima Tantangan
27 Menunjukkan Kemampuan
28 Ritual Persembahan
29 Ramuan Kejujuran
30 Tubuh Raja Kegelapan
31 Latih Tanding
32 Menghancurkan Pusaka Legenda
33 Sekte Yang Menghilang
34 Pengejaran Ke Daratan Utara
35 Asap Hijau Dari Pedang
36 Meningkatkan Kultivasi Paman
37 Zhiyuhan Pemuda Penyair
38 Makhluk Asap
39 Efek Kekuatan Raja Kegelapan
40 Membuka Gerbang
41 Saatnya Berpetualang
42 Amarah Sang Legenda Naga
43 Merubah Wujud
44 Nikmat Sesaat Derita Yang Bertubi-tubi
45 Tetua Muda
46 Menyelamatkan Anak Perempuan
47 Markas Bandit Taring Hitam
48 Tewasnya Wakil Ketua Bandit
49 Karma
50 Penyelamat Yang Di Nantikan
51 Bayangan Putih Dan Hitam
52 Sihir Hitam
53 Organisasi Yenmin
54 Air Suci Biarawati
55 Sosok Sebenarnya Biarawati
56 Gunung Phoenix
57 Pertapa Gila
58 Memberikan Tugas
59 Penjambret
60 Memenuhi Janji Nenek
61 Ujian Menjadi Prajurit
62 Kemunculan Panglima Kegelapan
63 Nasib Wanita Malang
64 Wabah Penyakit
65 Kericuhan Di Dalam Kedai
66 Awal Manis Berujung Kecewa
67 Menjalankan Rencana
68 Pertemuan Para Penyusup
69 Situasi Kerajaan
70 Rumah Seribu Bunga
71 Membeli Para Gadis
72 Memulai Pembersihan Kota
73 Kekacauan Di Dalam Kota
74 Duel Sengit
75 Pertarungan Di Dalam Kerajaan
76 Keputusasaan Para Penduduk
77 Transformasi
78 Penyerangan Dimulai
79 Jenderal Sun Jian Vs Demiao
80 Portal Dimensi
81 Rasa Bersalah
82 Mengirim Bantuan Ke Kerajaan Goading
83 Munculnya Pendekar Khusus
84 Membantu Pertempuran Di Kerjaaan
85 Pendekar Khusus Dan Ke-empat Tetua Iblis Berdarah
86 Ratu Hewan Iblis
87 Kemunculan Yang Selalu Membuat Rusuh
88 Akhir Dari Ratu Hewan Iblis
89 Racun Penyerap Sukma
90 Bunga Anggrek Hantu
91 Bersulang
92 Pembasmian Di Kota Goading
93 Pembasmian Kota Goading II
94 Pembasmian Kota Goading III
95 Pembasmian Kota Goading IV
96 Pembasmian Kota Goading V
97 Akhir Dari Sang Panglima Hewan Iblis
98 Panglima Kegelapan
99 Kembali Ke Benua Timur
100 Tiga Dara Di Sungai
101 Hantu Kepala Buntung
102 Rasa Penasaran
103 Pencuri Kacang
104 Teknik Terlarang
105 Kematian Yang Di Janjikan
106 Situasi Di Dalam Kerajaan
107 Keseriusan Arya
108 Arya Vs Yeva
109 Arya Vs Yeva II
110 Arya Vs Yeva III
111 Akhir Pertarungan
112 Memberikan Penjelasan
113 Kondisi Raja Kegelapan
114 Mengangkat Saudara
115 Rasa Penasaran Jenderal Yong We
116 Pertemuan Di Bukit Cinta
117 Memberikan Bukti
118 Berujung Perkelahian
119 Pertarungan Sepanjang Malam
120 Undangan
121 Berlatih Kembali
122 Keanehan Arya
123 Kerajaan Danau Lembah Peri
124 Dibawa Menghadap Tuan Rumah
125 Kehidupan Bawah Danau
126 Bertemu Sang Ratu
127 Bentuk Bunga Yang Dicari
128 Mengambil Bunga Energi
129 Meninggalkan Kerajaan Danau Lembah Peri
130 Pil Bunga Anggrek Hantu
131 Mengobati Sang Raja
132 Pendekar Bunga Darah
133 Kembalinya Raja Kegelapan
134 Soal Asmara Terbawa Sampai Tua
135 Pertarungan Sepasang Kekasih Dimasa lalu
136 Nasib Nie Zha
137 Kejahilan Putri Zhou Jing Yi
138 Orang Terluka Di Tengah Hutan
139 Pasukan Pangeran Tong Shun
140 Ajakan Bergabung
141 Surat Cinta
142 Ditangkap
143 Ketegangan Yang Berlarut-larut
144 Lengan Api
145 Cerita Desa Huangpu
146 Tiga Pembawa Maut
147 Pertarungan Di Tepi Sungai
148 Dendam Seorang Anak
149 Mendapatkan Teman Perjalanan
150 Potongan Tangan
151 Pertunjukan Nie Zha
152 Pengintip
153 Cinta Bersemi Di Malam Purnama
154 Niat Terselubung
155 Membantu Penyatuan Energi
156 Manusia Iblis
157 Tekad Melawan Sampai Mati
158 Pangeran Istana Es
159 Menginterogasi
160 Mencari Goa Tengkorak
161 Terjebak
162 Salah Memilih Lawan
163 Lorong Rahasia
164 Pesta Gila
165 Kebebasan Sang Pangeran Es
166 Menyelamatkan Sandera
167 Siluman Penjaga
168 Kakek Malang
169 Si Tua Sadis
170 Pedang Es Abadi
171 Kembalinya Pedang Pusaran Angin
172 Tewasnya Lima Biksu Sesat
173 Pengumuman
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Legenda Pusaka Matahari Penghancur
2
Tiba Di Sekte Lembah Petir
3
Bertemu Sang Paman
4
Rencana Penyerangan
5
Formasi Badai Petir
6
Pendekar Penyair
7
Membantu Putri Ming Yu Hua
8
Menyerap Energi Matahari
9
Amanat Dewa Petir
10
Kuda Bersayap
11
Serangan Mayat Hidup
12
Pertempuran
13
Berlatih Di Dimensi Cahaya Keabadian
14
Selamat Jalan Dewa Petir
15
Bantuan Tiba
16
Jebakan Leluhur
17
Tubuh Dewi Bulan
18
Memberikan Hukuman
19
Pedang Ilusi Penguasa Jiwa
20
Kembali
21
Kemunculan Dua Gadis Berpakaian Hitam
22
Arya Vs Tiga Tetua Iblis Berdarah
23
Membawa Tawanan
24
Keterkejutan Para Tetua
25
Rencana Arya
26
Menerima Tantangan
27
Menunjukkan Kemampuan
28
Ritual Persembahan
29
Ramuan Kejujuran
30
Tubuh Raja Kegelapan
31
Latih Tanding
32
Menghancurkan Pusaka Legenda
33
Sekte Yang Menghilang
34
Pengejaran Ke Daratan Utara
35
Asap Hijau Dari Pedang
36
Meningkatkan Kultivasi Paman
37
Zhiyuhan Pemuda Penyair
38
Makhluk Asap
39
Efek Kekuatan Raja Kegelapan
40
Membuka Gerbang
41
Saatnya Berpetualang
42
Amarah Sang Legenda Naga
43
Merubah Wujud
44
Nikmat Sesaat Derita Yang Bertubi-tubi
45
Tetua Muda
46
Menyelamatkan Anak Perempuan
47
Markas Bandit Taring Hitam
48
Tewasnya Wakil Ketua Bandit
49
Karma
50
Penyelamat Yang Di Nantikan
51
Bayangan Putih Dan Hitam
52
Sihir Hitam
53
Organisasi Yenmin
54
Air Suci Biarawati
55
Sosok Sebenarnya Biarawati
56
Gunung Phoenix
57
Pertapa Gila
58
Memberikan Tugas
59
Penjambret
60
Memenuhi Janji Nenek
61
Ujian Menjadi Prajurit
62
Kemunculan Panglima Kegelapan
63
Nasib Wanita Malang
64
Wabah Penyakit
65
Kericuhan Di Dalam Kedai
66
Awal Manis Berujung Kecewa
67
Menjalankan Rencana
68
Pertemuan Para Penyusup
69
Situasi Kerajaan
70
Rumah Seribu Bunga
71
Membeli Para Gadis
72
Memulai Pembersihan Kota
73
Kekacauan Di Dalam Kota
74
Duel Sengit
75
Pertarungan Di Dalam Kerajaan
76
Keputusasaan Para Penduduk
77
Transformasi
78
Penyerangan Dimulai
79
Jenderal Sun Jian Vs Demiao
80
Portal Dimensi
81
Rasa Bersalah
82
Mengirim Bantuan Ke Kerajaan Goading
83
Munculnya Pendekar Khusus
84
Membantu Pertempuran Di Kerjaaan
85
Pendekar Khusus Dan Ke-empat Tetua Iblis Berdarah
86
Ratu Hewan Iblis
87
Kemunculan Yang Selalu Membuat Rusuh
88
Akhir Dari Ratu Hewan Iblis
89
Racun Penyerap Sukma
90
Bunga Anggrek Hantu
91
Bersulang
92
Pembasmian Di Kota Goading
93
Pembasmian Kota Goading II
94
Pembasmian Kota Goading III
95
Pembasmian Kota Goading IV
96
Pembasmian Kota Goading V
97
Akhir Dari Sang Panglima Hewan Iblis
98
Panglima Kegelapan
99
Kembali Ke Benua Timur
100
Tiga Dara Di Sungai
101
Hantu Kepala Buntung
102
Rasa Penasaran
103
Pencuri Kacang
104
Teknik Terlarang
105
Kematian Yang Di Janjikan
106
Situasi Di Dalam Kerajaan
107
Keseriusan Arya
108
Arya Vs Yeva
109
Arya Vs Yeva II
110
Arya Vs Yeva III
111
Akhir Pertarungan
112
Memberikan Penjelasan
113
Kondisi Raja Kegelapan
114
Mengangkat Saudara
115
Rasa Penasaran Jenderal Yong We
116
Pertemuan Di Bukit Cinta
117
Memberikan Bukti
118
Berujung Perkelahian
119
Pertarungan Sepanjang Malam
120
Undangan
121
Berlatih Kembali
122
Keanehan Arya
123
Kerajaan Danau Lembah Peri
124
Dibawa Menghadap Tuan Rumah
125
Kehidupan Bawah Danau
126
Bertemu Sang Ratu
127
Bentuk Bunga Yang Dicari
128
Mengambil Bunga Energi
129
Meninggalkan Kerajaan Danau Lembah Peri
130
Pil Bunga Anggrek Hantu
131
Mengobati Sang Raja
132
Pendekar Bunga Darah
133
Kembalinya Raja Kegelapan
134
Soal Asmara Terbawa Sampai Tua
135
Pertarungan Sepasang Kekasih Dimasa lalu
136
Nasib Nie Zha
137
Kejahilan Putri Zhou Jing Yi
138
Orang Terluka Di Tengah Hutan
139
Pasukan Pangeran Tong Shun
140
Ajakan Bergabung
141
Surat Cinta
142
Ditangkap
143
Ketegangan Yang Berlarut-larut
144
Lengan Api
145
Cerita Desa Huangpu
146
Tiga Pembawa Maut
147
Pertarungan Di Tepi Sungai
148
Dendam Seorang Anak
149
Mendapatkan Teman Perjalanan
150
Potongan Tangan
151
Pertunjukan Nie Zha
152
Pengintip
153
Cinta Bersemi Di Malam Purnama
154
Niat Terselubung
155
Membantu Penyatuan Energi
156
Manusia Iblis
157
Tekad Melawan Sampai Mati
158
Pangeran Istana Es
159
Menginterogasi
160
Mencari Goa Tengkorak
161
Terjebak
162
Salah Memilih Lawan
163
Lorong Rahasia
164
Pesta Gila
165
Kebebasan Sang Pangeran Es
166
Menyelamatkan Sandera
167
Siluman Penjaga
168
Kakek Malang
169
Si Tua Sadis
170
Pedang Es Abadi
171
Kembalinya Pedang Pusaran Angin
172
Tewasnya Lima Biksu Sesat
173
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!