Pendekar Naga Emas S2
Novel ini adalah kelanjutan dari novel sebelumnya yang berjudul PENDEKAR NAGA EMAS.
Bagi yang belum membaca serial sebelumnya, silahkan dibaca dulu agar dapat mengikuti alur ceritanya.
*****
Dahulu kala, konon sebelum manusia menghuni kehidupan planet yang bernama Werkurius, dunia ini di tempati oleh makhluk yang suka berbuat kekacauan dan gemar sekali dengan pertumpahan darah.
Ribuan tahun berlalu, sampai ketika kekacauan semakin menjadi-jadi. Pertarungan di segala penjuru dunia berlangsung selama bertahun-tahun, dan hal itu menyebabkan kerusakan yang mengancam kehancuran planet ini.
Sang Maha Pencipta kemudian mengutus salah satu Dewa untuk turun dan membasmi seluruh makhluk itu.
Tidak ada yang tahu persis siapa Dewa utusan tersebut. Berdasarkan cerita masyarakat yang beredar dari zaman ke zaman, Sang Dewa utusan tersebut menumpas habis seluruh makhluk penghuni planet Werkurius sebelumnya dengan menggunakan Pusaka Legenda. Selepas tugasnya tuntas, Sang Dewa utusan itupun kembali ke alam Dewa, namun ia tidak bisa membawa kembali Pusaka Legenda yang bernama Pusaka Matahari Penghancur bersamanya.
Setelah pemusnahan masal tersebut, dunia ini tidak lagi berpenghuni selama puluhan ribu tahun. Kehancuran lingkungan kehidupan di dunia ini dan daratan yang sebelumnya kering tandus, mulai di tumbuhi berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang layak untuk menopang kehidupan baru.
Manusia pertama kemudian di ciptakan dari unsur tanah, dan manusia kedua tercipta dari tulang rusuk manusia pertama. Kedua insan manusia itupun berlainan kelamin, dan seiring waktu berjalan populasi manusia di dunia ini semakin bertambah.
Untuk menemani manusia dan sebagai bahan makanan bertahan hidup mereka, Sang Pencipta kemudian menciptakan berbagai hewan, baik yang hidup di daratan maupun yang di air.
Pertarungan pertama dari bangsa manusia pun terjadi, penyebab pertarungan itu adalah karena memperebutkan wanita.
Ratusan tahun berlalu, manusia yang diciptakan memiliki akal, mereka terus mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan. Populasi manusia lambat laun semakin banyak, mereka menyebar ke lima daratan ataupun benua yang ada di dunia ini.
Untuk menguji manusia yang pada saat itu terbilang memiliki kehidupan yang bisa di katakan damai, Sang Pencipta lantas mengirim seorang bangsa manusia dari belahan dunia yang berbeda.
Manusia itulah yang mengajarkan pada penghuni dunia ini mengenai ilmu sihir, beladiri dan lain sebagainya. Sosok itu pula yang menceritakan mengenai kisah tersebut kepada para muridnya. Sebelum sosok itu menghilang, dia menugaskan para murid kepercayaannya untuk menjaga lima pecahan Pusaka Matahari Penghancur yang tersebar di beberapa penjuru dunia.
Cerita turun temurun itupun seiring waktu mulai di lupakan, banyak yang beranggapan jika cerita itu hanyalah tahayul ataupun dongeng sebelum tidur. Namun cerita tersebut kembali mencuat beberapa waktu belakang ini, banyak dari kalangan Pendekar, orang-orang pemerintahan maupun masyarakat biasanya ramai-ramai membicarakannya. Entah siapa yang terlebih dahulu menyebarkan cerita ini kembali kepada khalayak ramai.
"Jadi Patriark mempercayai cerita itu?" Salah satu tetua yang berkumpul di aula pertemuan angkat bicara setelah mendengarkan Patriark Sektenya malah membahas topik di luar masalah yang sedang mereka diskusikan.
"Ya, untuk itulah aku mengumpulkan kalian semua." Patriark Pao Shaowen berkata dengan nada serius. Dia adalah salah satu dari dua Patriark Sekte Iblis Berdarah.
Belasan tetua yang berada di ruangan pertemuan hanya bisa tertunduk. Meski merasa cerita yang beredar tersebut hanyalah tahayul dan bahkan terdengar seperti lelucon, namun mereka tidak berani menyuarakan pendapat jika sudah melihat Patriark mereka seserius itu.
"Jika bukan karena mendapatkan informasi dari Raja kegelapan, tentu saja aku juga tidak akan mempercayainya sama seperti kalian."
Semua tetua yang tertunduk, mengangkat kepala menatap Patriark Pao Shaowen yang duduk di sebelah kursi Patriark Chao Yun Kwok. Kini mereka sadar atas kekeliruan mereka, yang sebelumnya beranggapan bahwa Patriark Pao Shaowen telah ikut termakan isu tahayul tersebut.
"Lalu bagaimana dengan rencana kita membangkitkan mayat hidup, Patriark." Tanya tetua Yan Heishan, dia adalah tetua terkuat sekaligus tangan kanan Patriark Pao Shaowen.
"Lakukan saja sesuai rencana, buatlah Kekaisaran ini gempar, dengan begitu para pendekar dan orang-orang kerajaan tidak akan lagi mempersulit tujuan kita yang sebentar lagi akan tercapai." Tandas Patriark Chao Yun Kwok.
"Sebagian dari kalian pergilah ke laut mati yang berada di ujung selatan pesisir Kekaisaran Yun. Di kedalaman laut itu terdapat kota yang hilang dari peradaban. Pecahkan teka-teki kuno yang terdapat disana dan dapatkan jarum langit." Patriark Pao Shaowen memberikan arahan.
"Tapi Patriark, untuk apa mencari jarum langit? Bukankah cerita yang beredar itu menjelaskan tentang pecahan Pusaka Legenda?"
"Tanpa jarum langit kita tidak akan bisa mengetahui keberadaan lima pecahan Pusaka itu. Lakukan saja sesuai perintahku.." Patriark Pao Shaowen berkata dengan lugas.
"Ba.. baik Patriark." Tetua yang mengutarakan pendapat tadi nampak gemetaran dan lalu tertunduk.
Patriark Pao Shaowen kemudian menunjuk delapan tetua yang ada di sana untuk maju ke hadapannya.
"Ini adalah misi rahasia, apapun yang terjadi kalian harus berhasil mendapatkan jarum langit itu."
"Sebelum kalian pergi ke laut mati, kalian bawa dan pelajarilah buku ini untuk memecahkan teka-teki kuno yang ada di sana." Patriark Pao Shaowen melemparkan sebuah buku tipis yang bersampulkan dari pelepah pohon pada salah satu tetua di hadapannya.
"Baik, Patriark. Apapun yang terjadi kami pasti akan mendapatkannya dan tidak akan kembali sebelum tugas kami berhasil." Ucap tetua Hui Chixia dengan mantap setelah menangkap buku yang di lemparkan Patriark Pao Shaowen.
Kedelapan tetua itupun kemudian pamit menjalankan misi mencari jarum langit.
"Kalian semua bawalah beberapa anggota, bongkar pemakaman dan bawa mayat-mayat yang kalian temukan ke sini." Perintah Patriark Pao Shaowen pada tetua yang tersisa.
Setelah semua tetua keluar dari ruangan pertemuan, Patriark Pao Shaowen nampak tersenyum licik.
"Nona, bagaimana keadaan pemuda yang kau bawa kemarin? Sepertinya kau tertarik pada ketampanannya." Tetua Yan Heishan bertanya setelah berjalan beriringan dengan seorang wanita yang memiliki mata biru.
Orang yang di panggil nona itupun menoleh, dia bernama Demiao, salah seorang tetua Iblis Berdarah yang baru beberapa bulan belakangan di angkat menjadi tetua.
"Maaf senior, jika anda bertujuan ingin menggodaku, itu salah besar. Aku hanya tertarik pada kepribadiannya, ku rasa dia akan sangat berguna bagi kita." Balas wanita itu dengan sopan, nampaknya dia segan pada Tetua Yan Heishan.
"Hmmm, jika benar dugaanku, sepertinya kau ingin menjadikannya murid, bukan?." Tetua Yan Heishan menyeringai tipis.
****
Sepeninggal dari kota Tianjing, Arya dan kawan-kawan melanjutkan perjalanan ke Sekte Lembah Petir dengan kembali menaiki Griffinhan.
Terlihat di atas punggung siluman elang setengah singa tersebut, ketiga bocah bersaudara sedang sibuk berlatih meskipun terkena terpaan angin yang lumayan kencang. Meski begitu keseimbangan tubuh mereka bertiga tetap terjaga, dan gerakan latihan merekapun juga tanpa kendala.
Di sudut lain, Arya sedang menikmati kesendirian dengan duduk di atas kepala Griffinhan, tatapannya lurus ke depan tapi dari sorot matanya terlihat jika dia sedang melamunkan sesuatu.
Perkataan Putri Ming Yu Hua masih terus berputar-putar di benaknya, Arya belum bisa mengambil sikap untuk memutuskan menolong Sang Putri atau justru memusuhinya. Satu sisi hatinya bergejolak menyuruhnya untuk memusuhi Sang Putri, namun di sisi lain dia merasa semua ini tidak ada hubungannya dengannya dan memilih untuk membantu sebagai sesama manusia.
Mata Arya mendadak mendelik, dia memegangi kepalanya yang terasa mau pecah. Entah kenapa tiba-tiba dalam otaknya terlintas kejadian demi kejadian yang tidak asing baginya, dia merasa pernah mengalami kejadian yang serupa seperti yang terlintas di dalam otaknya tersebut.
Tubuh Arya menggeliat sesaat sebelum. "Aaakkhh.." Pemuda itu menjerit histeris, lalu pingsan terjatuh dari atas kepala Griffinhan.
Huang She reflek mengulurkan kedua tangannya sedikit menunduk dengan posisi masih duduk bersila, ketika melihat Arya terjatuh. "Arya.."
Ketiga bocah bersaudara juga spontan menghentikan latihan, lalu menoleh ke tempat Arya duduk sebelumnya. Tubuh mereka bertiga tiba-tiba terdorong ke belakang saat Griffinhan bergerak terjun ke bawah.
Dengan kecepatan tinggi, Griffinhan berhasil mendaratkan tubuh Arya kembali ke atas tubuhnya.
Huang She dan ketiga bocah bersaudara segera menghampiri Arya yang terbaring pingsan, mereka nampak khawatir sekaligus kebingungan mengapa tanpa sebab Arya tiba-tiba pingsan seperti itu. "Apa yang terjadi?" Begitu pikir mereka.
"Tidak perlu khawatir, dia akan baik-baik saja. Sebentar lagi dia pasti akan jauh lebih baik." Tukas Putri Ming Yu Hua sambil memandangi Arya dengan senyuman penuh arti.
"Apa maksudmu? Pasti ini semua ulahmu." Cercah Huang She dengan ekspresi mengintimidasi kepada Putri Ming Yu Hua.
"Kenapa kau menuduhku? Apa kau lihat aku melakukan sesuatu padanya?"
"Tentu, setelah malam itu dia berubah. Apa yang sebenarnya kau katakan padanya."
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Dia hanya sedang mengingat sesuatu, biarkan dia istirahat, sebentar lagi dia pasti sadar." Putri Ming Yu Hua tetap tenang, lalu kembali duduk menghadap ke depan.
Huang She sebenarnya ingin memaksa Putri Ming Yu Hua untuk menceritakan semuanya, namun segera di urungkannya sebab dia teringat perkataan Arya, jika permasalahan antara pemuda itu dengan Sang Putri adalah privasi mereka berdua.
"Kalian bertiga kembalilah berlatih, kak Arya hanya butuh istirahat." Huang She berkata lembut kepada ketiga bocah bersaudara yang menatap Arya dengan cemas.
Setelah ketiga bocah bersaudara melanjutkan latihan, Huang She lantas mengangkat kepala Arya dan menyandarkannya di atas pahanya. Gadis itu membelai lembut rambut Arya sambil terus memandangi wajah tampan pemuda itu.
"Selama bersamamu aku tak pernah melihatmu tidur bahkan pingsan seperti ini. Sebenarnya apa yang terjadi padamu." Huang She membatin sambil memegangi pipi pemuda yang bersandar di pangkuannya tersebut.
"Aku tahu dengan semua kemampuanmu, kau pasti memiliki takdir yang berat. Tapi kenapa kau tidak pernah berterus-terang dan menyimpan banyak rahasia padaku. Jika kau memang tidak menaruh hati terhadapku, setidaknya biarkan aku menjadi tempat keluh kesahmu." Lanjut Huang She membatin. Melihat pemuda yang sangat di kagumi dan dicintainya terbaring di atas pangkuannya, ingin rasanya dia mencium pemuda itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Iwan Arema
😱😱😱😇😇😇
2024-05-10
1
Umi Yanah
yesssssss
2024-05-06
0
Yanka Raga
🤩
2024-03-12
0