Tinggal 15 hari lagi menuju kematiannya Ryan hanya menatap kalender dengan wajah yang sangat memelas, kemudian tersenyum masam dan mengingat kalau dia pernah mengintip seseorang di toilet. Sebaiknya meminta maaf tapi dia tidak berani, ya itu hanya sebuah kecelakaan menurutnya.
Kemarin Vina bersamanya menghabiskan waktu bersama tapi selepas ganti baju dia akan pergi ke rumah Rani, dia ingin melihat keadaannya karena tepat kemarin malam seseorang menelepon nomornya. Mengaku sebagai bawahannya Adly mengabarkan kalau Rani sudah tahu semuanya, walau Ryan tidak percaya tapi tidak salah untuk mempertimbangkannya.
Ryan melepaskan baju kemudian menggantinya, "aku pikir mungkin saja dia benar tidak bohong..."
Melemparkan baju bekasnya ke tumpukan cucian sudah ada banyak yang kotor, tapi tidak ada niat untuk membersihkannya. Dia keluar rumah melihat kalau hari ini sangatlah cerah, sedikit memasang senyum kecil sembari berjalan. Melangkahkan kaki menuju rumah Rani.
Dia berjalan dengan sedikit cepat dan ada beberapa orang yang menjauhinya, merasa heran dengan apa yang terjadi karena saat berjalan orang-orang ada yang menjauh dan tertawa saat melihatnya. Tanpa mempedulikan orang lain dia tetap berjalan, namun ada sebuah mobil dan dia melihat bayangan dirinya di kaca mobil.
Wajahnya sangat terkejut dengan merona merah, "... Salah! Bajuku terbalik...! Pantas orang-orang ngeliatin aku!"
Dia melihat sebuah gang kecil segera pergi ke sana kemudian melepaskan bajunya, segera membalikannya dengan benar dan memakainya kembali. Hanya saja dia lihat kalau ada seorang anak kecil yang duduk tidur, merasa kasihan pada karena tidur dilantai begitu rasanya membuat Ryan datang padanya.
Dia menepuk badannya beberapa kali, "hey.. bangunlah..."
"Hmm.. siapa ?!" Ucapnya sontak kaget melihat Ryan yang ada di hadapannya. Ryan juga kaget karena kalau anak ini seorang anak kecil, dia kelihatan sangat kotor dan pakaiannya compang camping. Wajahnya cukup banyak debu.
Melihat sekitarnya lelaki itu sadar kalau tidak ada rumah atau apapun dekat sini, sontak dia kaget karena melihat ada sebuah kotak kue. Ada sesuatu yang membuat Ryan merasa heran.
Ryan bertanya dengan senyum masam, "Kenapa kamu tidur di sini ?"
"Ayah ditangkap polisi walau dia gak salah!"
"Hah ?"
"Kakak temannya ayah, bukan ?! Tolong dia!"
"Temannya ayah kamu ? Memang siapa namanya ?" Tanya Ryan menanggapi perkataan anak ini. Dia berpikir kalau tidak memiliki teman bapak-bapak, tapi setelah anak ini memberikan sebuah dompet padanya. Dia membukanya melihat kalau ada sebuah foto, sontak dia kaget dengan isinya.
Membandingkan antara ayah dan anaknya, Ryan beranggapan kalau memang benar mereka seperti keluarga. Tetapi dia sangat tidak percaya karena temannya itu mempunyai anak, itu sangat tidak dipercaya olehnya.
Ryan mengelus rambutnya dengan pelan, "apa Adly bener ayah kamu ?"
"Iya.. aku diusir dari kontrakan karena ayah belum bayar dan karena belum pulang terus bekerja. Memang kalau di rumah ada semuanya yang aku butuhkan.. hanya saja..."
"Adly meninggalkan kamu karena bekerja, tapi kenapa kamu gak bawa baju atau apapun itu dari rumah ?"
"Ibu kontrakan enggak bolehin aku bawa apapun dari rumah," jawab anak kecil dengan sedikit pelan. Mendengar penjelasannya Ryan sangat begitu jengkel, orang itu membiarkan anak sekecil ini pergi dan ayahnya itu sedang bekerja. Terlebih lagi pasti takkan bisa pulang untuk waktu yang lama.
Tapi bukannya aneh ? Ya itulah yang dipikirin oleh Ryan, dia mengelus kepalanya lagi dan menghela napas panjang. Beberapa saat kemudian berniat membawanya pulang.
Ryan tersenyum masam, "kamu diusir sejak kapan ?"
"Kemarin," jawab anak di depannya. Ryan hanya menarik napas panjang karena berpikir kalau anak ini begini karena ayahnya gak pulang, harus mengurus masalahnya dan sekarang menghadapi hukuman. Dia berpikir untuk menjaga anak ini sampai Adly pulang. Saat bertanya namanya, anak ini tidak bicara dan memberikan sebuah kartu nama.
Ryan melihatnya kalau namanya bagus, "Alia.. nama yang bagus!"
"Ayah yang berikan."
"Ya kakak juga tahu itu, yah.. karena ayah kamu sih," ujar Ryan hanya kebingungan. Alia dibawa olehnya pergi ke rumah Rani, dia pikir akan membelikan pakaian untuknya. Tidak ada pakaian untuk anak kecil sepertinya di rumah Ryan.
Berjalan menuju Rani saat itu juga dia bertemu dengan Widya yang sedang berjalan, Ryan menyapanya dan saat menoleh ke belakang Widya mengangguk membalasnya. Tidak lama melihat anak yang sedang berjalan bersama Ryan.
Widya bertanya, "anak siapa ini ?"
"Ini anaknya Adly, tanyakan saja padanya."
"Kak! Apa perempuan ini pacarnya ayah ?!"
"W-widya, kamu gak apa !?" Tanya Ryan dengan panik melihat Widya terdiam dengan menatap Alia dengan senyumnya. Matanya kosong membuat Ryan cemas, tapi dia sadar dan ingat kalau Widya punya perasaan pada Adly pasti itu menyakitkan baginya. Ya karena lalu mereka menikah Alia akan jadi anak angkatnya, itulah yang dipikirkan oleh Ryan sambil melihatnya.
Widya bertanya pada Ryan mau kemana, dijawab olehnya mau ke rumah Rani.. dia menggendong Alia yang saat ini masih berumur 5 tahun dan pergi bersamanya ke tujuan. Hanya saja Alia dan Widya kelihatan akrab. Ryan bingung karenanya.
Sesampainya di depan rumah Rani memakan waktu 13 menit untuk sampai, gadis itu masuk ke dalam bersama Rani dan mereka menekan bel pintu. Pintu terbuka memperlihatkan seorang pelayan, dia menyingkir dari pintu mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam.
Ada Rani yang sedang duduk di sofa dengan wajah yang murung, tapi setelah melihat Ryan yang sedang masuk. Dia ceria kembali melihat orang uang dicintainya itu, hanya saja melihat Widya dan Ryan bersama anak kecil bersama mereka. Itu membuatnya cemberut, berpikir kalau mereka seperti keluarga kecil.
Widya datang padanya, "Rani! Lihat.. Alia, anakku sama Adly!"
"Hah ?!" Ucap ibu Rani dan anaknya terkejut. Mendengar hal itu seorang pelayan juga terdiam, Ryan sedikit tertawa dengan pemandangan yang dilihat matanya. Ibu Rani berdiri lalu meminta Widya untuk menggendongnya, tapi Alia tidak mau dan malah memegangi tangan Widya.
Hanya saja saat itu ada sebuah rantai melesat dari jendela memecahkan kaca lalu rantai itu menancap pada dinding, tidak lama ada seseorang melesat datang dari dapur. Dia terjatuh tersungkur... Memiliki rambut putih platinum dan pupil mata merah, dia kelihatan sangat kelelahan.
Melihat orang itu atau ayahnya, Alia meronta membuat Widya melepaskannya langsung memeluk ayahnya itu...
Alia menangis, "kenapa ayah gak pulang ?! Ibu kontrakan marah-marah ke aku!"
"Maafkan ayah.. sialnya ada banyak kerjaan dan barang-barang...?"
"Gak dibolehin bawa."
"Ya sudahlah tidak penting juga kecuali kartu keluarga dan yang lainnya biar ayah ambil nanti sekalian bayar. Telat sehari udah ngusir aja... Dasar kurang ajar!"
"Hump! Ayah harusnya luangin waktu buat aku!" Ucap Alia sambil cemberut. Adly tersenyum masam padanya tapi Widya datang dan dia kelihatan sangat menantikan jawaban dari Adly, wajah lelaki itu jadi sangat ketakutan melihat gadis itu.
Adly menunjuk Widya sambil gemetaran, "ini ibu kamu loh... Dan ya Widya, aku bisa jelasin kok!"
"Ibu ? Ibu ?!... Apa bakal punya adik juga !?"
"Eh ?! Soal itu... Alia, kamu harus... Bersabar dua tahun lagi... Ibu belum cukup umur buat mengandung," jawab Widya dengan gugup dan wajah merona merah. Dia kelihatan sangat malu mendengar perkataan Alia, dan begitu juga dengan Adly yang sangat malu juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Zahra Fitria
8
2021-05-25
0