Remaja lelaki itu sedang menunggu diparkiran yang banyak orang sedang bicara namun tidak dikenali olehnya, setelah beberapa saat menunggu ada seseorang yang datang. Itu adalah dokter yang mengurus Ryan sebelumnya, dia datang dan memberikan uang pada Ryan.
"Apa kamu yakin ?" Tanya dokter sekali lagi. Ryan yang mendengarnya sudah bosan karena beberapa kali dokter itu bertanya hal yang sama berulangkali, berulangkali juga Ryan mendengarnya.
"Ah, aku sangat yakin dan kebutuhan hidup selama sebulan itu sejuta saja tidak akan habis."
Dokter itu menghela napas kemudian tersenyum, "Kamu hemat sekali, kalau bisa bapak ingin gantikan kamu saja untuk mati."
Ryan niatnya tidak ingin bicara, tetapi ingin ada yang dikatakan olehnya dan sekarang mulutnya terbuka mau mengatakan suatu pesan padanya, "Aku tidak memiliki kemampuan apapun, tapi bapak punya dan seperti kerjaan bapak. Selamatkan nyawa orang yang masih bisa diselamatkan, bapak itu pahlawan loh.."
"Sudah lama bapak tidak mendengar ucapan semacam itu!" Jawab dokter sambil menepuk pundaknya Ryan. Ryan tersenyum dan pergi sambil melambaikan tangannya, dia menuju jalanan melihat kalau sudah lampu merah dan dia menyebrang bersama beberapa orang.
Dia menuju rumahnya namun dia tidak ingin pulang, melihat kalau ada sebuah taman banyak anak yang sedang bermain dengan riang gembira. Langit begitu indah dengan cuaca yang cerah, banyak orang yang sedang bercumbu rayu membuat Ryan merasa iri.
Ia ingin menaruh hati pada seseorang kalau tidak memiliki penyakit heartlosive, jika dia tidak usah khawatir akan meninggalkan kekasihnya. Namun itu hanya angan-angan belaka, dia takkan bisa mendapatkan seorang kekasih.
Menghembuskan napas dia melihat ke langit kalau melihat hari ini masih saja cerah, walau dia pikir harusnya mendung dan hujan. Tapi cuaca sama sekali tidak menangis, seperti dirinya yang akan meninggal tapi sama sekali tidak merasakan kesedihan.
Karena dia tidak punya sesuatu yang berharga untuk ditinggalkan...
"Suram sekali hidupku," ujarnya sembari tersenyum dan berjalan. Dia melangkahkan kaki masuk ke dalam cafe, Ryan memesan kopi dan sandwich untuk makan siangnya. Dia begitu lapar tapi tidak ada nafsu makan sekalipun.
Beberapa saat setelahnya pesanan datang dihantarkan oleh pelayan, dia melahap roti itu dengan cukup lahap. Dia pikir nanti takkan bisa merasakan apapun sesudah mati, itulah yang dia pikirkan saat ini dan seteguk kopi dia rasakan sama seperti biasanya. Pahit dan manis.
Dia mengambil ponselnya melihat kalau ada banyak pesan yang datang, semua orang dikelas maupun sekolahnya hampir semuanya sudah tahu soal penyakitnya dan usianya. Besok dia memutuskan untuk tidak sekolah saja... Pasti guru akan mengerti.
Mengambil uang dalam dompetnya, dia mengeluarkan pengeluaran lebih dan menyimpannya di atas meja...
"Mbak, uangnya di atas meja!" Kata Rian memanggil pelayan. Pelayan itu menoleh ke arah Ryan, dia mengangguk dan membuka mulutnya bertanya, "Apa ada kembaliannya ?"
Ryan beranjak dari kursi, "Buat mbak aja."
Pelayan itu menunduk pada Ryan yang sudah pergi, tapi saat dia membuka topinya ternyata orang itu gadis yang memiliki rambut yang diikat dan matanya hanya menatap Ryan yang pergi.
Rani yang terdiam dengan nampan di tangannya, dia hanya menunduk dan sekarang melepaskan pakaian pelayan. Dia membayar salah satu pelayan, karena sepulang dari rumah sakit Rani mengikuti Ryan kemanapun dia pergi. Entah Ryan sadar atau tidak, gadis itu memputuskan untuk terus mengikutinya.
Rani mengejar Ryan, sekarang Ryan masuk ke suatu gang dan melihat ada beberapa preman yang menghadang dirinya. Saat Ryan mengeluarkan sebuah belati, mereka semua tersenyum menyeringai dan membiarkan dia lewat...
"Aku diikuti seseorang, kalian bisa mengerti ?"
"Ah, tenang saja! Kami takkan membiarkan dia lewat!"
"Makasih untuk itu, paman."
"Apa kamu membutuhkan sesuatu ?" Tanya salah satu preman itu. Mendengar pertanyaan darinya, Ryan menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Orang-orang itu melihat keluar gang, mereka tidak sadar ada Rani tapi gadis itu kini sedang terdiam duduk dikursi depan jalanan.
Awalnya dia pikir kalau Ryan tidak menyadari keberadaannya, tapi ternyata dia keliru dan sekarang ia tidak bisa mengikuti Ryan lagi...
***
Besoknya sekolah ada seorang siswa yang alfa, mereka yang merindukan dirinya hanya bisa menunggu saja apakah dia sekolah atau tidak. Guru juga melihat namanya, dia pikir akan mencoretnya karena kenyataan sebulan lagi dia akan meninggal.
Walaupun seperti itu semua orang yang mengenal maupun dekat dengannya tidak ingin ditinggalkan, mereka berharap suatu keajaiban terjadi. Meski itu mustahil sekalipun, mereka hanya berharap saja dan melakukan apapun sebisanya.
Saat bel berbunyi menandakan waktunya untuk pelajaran pertama, ada seseorang yang lihat dari jendela kelas dan Ryan hanya menatap kelas dengan mata yang sendu...
"Ryan !?" Salah satu murid melihatnya. Ryan yang sadar segera pergi, tapi melihatnya pergi Rani langsung keluar dari kelas tanpa memikirkan apapun dan beberapa orang ikut juga dengannya. Guru mau melarang juga takkan bisa, mau bagaimana sekalipun Ryan sudah mau pergi.
Setidaknya ingin memberikan sesuatu hal yang akan diingat olehnya, tetapi Ryan masuk ke dalam gudang dan hari kedua ini sangat begitu kosong baginya. Sesampai teman-temannya berada di hadapannya, Ryan hanya memeluk Zian saja dan itu hanya tipuan.
Padahal Ryan memasukkan sesuatu pada saku Zian tanpa sepengetahuannya...
Ryan menepuk pundaknya, "Kalian lupakan aku, aku hanya mau melihat sekolah ini saja untuk terakhir kalinya."
"Masuklah ke kelas dulu, biarkan semua orang melihat kamu!" Kata Widya agak mendesak. Ryan pergi tanpa mempedulikan perkataannya, Zian yang hendak mau mengejar ada suatu kertas jatuh dari saku jaketnya.
Dia mengambilnya melihat kalau ini adalah sebuah surat bahkan sekilas saja dia sudah tahu kalau ini adalah tulisannya Ryan, sekarang saat membacanya sontak membuat dirinya kaget dan wajahnya begitu tidak bisa menahan tangisan.
Setetes demi tetes terjatuh keluar dari matanya itu dan sekarang semua orang yang bersamanya bertanya-tanya kenapa menangis, merekapun sadar kalau Fauzan sedang membaca sebuah tulisan. Widya mengambilnya dan melihat kalau ada sebuah tulisan yang menunjukan waktu Ryan hidup, umurnya ternyata hanya 29 hari lagi.
Memang kata dokternya Ryan, dia mengatakan kalau remaja itu memiliki umur 3 bulan lagi tapi dalam surat tertulis berbohong. Dia tidak ingin teman-temannya itu akan merasa kehilangan dirinya, Ryan ini dilupakan oleh mereka semua.
Namun, mereka semua tampak sangat tidak bisa merelakan kepergiannya...
"Lalu bagaimana ?" Tanya seseorang memecah keheningan diantara mereka. Mereka tersadar lalu Widya yang paling merespon, dia menggelengkan kepalanya dan sedikit memerah serta menunduk.
"Umurnya itu sangat pendek, dia pasti syok dan tidak bisa berpikir apapun... Dia ingin kalian melupakannya pasti tidak ingin membuat kalian sedih. Begitulah maksudnya," ujar orang itu sambil tersenyum lebar. Angin pun datang menyibakkan rambutnya, dia sekarang terdiam dengan senyuman itu.
Dalam hatinya dia paham betul perasaan Ryan, dia juga memiliki penyakit yang sama tetapi selamanya dan hidupnya akan lama namun, dia tenggelam ke dalam sebuah jurang tanpa dasar...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Juleo Hari
aaaa
2024-08-19
0
Zahra Fitria
7
2021-05-25
0
Rika_Chan
kemampuan membacaku harus di tingkatin lagi nih( ╹▽╹ )
2021-05-06
1