Hari itu Rani menulis beberapa materi pelajaran bahasa karena tanggal ujian sudah dekat, dia mengukir, menulis, dan mengerjakan latihan soal dengan teliti. Tapi seseorang menganggu dirinya, membuatnya kaget tidak main ketika ada sebuah es krim di atas meja miliknya.
Untung bukunya tidak basah karena es itu belum meleleh dan masih dalam bungkusnya, tapi matanya menatap kepada orang yang melemparnya yang tidak lain dan bukan adalah Ryan dengan senyum menyeringainya.
"Makanlah."
"Gak mau."
"Mentang-mentang ini barang murah, dasar tuan putri."
"Baik-baik aku makan!" Tegas Rani dengan cemberut. Dia mengambil es krim itu dan mengigitnya, walau Ryan agak terkejut karena gadis ini sama sekali tidak merasakan linu atau semacamnya.
Hanya saja lelaki ini tidak terkejut lagi dengan apa yang terjadi, beberapa saat kemudian bel berbunyi menandakan waktunya untuk pulang dan sembari ada es krim di mulutnya Rani membereskan barangnya. Ryan juga tidak tinggal diam melihatnya.
Dia ikut turut membantu Rani membereskan barangnya, tapi entah kenapa saat itu Rani menghabiskan es krimnya dengan cepat dan wajahnya begitu memerah apel.
Mereka berdua bersama para murid keluar dari kelas dan berjalan di lorong kelas menuju gerbang sekolah untuk pulang ke rumah masing-masing...
Walau ada beberapa anak yang berlarian tapi kebanyakan mereka sudah pada pulang karena banyak yang membolos, walau Ryan agak jengkel dengan perilaku teman-temannya tapi tetap bersabar saja untuk saat ini. Entah dimasa yang akan datang.
"Kamu dijemput ayahmu ?"
"Tergantung aku meneleponnya atau tidak."
"Kalau begitu mau jalan kaki saja ? Itu sehat lalu jarak rumahmu cukup dekat.."
"Aku takut sendiri."
"Hahh.. kamu mah, kalau begitu mau bersamaku ?" Usul Ryan dengan senyum khas miliknya. Namun saat Rani mendengar usulannya itu, dia memerah kembali dan memalingkan wajahnya ke samping.
Begitu juga dengan Ryan yang bingung kenapa temannya ini malah memalingkan wajahnya, hanya saja dalam hati dia merasakan sesuatu yang aneh dan begitu menyakitkan tapi masih bisa untuk ditahan olehnya. Namun, itu takkan lama.
Sehingga dia meminta maaf pada Rani untuk pulang duluan, dia tahu kalau penyakitnya mulai kambuh lagi dan tidak membawa obat karena persediaannya habis. Sekali meminum obat adalah beberapa tidak satu-satu karena efek obat itu sangat rendah, makanya membutuhkan setengah botol agar penderita penyakit merasa tenang.
Ryan berlari menjauh, "Maaf aku duluan!"
"Ah iya! Hati-hati sampai rumah dan besok ulang tahunku! Aku mengundangmu! Nanti aku chat!" Teriak Rani seraya melambaikan tangannya. Kedua remaja itu berpisah dengan senyum diantara mereka, tetapi Ryan hanya memasang senyum palsu semata.
Disebuah gang dia muntah darah dengan batuk yang sangat kencang, tangannya tak bisa diam dengan getaran yang tinggi. Para preman hanya memandang padanya saja, mereka tidak berani untuk memalak orang seperti Ryan.
Karena penyakit heartlosive sangat membuat penderita menjadi agresif bahkan tenaga mereka menjadi berkali-kali lipat, itulah alasan mereka mengamuk dan sebagainya. Banyak juga yang mengaitkan kalau penyakit ini berasal dari para orang tua yang mabuk-mabukan, membuat anak mereka memiliki penyakit semacam ini.
Sedangkan gadis itu sedang naik taksi menuju rumahnya sambil terus menguap karena mengantuk, semalaman belajar dan tidak tidur sama sekali makanya sangat mengantuk.
Setelah sampai tujuannya ia meminta supir untuk berhenti kemudian turun, Rani memberikan sejumlah uang padanya dan taksi itu pergi.
saat berjalan ada kedua orang pasangan suami-istri sedang berdiri di depannya...
"Kenapa naik taksi ? Bukannya ayah bisa jemput."
"Ayah bukannya sedang mesra-mesraan sama ibu ?"
"Kamu masih kecil, jangan sok tahu deh."
"Baik, ibuku yang cantik manis..." Kata Rani dengan agak mengejek. Ia mendorong gerbang untuk sedikit terbuka membiarkan dia masuk, Rani melihat halaman rumahnya sedang ada orang yang memotong rumput di sana.
Ia tahu kalau kedua orang tuanya sedang mempersiapkan pesta kejutan untuk anaknya, walau harusnya tidak usah memberikan kejutan karena Rani sudah beberapa kali mengalaminya.
Gadis itu masuk ke dalam rumah melihat kalau seperti biasanya rumah besar, memiliki semuanya tapi dia merasa kesepian. Rambutnya yang diikat itu terurai oleh angin dari jendela, dia membuka ikat rambutnya dan merasa kalau semuanya hampa ketika Ryan tidak ada.
Begitulah apa yang ada dipikirannya dan diwaktu yang sama lelaki itu sedang menyiksa dirinya sendiri dengan cukup sadis...
"Besok.. rasa sakit ini harus menghilang, aku tak boleh mengecewakan Rani!" Ucapnya dalam hati sembari membulatkan tekad. Dia terus meminum obat itu seperti mabuk, wajahnya sangat menahan pahit. Walau seperti itu dia tak mau menyerah.
Berserah pasrah itu tidak dia kenal dalam hidupnya, tujuannya hanya menikmati sisa hidupnya yang hanya sebentar lagi tanpa siapapun dan membuat kesan buruk pada Rani agar meninggalkannya.
Semakin mereka dekat, semakin juga tinggi tidak akan menjamin menyimpan kasih sayang pada satu sama lain dan sebelum itu terjadi Ryan ingin mengakhiri semuanya...
"Apa kamu tidak apa hah ?"
"Aku baik."
"Aku merasa kalau kau tidak baik."
"Sudah kubilang kalau aku tidak apa, Fauzan."
"Sudahlah terserah padamu tapi jangan terlalu banyak memakan obat itu," ucap Fauzan dengan senyum. Ryan yang menatap sahabatnya itu hanya terdiam ketika melihatnya babak belur, dia kelihatan kacau dan tangannya berdarah.
Sebuah luka yang kelihatan serius mulai terlihat, pupil mata Ryan seperti mulai kehilangan warnanya dan dadanya sangat sesak tidak bisa bernapas dengan tenang. Sadar akan hal itu Fauzan menendang dadanya, segera Ryan tersadar dan muntah darah.
Melihat temannya begitu, Fauzan hanya bisa melihat dan memberikan dukungan semata walau hanya itu yang bisa dilakukan olehnya sebagai sahabat.
"Kamu masih saja mau temenan sama aku."
"Benar! Aku masih suka sama kakak lidi!"
"Sudah lupain saja, kenapa kamu masih menyebutku begitu ? Aku ini manusia dan lihatlah aku sudah tidak kurus seperti beruang lagi. Aku sudah terisi."
"Aku tahu dan beruang itu gede bukan kurus, hanya saj---"
Ada yang menyela perkataan Fauzan tapi bukan dengan kata-kata melainkan dengan tindakan yang cukup membuat semua orang kaget, tentu mereka termasuk dan keduanya kaget dengan wajah yang tidak main kagetnya.
Sebuah boneka mirip dengan setan dari film yang baru keluar jatuh, mereka berdua sangat kaget dengan kejadian itu dan itu bukanlah angin karena jendela ditutup. Namun, ada orang yang menjatuhkannya.
Ryan tahu itu ulah siapa langsung melempar batu pada pintu lemari, setelah mengenai pintunya tercipta suara benturan antara pintu kayu dan batu membuat suara nyaring...
Tak lama pintu terbuka memperlihatkan seorang boneka cantik sedang berdiri, Fauzan menatapnya dengan tajam dan keringat bercucuran dari dahinya. Walau dia tahu kalau ada seseorang di dalamnya.
Seseorang keluar, "Baa!!"
"Kau ini anak kecil ?"
"Ah, maaf aku hanya ingin kalian jantungan saja."
"Kau kurang ajar banget!" Kata Ryan sambil mengepalkan tangannya. Kedua lelaki itu mengepalkan tangannya, tetap saja gadis itu hanya tersenyum masam ketika menghadapinya karena hanya iseng saja dan dia mengatakan itu tanpa sengaja dia keluarkan dari mulutnya.
Saat itu juga ada yang aneh dengan Ryan, dia seketika berteriak dengan keras dan menekan-nekan dadanya. Heartlosive kambuh lagi... Begitulah dalam pikirannya yang kacau, dia ingin segera untuk bebas dari penyakitnya ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
£¢°® Naema Queen ♥️♥️
kasihan Ryan 😥
2024-05-09
1
Jimmy Avolution
Ayo....
2021-10-13
2
Zahra Fitria
0
2021-05-24
1