Ryan sedang meminum minuman dengan wajah yang sendu karena hari-harinya bersama semua orang akan habis 19 hari lagi, itu membuatnya sedih tapi mau bagaimana lagi. Dia melihat langit-langit rumah dengan tatapan yang sendu, dia kembali meneguk minumannya.
Meregangkan tangannya dia pergi ke kamarnya dan mengambil ponselnya, melihat keluar jendela kalau hari ini sangatlah cerah dan dia memutuskan untuk pergi ke rumahnya Rani karena mungkin itu kunjungan terakhirnya. Mungkin akan membawa beberapa oleh-oleh.
Mematikan televisi yang sedang menampilkan berita tentang penculikan bayi untuk dibesarkan dan digunakan untuk nanti dibunuh jadi pengganti nyawa orang lain, pemerintah sedang menghentikannya. Memakai organisasi yang rahasia.
Namun dia tidak tahu apa yang terjadi dipagi hari ini pada Rani di kamarnya...
"Kenapa ini ?! Rasanya menyakitkan!" Ucapnya sambil memegangi bantal. Dia sangat merasakan sakit dibagian dadanya, rasanya seperti jantung pecah dan itu sangatlah menyakitkan. Serasa ditebas pedang.
Tidak ada yang sadar di rumah itu apa yang terjadi pada gadis itu, kemudian karena kehilangan konsentrasi dia terjatuh dari ranjang ke lantai. Berdiri dari tempatnya, dia dengan napas terengah-engah berjalan menuju luar kamar. Tetapi saat melihat ada seseorang yang sedang terdiam duduk di sofa, wajahnya sangat marah.
Namun kemarahan itu memicu sesuatu, lelaki yang berada di sofa adalah seseorang yang akan dijodohkan dengannya. Tetapi... Hal itu membuat Rani marah dan memicu penyakit heartlosive yang sedang menggerogoti tubuhnya, sekarang Rani berteriak dengan suara cukup keras.
Seisi rumah terdiam dan kedua orang tuanya datang, mereka memiliki wajah yang sangatlah cemas. Karena itu lah berharap kalau tunangannya Rani itu bisa membuatnya tenang, tapi malah sebaliknya karena Rani sama sekali tidak suka padanya. Dia hanya pura-pura senang agar orang tuanya tidak kecewa, tapi itu menjadi sebuah malapetaka.
Rani mencakar lantai beberapa kali, dia mengeluarkan liur dari mulutnya dan tidak lama ingin mencekik lehernya sendiri. Ayahnya menghentikannya, tapi dengan tenaga ayahnya sekalipun gadis itu tetap begitu. Seakan kerasukan setan, dia terus memberontak.
Hanya saja seseorang datang dengan cepat menarik Rani, dia menendang dadanya membuat Rani muntah dan mentengkurapkan badannya. Wajahnya seakan tidak percaya...
Ryan memukul kepala Rani, "Rani, kenapa kamu tidak pernah bilang kalau punya tunang---maksudku penyakit heartlosive ?"
"Ryan, tolong Rani! Ibu mohon!" Ucap ibu Rani sambil menunduk memohon. Mendengar perkataan ibunya, Ryan hanya bisa mengangguk dan melakukan sebisanya saja agar Rani tidak merusak tubuhnya sendiri. Tangan Ryan hampir terlepas memegang pergelangan tangan Rani, karena kekuatan Rani saat ini bukan tandingan seorang petinju juga akan kalah.
Matanya Rani memerah dan terbuka lebar, berkali-kali muntah darah kemudian dia tidak lama tenang dengan wajah yang pucat. Dalam pikirannya saat ini dia senang, setengah kegilaan memasuki pikirannya dan sangatlah tidak bisa berpikir jernih.
Saat pengidap heartlosive menderita untuk pertama kalinya dia akan menjadi setengah sadar, atau biasanya alam bawah sadar mereka akan kacau. Biasanya akan langsung mengungkapkan kebencian pada seseorang atau apapun itu.
Rani meronta dan membuat keadaan terbalik, Ryan sekarang ditindih oleh Rani dengan senyum seringai serta pipi yang merona merah. Dengan mata yang memerah dan air liur yang tercucur, sekilas membuat Rani seakan sebuah binatang yang mau memakan mangsanya.
Ryan mengelus pipi Rani yang sudah banyak darah keluar dari matanya, "Ternyata kayak gini saat pertama kali aku menderita, kamu pasti sakit ya ? Aku juga merasakannya kok, jadi tenanglah..."
"Ryan! Aku cinta kamu! Jangan tinggalkan aku! Ya! Ahahah!"
"Rani tenanglah, kumohon!" Kata Ryan memegang tangannya Rani dengan erat. Tidak lama keluar air mata dari Ryan, wajahnya sangat sedih minat Rani yang sudah tergila-gila seperti ini. Kebanyakan pengidap akan langsung meninggal setelah gejala ini, namun Rani tetap bertahan karena tendangan dadanya sebelumnya.
Saat gejala sudah terlihat jelas itu akan merusak tubuh mereka, seseorang harus menendang dada mereka atau pada jantung. Entah kenapa bisa terjadi membuat tenang mereka, hanya saja kasus Rani berbeda karena harusnya dia pingsan saat ini. Itu yang membuat Ryan heran.
Beberapa saat kemudian ada seseorang yang terdiam di tangga, mereka berdua memakai suatu topeng. Hanya saja menembak Rani dengan sebuah pistol, mereka pada akhirnya pergi. Sontak setelah menerima serangan itu Rani pingsan karena itu adalah obat bius, mereka menembakan obat bius.
Ayahnya membantu Ryan untuk berdiri setelah seseorang pelayan mengangkat Rani pergi ke kamarnya, sekarang Ryan hanya menatap Rani yang dibawa pergi. Tidak lama ayahnya menghela napas meminta untuk duduk pada Ryan.
Menyanggupinya dia duduk di sofa bersama seseorang adalah tunangan Rani, orang itu menatapnya jijik...
Merasa tidak nyaman Ryan bertanya padanya, "Maaf ada apa ya ?.. kenapa tatapan anda itu..."
"Ambil saja wanita itu, aku tidak ingin wanita kayak dia."
"Apa maksudmu ?"
"Mana ada yang mau dengan orang yang penyakitan seperti dia."
"Apa maksudmu bicara seperti itu ?!" Anya Ryan membentak. Dia berdiri dari tempat duduknya, menghampiri orang itu dan mencengkram kerah bajunya. Sekarang dia sangat marah karena dia menyepelekan penyakit itu, orang biasa mana ada yang tahu. Itu sungguh sangat menjengkelkan.
Namun seseorang tiba-tiba berada di samping Ryan sontak membuatnya kaget, tidak lama tendangan mendarat pada wajahnya lelaki itu. Dia terlempar jauh sekitar 7 meter, itu membuat Ryan sangat heran dan takut pada orang ini. Sekuat apa tendangannya itu, bahkan orang itu langsung pingsan.
Ryan memperhatikan bajunya sama seperti anggota militer dan melihat sebuah lambang pada bajunya, sadar itu adalah lambang belati putih membuat Ryan waspada padanya. Hanya saja, mereka menembakkan bius pada Rani dan Ryan tahu soal gosip mereka membunuh orang-orang pengidap heartlosive, karena hal itu dia mau menyerang orang ini tapi bagaimana caranya.
"Kami takkan membunuh Rani tenang saja."
"Suara itu ?... Adly ?"
"Ya kau tahu ternyata," jawabnya. Selang beberapa lama Zian datang dengan membawa sebuah kotak kecil, dia pergi ke kamar Rani dan sekarang mereka duduk bersampingan.
"Kau mungkin sudah tahu alasan kami berada di sini dengan seragam ini, kau tahu bukan soal berita tentang pencangkokan organ tubuh ?"
"Ah ya aku tahu, memangnya kenapa ?" Tanya Ryan balik. Dia tahu karena berita itu sangat panas hari ini, tapi saat mendengar ini wajah Ryan sangat begitu terkejut dengan mata terbuka lebar. Dia teringat seseorang dan menyebutkan namanya, mendengar sebutan nama itu Adly mengangguk.
Ryan menangis mendengarkan hal ini karena gadis yang dicintai olehnya itu adalah salah satu bayi yang dilahirkan untuk dibunuh, dia menyeka air matanya karena semua orang memiliki takdir yang kejam. Setelahnya dia mencoba untuk tidak akan membuat Rani cemas.
Membersihkan darah Rani yang ada di tangannya dengan saputangan, dia menghela napas kemudian berdiri dari tempat duduknya dan melihat ruangan kamar Rani. Dia membulatkan tekadnya untuk bertanya pada ayahnya Rani, karena Vina pasti sudah tahu kalau hari ini akan tiba. Ingin mendengar dari ayahnya Rani secara langsung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Zahra Fitria
15
2021-05-25
0
Hiatus
Semangat
2021-05-04
1