Ryan mencoret tanggal hari ini, terdapat angka 27 yang dicoret olehnya dan tampak sekali senyum yang dia keluarkan. Ada bola datang ke arahnya, dia menangkapnya dan melihat ada anak yang meminta bola itu darinya.
Dia melemparkannya pelan dan anak itu pergi setelah berterima-kasih, Ryan melihat ke langit kalau ada sesuatu yang sangat membuatnya tertarik. Pesawat... Benda itu bisa terbang membuatnya ingin menaikinya, walau dia bisa pergi ke tempat yang diinginkan olehnya kalau memakai semua uangnya.
Tetapi hal itu tidak diinginkan olehnya, dia sekarang mengingat hari kemarin saat bersenang-senang dengan teman-teman. Walau dia tidak mengira kalau setelah pulang adalah suatu bencana, bahkan itu terjadi dalam bus yang sedang dinaikinya.
"Ryan! Tahanlah!" Teriak Zian sembari menindih tubuh Ryan. Tangan lelaki itu mencoba untuk menusuk dadanya sendiri, namun Zian dan yang lainnya tetap menghentikan pergerakannya.
Sedangkan di belakang terdapat para siswi yang sedang berbisik-bisik, mereka pasti membicarakan tentang Ryan yang sedang mengamuk. Wajah mereka sangat cemas diiringi ketakutan juga, kini hanya bisa merasa kasihan saja pada lelaki itu.
"Dia pasti menderita, bukan ?"
"Hmm.. aku juga pikir begitu, kasihan sekali dia padahal aku menaruh hati padanya."
"Hah ?!"
"Jangan dipikir! A-Aku cuman bercanda!" Kata seorang siswi dengan wajah merona merah. Beberapa orang melihatnya, dia segera memalingkan wajahnya ke belakang dan bersamaan Ryan tenang dengan napas terengah-engah.
Matanya begitu merah, dia hanya menunduk karena semua temannya memberikan dukungan hanya saja tetap tidak membuat Ryan merasa baikan. Setelahnya dia pulang kerumahnya dihantarkan oleh Zian bersamanya.
Itu adalah hal yang sangat tidak bisa dilupakan oleh semua orang yang saat itu bersama Ryan uang mengamuk, begitu pula dengan Ryan sendiri yang masih sangat merasa bersalah. Dia memberikan tubuhnya, lemas dia rasakan dan tidak lama menguap karena mengantuk.
Beberapa saat matanya terpejam menikmati suasana yang nyaman untuk tidur siang, banyak orang seperti dirinya yang tidur di taman ini dan harusnya Ryan membawa alas untuknya, itulah yang sedang dipikirin olehnya.
"Kamu tidur siang di tempat begini ?" Tanya seseorang membuat Ryan membuka kelopak matanya. Dia melihat ke arah suara ada Vina yang sedang berdiri, Ryan memintanya untuk duduk terlebih dahulu dia mengangguk dan duduk di sampingnya.
Beberapa saat Vina membuka mulutnya sambil kelihatan ketakutan...
"Apa kami takut mati ?"
"Hmm.. tentu aku takut, tapi lebih takut ke mana aku akan pergi atau menghadapi apa setelah kematian, kemudian bagaimana perasaan orang-orang yang aku tinggalkan... Itu semua yang aku takutkan."
Vina menyeka air matanya, "baguslah dan sebaiknya kamu pulang jangan tiduran di tempat kayak gini."
Ryan bertanya ketika Vina berdiri, "Mau kemana lagi ?"
"Pulang... Aku ada urusan yang penting, dah!" Ucapnya sembari pergi dengan berlari kecil. Kini Ryan hanya melihat gadis itu sedang pergi, dia menghembuskan napas dan kulihat ke langit yang sedang cerah.
Namun dia mulai merasakan kembali dadanya mulai sakit dan dingin, segera dia mengambil botol obat kemudian memakannya sampai habis. Dia menelan seluruh obat dan napasnya tidak teratur, terengah-engah dengan keringat yang membasahi tubuhnya.
Dia menyeka keringat itu dan berdiri, melakukan apa yang dikatakan oleh Vina yaitu pulang...
Sambil berjalan dia memesan taksi online untuknya pulang, dia menunggu depan jalan dan melihat kalau tidak ada taksi yang lewat. Hendak mengecek lokasi taksi itu berada, taksi itu datang dan berhenti di depannya Ryan. Remaja itupun mengetuk jendela mobilnya.
"Ya ? Apa dengan Ryan ?"
"Ah, iya..."
"Baik memang benar anda," kata supir dengan senyum yang cukup lebar. Masuk ke dalam mobil Ryan menyender pada kursi, dia merasakan kalau begitu nyamannya dalam mobil ini karena ada pewangi dan itu nyaman sekali baginya.
Mobil berjalan menuju rumah Ryan, begitu pula Ryan yang sedang memandangi jalanan dan wajahnya sangat memerah sambil memikirkan Vina. Walau sebaiknya tidak usah memikirkan gadis itu, tetap saja Ryan memerah dan merasakan kalau perasaanya takkan pudar.
Sebagaimana sekalipun juga, pasti dia akan mati dan takkan bisa bersama gadis itu mau bagaimanapun juga. Namun tidak salahnya dia hanya ingin mengungkapkan perasaannya, dia hanya ingin mengungkapkan dan tidak berhubungan apapun.
Mobil taksi berhenti dan supir bicara, "Nah sudah sampai.."
"Makasih pak dan bayaran ada diaplikasi," jawab Ryan sambil keluar dari mobil. Dia lihat ke rumahnya kalau ada mobil yang terparkir di halaman depan, wajahnya sontak kaget dan setelah taksi itu pergi dia terjatuh ke jalanan.
Badannya tiba-tiba lemas karena orang yang tidak menganggap dirinya sudah berada dalam rumahnya, dua sangat merasa sakit tapi mencoba untuk berdiri dan saat melihat seseorang yang hanya status saja sebagai ayahnya. Dia mengepalkan tangannya dengan geram.
Bagaikan harimau yang mau menerkam, dia hanya menatap ayahnya dengan wajah yang sangatlah marah dan matanya terbuka lebar ketika dia bersama seseorang perempuan...
"Perempuan itu ?!.. ayah bodoh!" Ucap Ryan sambil mengingat kejadian semalam. Setelah pulang dari liburannya, Zian setelah pergi dari menghantar Ryan ke rumahnya. Remaja itu mau masuk ke rumahnya tapi mengingat kalau bahan makanan tinggal sedikit dia membawa uang dan pergi meninggalkan rumahnya mau membeli beberapa bahan makanan.
Saat berjalan dia melihat seorang wanita yang sedang mabuk, ada seorang pria tampan bersamanya dan mereka saling bercumbu rayu. Saat Ryan lewat mereka yang sedang mabuk menabrak Ryan, Ryan kemudian pergi tanpa mengatakan apapun.
Tetapi pria itu mengambil kerah baju Ryan dan memukulnya tanpa alasan yang jelas, remaja itu berdiri dengan tatapan yang marah. Berlari pada pria itu, dia mendaratkan pukulan pada pipinya.
Mereka berdua berkelahi dengan serius, sampai pria itu kabur dengan luka yang babak belur dan Ryan yang hanya sedikit terluka. Karena dalam keadaan mabuk jadi kesusahan untuk berkelahi terlebih lagi Ryan dalam keadaan bagus...
Suara dingin terdengar masuk ke dalam penderangan Ryan, "Kau sudah pulang... Ternyata. Ada yang mau dibicarakan."
"Kenapa kau datang kemari dan siapa wanita itu ?"
"Dia ibu barumu."
"Ibu baru! Beraninya kau mengantikan ibuku!" Teriak Ryan dengan cucuran air mata. Dia mencengkram kerah bajunya erat-erat, ayahnya melawan dan mereka saling memukul. Anak itu tidak terima dengan apa yang dikatakan ayahnya barusan, tetapi penyakitnya kambuh.
Dia terjatuh dengan posisi jongkok sekarang, tidak lama muntah darah dan wajah ayahnya Ryan langsung kelihatan marah. Awalnya dia hanya bersikap dingin memiliki wajah datar, tetapi setelah lihat penyakit itu emosinya meledak.
Ryan membenturkan kepalanya ke tanah, ayahnya melihat itu sudah biasa dan dia berdiri kemudian menunduk melihat anaknya menyiksa dirinya sendiri. Tidak ada rasa kasihan pada anak sekalipun, hati pria itu sudah tertutup sepenuhnya.
Beberapa saat Ryan tersadar dan muntah lagi, remaja itu bangkit dari tempatnya berlutut.. lututnya sangat sakit, begitu juga kakinya yang sangat lemas tapi dalam hatinya. Dia masih saja tidak terima perkataan ayahnya barusan... Namun keinginan dan kemarahannya tidak bisa mengikuti keinginannya... Sekarang dia terkapar jatuh ke bawah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Zahra Fitria
9o
2021-05-25
0