04. heartlosive

Malam hari dihari ulang tahun Rani, Ryan sedang duduk disebuah kursi taman sembari memikirkan alasan untuknya tidak menghadiri acara tersebut. Dalam hatinya sangat ketakutan, dia tidak mau sampai merepotkan semua orang maka dari itu memilih untuk tidak menghadirinya.

Walau itu akan membuat Rani sakit hati tapi lebih baik sakit dari pada minta maaf yang tidak perlu, itu sangat penting buat Ryan dan begitu pula Rani yang menunggu kedatangannya.

"Kenapa dia belum datang sih!" Ucap Rani yang sedang terdiam duduk. Matanya hanya melihat kerumunan orang yang datang, dia sangat tidak nyaman tapi tetap melakukannya karena dia pikir ayah dan ibunya sudah membuatkan pesta ini.

Seseorang datang dia bicara, "Yahh.. Rani begitu cantik hari ini."

"Heh.. memang aku sebelumnya tidak ?"

"Aku cuman bercanda, lalu Sarah juga mau datang katanya."

"Datang ? Bukannya dia harusnya bersama Fauzan ?"

"Mereka melupakanmu dan hanya mempedulikan kencan mereka," timpal Widya padanya. Melihat kerumunan kembali Widya duduk di sampingnya, mereka bicara satu sama lain sambil terus mencari dan mencari seseorang yang ditunggu olehnya.

Beberapa saat kemudian Rani terpikir untuk menelepon Ryan saja, dia sangat menginginkan lelaki itu datang ke tempatnya saat ini dan mungkin saja waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya. Mungkin menaruh kasih sayang pada seseorang yang paling diinginkan olehnya, walau Ryan belum tahu perasaan terhadapnya.

Memanggil nomornya Ryan, Rani terus saja menunggu dan disaat ponselnya berdering ada sebuah kontak Rani terlihat dilayar handphone membuat lelaki itu sontak terkejut. Merekapun bicara lewat panggilan telepon...

"A-Aku sedang dalam perjalanan."

"Kenapa lama ?"

"Umm.. aku membantu seseorang yang dicopet."

"Begitu yah ? Kalau begitu cepatlah!" Kata Rani setengah membentak. Setelahnya panggilan langsung ditutup oleh gadis itu sembari kelihatan murung karena dia pikir Ryan selalu saja mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri, dia sangat ingin Ryan hanya memperhatikan dirinya semata saja.

Ryan yang sedang berlari menuju ke rumah Rani yang besar itu dengan tergesa-gesa.. setelah sampai dia terengah-engah depan gerbang rumah, melirik ke sekitarnya banyak orang yang hadir.

Dia hendak masuk tapi dihadang oleh penjaga gerbang, pria itu meminta undangan dari Ryan yang belum diberi oleh Rani...

"Tidak ada tapi pribadi Rani ngundang saya."

"Jangan bohong! Cepetan kau pergi dari sini saja!"

"Hahh... Baik-baik jangan salahkan aku jika dia marah," timpal Ryan pada bentakan pria berjas hitam di depannya itu. Dia pergi ke bawah pohon dan mengirim pesan pada Rani, begitu pula di dalam Rani menerimanya dan membacanya.

Setelah membacanya dia menghela napas kemudian hendak pergi keluar ada ayahnya yang bertanya mau kemana dirinya, Rani pun jujur mengatakan mau keluar menjemput temannya karena tidak memiliki undangan. Ayahnya yang mendengar mengangguk dan memperbolehkannya.

Rani keluar bersama Widya, merekapun melihat kalau remaja itu sedang duduk diam melihat ke arah mereka dan tidak lama melambaikan tangannya. Rani menatap sinis pada kedua penjaga, mereka tidak lama sadar dan menghampiri Ryan.

Penjaga menunduk, "M-maaf... Kamu bisa masuk sekarang."

"Baiklah aku masuk, maaf untuk memanggil Rani.. aku terpaksa," jawabnya sembari masuk ke dalam. Ia disambut kedua gadis itu dan masuklah mereka berdua ke dalam rumah. Sekali lagi Ryan melihat rumah besar dan mewah ini, dia melihat banyak orang yang datang.

Namun tidak ada temannya... Zian itu dan kekasihnya, dia bertanya-tanya kemana keberadaan mereka berdua sekarang ini. Sekarang dia bertanya pada Rani, namun Rani hanya menghela napas dan dijawab oleh Widya yang kelihatan tidak peduli dengan mata yang sinis.

"Dia.. maksudku mereka sedang kencan," ucap Widya dengan helaan napas setelahnya. Mendengar perkataannya barusan Ryan hanya memelas, dia pikir hanya dia teman lelakinya Rani di rumah ini sekarang ini waktu ini.

Beberapa saat kemudian ada seseorang yang menabraknya, dia menoleh ke samping dan melihat remaja yang memiliki rambut putih platinum beserta luka di pipinya bekas sayatan pisau. Begitu pula pupil matanya yang merah membuatnya keliatan seakan penjahat...

"Ayahmu ada ?" Tanya orang itu pada Rani. Orang yang ditanya menunjuk ke sebuah ruangan, dia mengatakan kalau itu kamarnya.

"Oh iya selamat."

Rani menarik tangan Ryan, "Ah, makasih dan ini Ryan temanku."

"Ahaha.. salam kenal," balas Ryan dengan senyum masam. Dia tidak lama menatap tajam ke arah ruangan itu dengan lama hampir melamun, Widya hanya memalingkan wajahnya saja dan memerah.

Tangannya gemetaran kemudian dia menarik napas dalam-dalam dan hembuskannya...

"Anu... B-bagaimana soal... S-surat itu ?!"

"Surat apaan ?"

"Widya, orangnya sudah pergi menemui ayahku katanya..." Bisik Rani pada Widya. Gadis berparas panjang itu memerah, dia langsung pergi mengambil minum dengan napas terengah-engah.

Tapi saat Ryan tahu apa yang terjadi dia senang kalau Widya menyukai seseorang, namun itu memicu penyakitnya kambuh karena senang. Dia menekan dadanya kiat-kiat takut dia mengacaukan pesta ini, lalu dia tidak membawa obatnya.

Inilah yang dia takutkan untuk datang kemari, dia tidak bisa bicara apapun dan Zian tidak ada beserta Widya jauh dari tempatnya. Saat ini dia berkeringat menahan rasa sakit, hendak ingin berteriak tapi tidak bisa melakukannya.

Disaat sedang merasai sakit itu, remaja tadi datang dan menariknya diwaktu yang tepat ketika Rani dipanggil oleh seseorang dan diajak bicara.

Ryan dibawa olehnya ke lorong yang sepi, dia memberikan kotak obat dan Ryan melihatnya sekilas juga tahu kalau ini obat penghilang rasa sakit. Langsung sadar kalau remaja ini tahu soal penyakitnya.

Karena Ryan sudah berada dalam batasnya, dia membuka botolnya dan memakan dua obat sekaligus mengunyahnya tanpa minum setetes sekalipun. Sepahit apapun tetap saja harus diminum olehnya, apalagi dia merepotkan seseorang yang baru dia kenal bahkan namanya juga tidak diketahui olehnya.

Setelah beberapa saat akhirnya dia bisa bicara walau agak kesusahan...

"K-kamu kenapa tahu..."

"Sudahlah.. sekarang kamu masuklah ke gudang, jangan memakan obat di sini dan aku harus segera pergi, apa kamu baik-baik saja sendiri ?"

"Ah, aku baik.. makasih untuk perhatianmu dan nanti aku ganti obat ini..."

"Tidak usah, kamu sehatlah saja!" Ucapnya seraya pergi menjauh kembali ke pesta. Namun rasa sakitnya tetap ada, dia teringat akan perkataan orang tadi dan membuka pintu gudang kemudian masuk.

Melihat gudang yang bersih dia pikir kalau seluruh rumah ini terurus dengan baik termasuk tempat yang sering tidak dipedulikan, kini dia duduk dan sedang terdiam memikirkan cara agar bisa keluar dari pesta ini. Lebih baik Rani marah padanya daripada pestanya hancur gara-gara dirinya.

Walau kebanyakan orang merasa kasihan pada pengidap penyakit ini, mereka memaklumi kondisi mereka dan sebisa mungkin akan membantu jika ada yang bisa dilakukan olehnya. Ryan bisa saja meminta pertolongan, tapi yang dia pikirkan adalah Rani akan sedih bila pestanya hancur.

Dia memutuskan untuk tinggal di sini sampai pesta selesai dan berharap tidak ada yang menemukannya, dia juga berharap kalau Rani akan mencarinya. Kemungkinan kecil Rani takkan mencarinya, karena dia adalah tokoh utama dalam pesta ini. Jadi dia takkan bisa mencarinya...

Terpopuler

Comments

Zahra Fitria

Zahra Fitria

2

2021-05-24

1

lihat semua
Episodes
1 01. heartlosive
2 02. heartlosive
3 03. heartlosive
4 04. heartlosive
5 05. heartlosive
6 06. heartlosive
7 07. heartlosive
8 08. heartlosive
9 09. heartlosive
10 10. Ryan
11 11. Ryan
12 12. Ryan
13 13. Ryan
14 14. Ryan
15 15. Ryan
16 16. Ryan
17 17. Ryan
18 18. Ryan
19 19. Ryan
20 20. Ryan
21 21. Ryan
22 22. Ryan
23 23. Ryan
24 24. Ryan
25 25. Ryan
26 26. Ryan
27 27. Ryan
28 28. Ryan
29 29. Rani
30 30. Rani
31 31. Rani
32 32. Rani
33 33. Rani
34 34. Rani
35 35. Rani
36 36. Adly
37 37. Adly
38 38. Adly
39 39. Adly
40 40. Fauzan
41 41. Fauzan
42 42. Fauzan
43 43. Fauzan
44 44. Fauzan
45 45. Vina
46 46. Fauzan
47 47. Zaky
48 48. Rani
49 49. Adly, Widya
50 50. Adly, Widya
51 51. Rani, Zaky
52 52. Adly, Zaky
53 53. Adly, Zaky
54 54. Zaky, Adly
55 54. Zaky, Adly
56 56. Ezra, Fauzan
57 57. Elentry
58 58. Ezra, Fauzan
59 59. Ryan, Vina
60 60. Keluarga Adly
61 61. Keluarga Adly
62 62. Keluarga Adly
63 63. Keluarga Adly
64 64. Widya
65 65. Widya
66 66. Rani, Ryan
67 67. Rani, Ryan
68 68. Adly
69 69. Ezra, Adly
70 70. Adly, Zyred
71 71. Keluarga Adly
72 72. Keluarga Adly
73 73. ...
74 74. Surya
75 75. Surya
76 76. Zaky
77 77. Zaky
78 78. Ibu Adly
79 79. Zaky
80 90. Zyred
81 81. Ryan
82 82. Surya, Adly
83 83. Ezra
84 84. Ezra, Ryan
85 85. Keluarga Adly
86 86. Zaky
87 Episode 87 : Kekacauan Di Kota
88 Episode 88 : Zombi Yang Bernapas Dan Mengeluarkan Suhu tubuh Seperti Manusia...
89 Episode 89 : Umur Dua Bulan Bisa Seperti Anak Sepuluh Tahun
90 Episode 90 : Kekalahan Adly Pada Pertarungan
91 Episode 91 : Fidya Terbawa Kedalam Pertarungan
92 Episode 92 : Seorang Pria Tua Bersama Rencananya
93 Episode 93 : Mewariskan Kekuatan Pada Anaknya
94 Episode 94 : Kematian Adly
95 Episode 95 : Seseorang Sudah Tidak Mampu Lagi
96 Episode 96 : Zaky Bersama Perasaannya Pada Gadis
97 Episode 97 : Ezra FrameEmpat Vs Zombi Raksasa
98 Episode 98 : Selamanya Akan Kulindungi Kalian Bertiga
99 Episode 99 : Bayangan Adly Vs Fidya Anaknya Kakaknya
100 Episode 100 : Kekuatan Luar Biasa Dari Anak Kecil
101 Episode 101 : Seorang Zombi Gadis
102 DyntalGear ... KnightGear ... ArctalGear
103 Episode 102 : Zombi Perempuan Dan Ryan
104 Episode 103 : Mantannya Ryan Yaitu Zombi
105 Episode 104 : Adiknya Ryan Bersama Para Zombi
106 Episode 105 : Masalah Ryan Dan Ayah Zaky
107 Episode 106 : Zombi Kelelawar Menyerang
108 Episode 107 : Anak Kecil Tapi ... Begitulah ...
109 Episode 108 : Ryan Dan Seluruh Zombi Di kota
110 Episode 109 : Seorang Anak Yang Terlalu Sayang Pada Ayahnya
111 Episode 110 : Mencari Kartu Memori Di Bandara
112 Episode 111 : Anak Gadis Dan Zombi Bunga
113 Episode 112 : Kartu Memori
114 Episode 113 : Dokumen Di Bandara
115 Episode 114 : Ryan Yang Akan Mengamuk
116 Episode 115 : Belati Putih Mengangkat Senjata!
117 Episode 116 : Suara Tembakan Yang Terdengar Keras
118 Episode 117 : Balas Budi
119 Episode 118 : Tangan Penuh Darah Tapi tersenyum Dan Tertawa
120 Episode 119 : Dragrise Si Kadal
121 Episode 120 : Ekspresi Wajah Fauzan
122 Episode 121 : Regu Pembantai Diawal
123 Episode 122 : Tangan Berlumuran Dengan Darah
124 Episode 123 : Adik Dan Kakak
125 Episode 124 : Seorang Belati Hitam Di Depannya
126 Episode 125 : Kata-kata Mereka Semua
127 Episode 126 : Tiga Tahun Setelahnya
128 Episode 127 : Kalung Peninggalan Seorang Adly
129 Episode 128 : Suasana Baru Yang Aneh
130 Episode 129 : Hewan-Hewan Yang Berubah Dan bermunculan
131 Episode 130 : Kecupan Dari Seorang Gadis
132 Episode 130 : Kaki Adly Dalam Plastik ? Ha ?
133 Episode 132 : Playboy Yang Berulah
134 Episode 133 : Ayah Dan Anak Menyeringai Jahat
135 Episode 134 : Dunia Mimpi Ryan
136 Episode 135 : Keluar dari Dunia impian
137 Episode 136 : Ryan Dan Timnya
138 Episode 137 : Situasi Kritis
139 Episode 138 : Membuka Matanya kembali
140 Episode 139 : Pengorbanan Prajurit (END)
141 Pengumuman, Ledakan Jantung akan di Cetak
142 Pengumuman
Episodes

Updated 142 Episodes

1
01. heartlosive
2
02. heartlosive
3
03. heartlosive
4
04. heartlosive
5
05. heartlosive
6
06. heartlosive
7
07. heartlosive
8
08. heartlosive
9
09. heartlosive
10
10. Ryan
11
11. Ryan
12
12. Ryan
13
13. Ryan
14
14. Ryan
15
15. Ryan
16
16. Ryan
17
17. Ryan
18
18. Ryan
19
19. Ryan
20
20. Ryan
21
21. Ryan
22
22. Ryan
23
23. Ryan
24
24. Ryan
25
25. Ryan
26
26. Ryan
27
27. Ryan
28
28. Ryan
29
29. Rani
30
30. Rani
31
31. Rani
32
32. Rani
33
33. Rani
34
34. Rani
35
35. Rani
36
36. Adly
37
37. Adly
38
38. Adly
39
39. Adly
40
40. Fauzan
41
41. Fauzan
42
42. Fauzan
43
43. Fauzan
44
44. Fauzan
45
45. Vina
46
46. Fauzan
47
47. Zaky
48
48. Rani
49
49. Adly, Widya
50
50. Adly, Widya
51
51. Rani, Zaky
52
52. Adly, Zaky
53
53. Adly, Zaky
54
54. Zaky, Adly
55
54. Zaky, Adly
56
56. Ezra, Fauzan
57
57. Elentry
58
58. Ezra, Fauzan
59
59. Ryan, Vina
60
60. Keluarga Adly
61
61. Keluarga Adly
62
62. Keluarga Adly
63
63. Keluarga Adly
64
64. Widya
65
65. Widya
66
66. Rani, Ryan
67
67. Rani, Ryan
68
68. Adly
69
69. Ezra, Adly
70
70. Adly, Zyred
71
71. Keluarga Adly
72
72. Keluarga Adly
73
73. ...
74
74. Surya
75
75. Surya
76
76. Zaky
77
77. Zaky
78
78. Ibu Adly
79
79. Zaky
80
90. Zyred
81
81. Ryan
82
82. Surya, Adly
83
83. Ezra
84
84. Ezra, Ryan
85
85. Keluarga Adly
86
86. Zaky
87
Episode 87 : Kekacauan Di Kota
88
Episode 88 : Zombi Yang Bernapas Dan Mengeluarkan Suhu tubuh Seperti Manusia...
89
Episode 89 : Umur Dua Bulan Bisa Seperti Anak Sepuluh Tahun
90
Episode 90 : Kekalahan Adly Pada Pertarungan
91
Episode 91 : Fidya Terbawa Kedalam Pertarungan
92
Episode 92 : Seorang Pria Tua Bersama Rencananya
93
Episode 93 : Mewariskan Kekuatan Pada Anaknya
94
Episode 94 : Kematian Adly
95
Episode 95 : Seseorang Sudah Tidak Mampu Lagi
96
Episode 96 : Zaky Bersama Perasaannya Pada Gadis
97
Episode 97 : Ezra FrameEmpat Vs Zombi Raksasa
98
Episode 98 : Selamanya Akan Kulindungi Kalian Bertiga
99
Episode 99 : Bayangan Adly Vs Fidya Anaknya Kakaknya
100
Episode 100 : Kekuatan Luar Biasa Dari Anak Kecil
101
Episode 101 : Seorang Zombi Gadis
102
DyntalGear ... KnightGear ... ArctalGear
103
Episode 102 : Zombi Perempuan Dan Ryan
104
Episode 103 : Mantannya Ryan Yaitu Zombi
105
Episode 104 : Adiknya Ryan Bersama Para Zombi
106
Episode 105 : Masalah Ryan Dan Ayah Zaky
107
Episode 106 : Zombi Kelelawar Menyerang
108
Episode 107 : Anak Kecil Tapi ... Begitulah ...
109
Episode 108 : Ryan Dan Seluruh Zombi Di kota
110
Episode 109 : Seorang Anak Yang Terlalu Sayang Pada Ayahnya
111
Episode 110 : Mencari Kartu Memori Di Bandara
112
Episode 111 : Anak Gadis Dan Zombi Bunga
113
Episode 112 : Kartu Memori
114
Episode 113 : Dokumen Di Bandara
115
Episode 114 : Ryan Yang Akan Mengamuk
116
Episode 115 : Belati Putih Mengangkat Senjata!
117
Episode 116 : Suara Tembakan Yang Terdengar Keras
118
Episode 117 : Balas Budi
119
Episode 118 : Tangan Penuh Darah Tapi tersenyum Dan Tertawa
120
Episode 119 : Dragrise Si Kadal
121
Episode 120 : Ekspresi Wajah Fauzan
122
Episode 121 : Regu Pembantai Diawal
123
Episode 122 : Tangan Berlumuran Dengan Darah
124
Episode 123 : Adik Dan Kakak
125
Episode 124 : Seorang Belati Hitam Di Depannya
126
Episode 125 : Kata-kata Mereka Semua
127
Episode 126 : Tiga Tahun Setelahnya
128
Episode 127 : Kalung Peninggalan Seorang Adly
129
Episode 128 : Suasana Baru Yang Aneh
130
Episode 129 : Hewan-Hewan Yang Berubah Dan bermunculan
131
Episode 130 : Kecupan Dari Seorang Gadis
132
Episode 130 : Kaki Adly Dalam Plastik ? Ha ?
133
Episode 132 : Playboy Yang Berulah
134
Episode 133 : Ayah Dan Anak Menyeringai Jahat
135
Episode 134 : Dunia Mimpi Ryan
136
Episode 135 : Keluar dari Dunia impian
137
Episode 136 : Ryan Dan Timnya
138
Episode 137 : Situasi Kritis
139
Episode 138 : Membuka Matanya kembali
140
Episode 139 : Pengorbanan Prajurit (END)
141
Pengumuman, Ledakan Jantung akan di Cetak
142
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!