Ledakan Jantung
Dalam ruangan yang gelap tangan lelaki itu mencakar lantai berkali-kali seperti hewan buas yang sangat kelaparan. Mulutnya mengeluarkan air liur, matanya terbuka lebar menahan sakit yang diderita. Kukunya sudah penuh dengan darah, disitulah air matanya tertetes setelah rasa sakit menghilang.
Saat ini yang dia bisa hanyalah mengatur napasnya, dia terengah-engah dengan sekujur tubuh penuh darah dan sprei yang sangat kotor berwarna merah. Lelaki itu mengambil botol kaca penuh obat, dia hendak membukanya.
Namun, lemas diseluruh tubuhnya itu tidak membiarkan dia membuka tutup botol tersebut sehingga membuatnya harus memecahkannya. Dia melemparkannya sekuat tenaga...
Alhasil botol itu pecah mengeluarkan obat yang berhamburan, dia mengambil seluruh obat itu memasukannya ke dalam mulutnya mengunyah obat itu tanpa minum. Ia menahan pahit demi melepaskan penyakit dalam tubuhnya.
"Akhirnya berakhir... Aku bisa melewatinya," ucapnya diiringi senyum bahagia. Ia menyentuh dadanya merasai kalau tubuhnya sangat dingin, ia mencoba tegak bertumpu pada kaki walau lemas.
Pandangannya itu masih tertuju pada pegangan pintu, ia mencoba meraihnya tapi terjatuh dan tetap saja dia tidak memiliki tenaga sedikitpun...
Sedangkan diluar kamarnya, mereka sedang bercanda dengan suara tawa yang cukup keras dengan pesta yang sangat besar. Anak yang paling mencolok memakai gaun pesta, hari dimana dia dilahirkan sedang dirayakan.
Waktu akhirnya berlalu ketika seluruh pesta susah selesai, gadis yang memakai gaun itu matanya melirik-lirik seakan mencari sesuatu yang sangat penting. Tidak lama seseorang lewat gadis itu menghentikannya.
"Tunggu, apa kamu tahu di mana Ryan ?" Tanyanya dengan sopan dan senyum. Orang yang ditanyai menggelengkan kepalanya menandakan ketidaktahuannya, gadis itu tersenyum dan menunduk dengan sedih. Beberapa lama setelahnya dia merenungi kemana orang yang dia cari, padahal ini hari yang amat penting baginya.
Seseorang menepuk pundaknya, "Ya! Apa kamu menikmati pesta ini ternyata..."
"Huh ?!" Dia kaget dengan apa yang dilakukan orang itu atau tekanannya, dia menoleh padanya dan bertanya keberadaan orang itu. Namun sangat disayangkan dia juga tidak mengetahuinya.
Matanya menatap cincin yang ada dijari manisnya yang sedang dia pakai, begitu indah dalam pikirannya memikirkan pemberitaan lelaki itu yang bernama Ryan tersebut. Namun mungkin saat inilah kebahagiaan itu akan berubah jadi keheningan.
Suara gedebuk mengagetkan semua orang yang ada dalam ruangan. Berasal dari gudang, salah satu pelayan disuruh untuk melihat apa yang jatuh atau suara apa itu. Pelayan itu mengangguk kemudian membuka pintunya, tapi tidak disangka...
"Ryan! Kamu kenapa ?!" Teriak gadis itu sembari berlari menuju Ryan. Orang-orang sangat tidak percaya dengan apa yang terjadi, remaja itu memiliki banyak luka dan sangat kelihatan kesakitan bahkan merintih menahan sakit.
"... Rani.. maaf aku mengacaukan.."
"Tidak, jangan mengatakan itu sekarang. Kamu ke rumah sakit saja!" Ucapnya setengah membentak pada Ryan yang kelihatan sangat merasa bersalah. Kini dia dilarikan ke rumah sakit diangkat oleh dua orang, hanya saja gadis yang berulang tahun hari ini merasa sedih sekali.
Rani keluar dari rumah setelah mengganti bajunya dan dia masuk ke dalam mobil, melihat kalau orang yang dicintainya sedang menderita membuatnya merasa sakit. Mobil pun bergerak menuju rumah sakit.
Beberapa kali ada macet namun karena ada orang yang sedang dibawa menuju rumah sakit, para polisi menyuruh mobil-mobil untuk menepi terlebih dahulu seakan ambulan. Akhirnya sesudah mobil menepi, supir tancap gas dan melaju kencang.
Sesampainya di rumah sakit, ada perawat yang datang membawa ranjang memiliki empat roda untuk membawa pasien ke UGD rumah sakit.
Ryan dinaikan ke sana dan mulai didorong oleh empat orang, mereka masuk ke dalam ruang UGD segera karena keadaan Ryan sangat kritis...
Rani menutup mulutnya, "kenapa dia tidak mengatakan punya penyakit itu ?"
"Nona, sebaiknya anda pulang saja biar kami yang mengurus semuanya," ucap salah satu anak buah ayah Rani. Mendengarnya mengatakan itu, dia Munduk dan tetap duduk di kursi besi itu.
Di lorong rumah sakit Rani hanya terdiam merenung alasan kenapa Ryan menyembunyikannya, dia sangat syok dengan apa yang dilihat oleh kedua bola matanya sendiri. Sesaat sedang menahan tangisan, handphonenya berdering dan dia mengambilnya melihat kalau nama pemanggil adalah temannya.
Dia menekan tombol jawab dan mengatakan halo sembari menyimpan speaker ponsel dekat telinganya...
"Rani, apa Ryan tidak apa ?"
"Hmm.. dia sedang ada di UGD saat ini."
"Aku sedang dalam perjalanan, bagaimana dengan keluarganya ?"
"Pihak rumah sakit harusnya sedang mengurusnya," jawab Rani dengan rintihan tangisan. Bisa saja dia menangis saat ini, tapi tidak ingin karena Ryan selalu saja memintanya untuk berusaha untuk menahan tangisan karena dia gampang menangis.
Tidak ada yang mengejeknya karena sudah jelas ayahnya orang kaya, tidak ada yang mau berurusan dengannya kecuali mau mencari masalah atau ada kesalahpahaman. Dalam hal itu dia jarang mendapatkan teman, tapi Ryan lah yang selalu bersamanya.
Remaja lelaki itu tetap saja bersamanya apapun yang terjadi sesampainya, seorang Rani yang pendiam dan jarang bicara itu malah menaruh rasa kasih pada seseorang itu. Namun, Rani tidak menyangka kalau Ryan memiliki penyakit itu.
Memiliki nama heartlosive yang sangat berbahaya, sudah dipastikan oleh semua dokter di dunia kalau penyakit ini tidak menular hanya saja turun temurun dan Ryan lahir dari rahim ibunya yang memiliki penyakit tersebut.
Rani mengepalkan tangan, "Kenapa harus heartlosive sih ?!"
"Rani!" Teriak seseorang. Di lorong rumah sakit ada yang berteriak seperti itu, pasti ada banyak yang melirik padanya dan itu adalah temannya Rani bersama Tasya yang membawa seseorang bersamanya.
Sekarang dia duduk di sampingnya Rani, tangannya yang gemetaran itu dipegang dan Tasya tersenyum lembut di hadapannya. Rani mengangkat wajahnya melihat ada seseorang, dia menatapnya dengan heran karena belum pernah melihatnya.
Rani bertanya, "Siapa yang bersamamu ini ?..."
"Dia pacarku."
"Salam kenal..."
"Aku Rani.. kamu..?" Tanya Rani padanya, tapi tidak dijawab. Malah memberikan sebuah kartu identitas dan Rani mengetahui namanya kemudian kartu identitas itu diambil kembali oleh pemiliknya.
Beberapa saat berlalu mereka duduk dan hanya lelaki itu yang terdiam, wajahnya sangat menatap ruang sakit dengan tajam begitu dingin tatapan yang diberikan olehnya.
Pintu UGD terbuka dan ada dokter keluar dari dalamnya, Rani sontak kaget lalu berdiri datang pada dokter itu bertanya keadaan Ryan saat ini dan setelah mendengar penjelasan dari dokter Rani langsung lega.
"Dia baik-baik saja," ucap dokter dengan senyum. Mendengar perkataan dokter itu, Rani tidak bisa menahan tangisnya dan menyeka air matanya yang mengalir di pipinya.
Masuk ke dalam dia sendirian melihat Ryan sedang duduk di atas ranjang, mata mereka saling bertemu dan yang pertama kali bicara adalah Ryan yang mengucapkan salam padanya...
"Aku bersyukur banget."
"Ahaha kamu ini khawatir banget sih!" Timpal Ryan dengan tawa yang cukup keras. Dia melambaikan sedikit tangannya, meminta Rani datang padanya dan tentu saja Rani menyanggupinya dengan datang padanya.
Ryan mengambil pergelangan tangan Rani sontak membuatnya kaget, menatap tajam matanya dan membuka mulutnya dengan sorot mata yang serius...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
£¢°® Naema Queen ♥️♥️
kasihan sirani 😢😥😥
2024-05-09
1
Yahdinizal
Baca Novelku Juga Dong Author!😊
2021-11-23
1
Jimmy Avolution
terus .
2021-10-13
0