Kurasa 'ku sedang jatuh cinta
Karena rasanya ini berbeda
Oh, apakah ini memang cinta?
Selalu berbeda saat menatapnya
Mengapa aku begini?
Hilang berani dekat denganmu
Ingin 'ku memilikimu
Tapi aku tak tahu
Bagaimana caranya?
Tolong katakan pada dirinya
Lagu ini kutuliskan untuknya
Namanya selalu kusebut dalam doa
Sampai aku mampu
Ucap, "Maukah denganku?"
Kurasa 'ku sedang jatuh cinta
Karna rasanya ini berbeda
Oh, apakah ini memang cinta?
Selalu berbeda saat menatapnya
Di sini aku berdiri
Menanti waktu yang tepat
Hingga akhirnya kumampu
Katakan padamu
Tolong katakan pada dirinya...
Playlist " Tolong " By Budi Doremi
********
Mungkin seperti itu perasaan Guntur saat ini , Dia merasa ada yang kurang jika tak mematap wajah dan senyum Priandini , walau Priandini lebih banyak menampilkan wajah dingin dan datar dari pada wajah ceria .
Sejak kejadian berlari ditengah malam untuk menghindar dari patroli jam malam tentara Israel , perasaan Guntur menjadi tidak tenang bila tidak menatap walau sebentar wajah cantik pemimpin rombongan medis tersebut, cantik, dingin namun cerdas itu kesan yang ditangkap mata Guntur untuk dokter Priandini.
Dan pagi ini Guntur sendiri yang mengajukan diri untuk menjemput rombongan tim medis untuk dibawa kekamp mereka disebuah kota kecil 80 km selatan Kota Bairut .
" Pastikan semua tenaga medis sudah berada di dalam mobil. " perintah Guntur pada anak buahnya, sementara tak jauh darinya berdiri, tampak Dini dibantu seorang asisten perawatnya mengecek kembali anggota tim medis yang dia pimpin.
" Sudah semua dok? " tanya Guntur, dan Dini pun mengangguk lalu memasukkan catatannya kedalam tas.
" Kemarikan tas anda. " Guntur mengulurkan tangannya, Dini menatap Guntur sembari menunjuk ke Ransel besar miliknya yang dia taruh di dekat kakinya.
Guntur mengangguk lalu mengambil ransel besar itu dan meletakkannya di bak belakang mobil double kabin yang dibawanya.
Lalu kapten tampan itu membuka pintu tengah mobil tersebut namun Dini menolaknya.
" Boleh saya naik truk saja dengan yang lainnya. "
Dengan berat hati Guntur mengangguk dan membantu Dini untuk naik keatas truk bersama yang lainnya.
" Kalau ngantuk tidur saja dok , bersandar dibahu saya juga ngga apa-apa kok ." Guntur menawarkan diri saat dilihatnya Priandini beberapa kali mengucek matanya , ya Guntur memang sengaja duduk di sebelah Priandini disisi paling belakang truk yang mereka naiki , alasannya simple karena dia komandan ditim ini jadi wajar dia duduk dibelakang bersama yang lainnya untuk memastikan rombongan aman hingga tujuan.
Priandini tersenyum lalu menggeleng dan berkata ," Saya tidak mengantuk kapten , hanya sedikit debu, lagipula pemandangannya terlalu indah untuk dilewatkan kapt ."
" Iya memng terlalu indah untuk dilewatkan ." sahut Guntur dan menambahkan dalam hati ," menjadi semakin indah dengan adanya wajah cantikmu disisiku ."
******
Mereka akhirnya sampai di markas untuk pasukan perdamaian kontigen Indonesia , mereka menyiapkan 2 tenda besar untuk tempat beristirahat tim medis .
Seorang prajurit berpangkat sersan kepala menunjukkan tenda mereka .
" Tenda ini berisi 5 tempat tidur untuk tim medis yang perempuan , sementara yang disebelah barak itu tenda untuk tim medis laki-laki ."
" Kalau bangunan seperti kontainer itu apa ?." tanya Priandini menunjuk susunan kontainer yang membentuk sebuah bangunan .
" Oh itu klinik sementara dok , tapi fasilitas juga obat-obatan lengkap ." jawab prajurit itu lalu mengajak Dini juga yang lainnya untuk melihat Klinik darurat itu , yang ternyata memang bagus dan lengkap .
Setelah meletakkan tas ranselnya Priandini menyempatkan berjalan-jalan berkeliling markas bersama Rianty dan Icha . Sesekali mengambil photo dengan view pemandangan tebing juga padang savana .
" Jangan sampai melewati batas pagar itu nona ." seru seorang prajurit yang berada di pos penjagaan tak jauh dari mereka , melihat ketiga wanita didepannya tampak bingung prajurit itu keluar dari posnya dan berjalan kearah Dini dan kedua rekannya .
" itu sampai situ daerah terlarang untuk dilewati karena ladang ranjau ." prajurit itu menjelaskan .
" Apakah pernah ada korban ?." tanya Icha , prajurit itu memgangguk .
" Iya penduduk setempat terutama anak-anak ."
" Yaa Allah kasihan sekali ." seru Icha dan Ranty bersamaan .
Tiba-tiba datang seorang prajurit dari arah markas memghampiri Dini yang sedang memperhatikan ladang ranjau didepannya .
" Maaf dokter , kapten meminta dokter keruang pertemuan ."
" Baiklah ." Dini mengangguk lalu berjalan mengikuti prajurit itu sementara Ranty dan Icha kembali ke tenda untuk membereskan perlengkapan mereka .
Sementara diruang pertemuan Guntur sedang berdiri didepan jendela pandangannya tak lepas dari Priandini yang sedang berjalan kearah tempatnya berdiri , disebelahnya Letnan Devan fokus memperhatikannya .
" Kelihatannya kamu naksir ya sama Dokter cantik itu ." ucap Devan .
" Jangan sok tau ." sahut Guntur dingin .
Devan terkekeh mendengar jawaban Guntur , " Hei bung aku kenal kamu itu ngga cuman hari ini aja , aku tau gelagatmu saat naksir cewe dan itu sangat jarang terjadi ."
" Kalau sudah tau lebih baik diam , kamu mengalihkan fokusku saja ." sahut Guntur yang berjalan menuju kursi dan duduk di ujung meja , sesaat kemudian Prindini memasuki ruangan bersama dokter lainnya .
" Pertama saya memgucapkan terima kasih atas kesediaan rekan medis untuk bergabung dengan kontigen perdamaian Indonesia untuk PBB , dan selamat datang di Markas UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) disini saya Kapten Guntur Yumajaya bertanggung jawab atas keselamatan kalian semua selama di sini ." Guntur membuka pertemuan .
" Besok adalah jadwal kami untuk berpatroli , kami harap tim medis juga ikut untuk lebih mengenal kondisi ." Guntur kembali menambahkan arahannya .
Guntur memandang sekeliling memperhatikan reaksi yang hadir dalam pertemuan itu.
" Ada yang ingin disampaikan atau di tanyakan? Silah ketua tim medis. " Tatapan mata Guntur beralih ke Priandini, sementara Devan yang duduk di sebelahnya hanya tersenyum tipis.
Priandini berdiri dari duduknya lalu berkata dengan suaranya yang lembut ," Saran yang sangat bagus kapten , perkenalkan saya Dr Priandini Aprillia Larasati Sp.N , Sp.BS sebagai ketua Tim Medis , kalau begitu saya akan membagi tim medis menjadi 3 tim , dimana tim pertama dan kedua akan ikut berpatroli dan tim ketiga tetap dimarkas jika ada masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan akan bergantian mengikuti jadwal patroli pasukan keamanan pada keesokan harinya ." perkataan Dini sangat tegas dan jelas , mereka setuju dan mulai membagi kelompok kerja .
Guntur tampak tersenyum saat Dini memutuskan kalau timnya yang akan ikut berpatroli dengan timnya Guntur esok hari.
Dan senyumnya semakin mengembang bak kue bolu kukus saat pandangannya bertemu dengan pandangan Dini yang juga tersenyum tipis kearahnya .
**********
Dini tampak serius dengan catatan untuk membuat laporan harian. Dibantu asisten perawatnya Rianty, dokter cantik itu menyusun rencana kerja mereka.
Tak hanya mereka, diruangan besar yang bisa merangkap ruang pertemuan sekaligus ruang makan itu. Ada juga tim dokter Ingnasius Irvandi yang juga sedang menyusun rencana kerja tim mereka.
" Dokter Dini, apakah di tim kita ada tenaga medis yang biasa bertugas di bagian Obsyn. " Irvandi bertanya pada Dini, sesaat Dini kembali memeriksa nama dan jabatan anggota tim medisnya, lalu menoleh kearah Irvandi .
" Tidak ada dok. Namun saya yakin semua tim medis mampu melakukan pertolongan terhadap pasien obsyn. "
" Seharusnya dokter Rendy mengirim dokter spesialis obsyn dan genekologi dalam tim kita."
" Yaa, mungkin saja beliau berpikir di medan perang tidak ada wanita hamil dok. " jawab Dini membuat semuanya tertawa.
Termasuk Guntur dan beberapa anak buahnya yang berada di meja lainnya.
" Justru dimedan perang apalagi di kamp pengungsi banyak ibu hamil dok. " canda salah seorang anak buah Guntur yang baru masuk dengan membawa banyak cangkir kopi.
" Oh ya, di tengah perang masih bisa hamil? " Icha perawat yang paling imut langsung berkomentar sembari menggelengkan kepalanya.
" Yaa tentu saja bisa cha. Namanya juga kebutuhan biologis, apalagi mereka adalah pasangan sah. Yaa, wajar saja lah ." jawab perawat lainnya membuat wajah Icha memerah karena malu.
Tiba-tiba mereka dikagetkan dengan suara ledakan, dengan cepat Guntur dan anak buahnya bergerak mencari tahu asal ledakan tersebut.
" Usahakan tetap tenang, bila terdengar suara ledakan atau tembakan segera bersembunyi dibawah meja tanpa suara. " Devan memberi arahan pada tim medis yang tampak takut dan bingung.
Setelah memastikan aman, Devan beranjak ke luar meninggalkan beberapa anak buahnya untuk berjaga.
Tak berapa lama, tampak Guntur bersama Devan dan dua anak buahnya berlari masuk keruang tersebut lalu bergegas menuju ke lantai dua yang merupakan ruang kerja Guntur dan anggotanya.
Selang setengah jam kemudian Guntur dan lainnya turun dari lantai dua dan langsung menemui tim medis yang masih berada di ruangan tersebut.
" Serangan rudal anti pesawat di bagian tenggara, walau disini zona biru namun tidak menutup kemungkinan bisa menjadi sasaran rudal dari kedua belah pihak yang bertikai. "
" Apakah ada korban jiwa kapt? " Irvandi bertanya dengan cepat.
" Kami belum mendapat info resminya, kemungkinan besok pagi kita baru bisa mendapat data valid dari serangan udara ini. "
Semua mengangguk dan kembali ke pekerjaan mereka.
Suara seorang prajurit mengagetkan mereka yang berada diruangan tersebut.
" Lapor Kapten, ada beberapa warga sipil yang terluka dan saat ini berada di dekat markas kontigen UNIFIL."
Guntur mengangguk lalu menoleh kearah Devan, " laporkan ke markas pusat , dan segera tangani warga sipil yang membutuhkan pertolongan cepat. "
Devan memgangguk dan segera naik kembali kelantai dua, sementara Guntur menoleh kearah Dini .
" Tugas pertama bagi tim medis, kalian siap? "
" Kami siap kapt. " jawab Dini dan Irvandi bersamaan.
Mereka lalu bergegas ke rumah sakit darurat untuk bersiap menerima pasien, dimana disana juga sudah siap tim medis dari negara lain yang tergabung dalam tim bulan sabit.
Dengan cekatan Dini dan lainnya menolong warga sipil yang terluka, hingga menjelang tengah malam, mereka baru selesai dengan tugasnya.
Guntur meletakkan cangkir kopi dihadapan Dini, dan ikut mendudukkan diri di bangku kayu sebelah gadis itu duduk.
Dini menerima cangkir kopi itu dan membalasnya dengan senyum, " terima kasih. "
Guntur mengangguk lalu meminum kopinya pelan.
" Takut? "
" Dalam hal apa? " tanya Dini, menoleh sejenak kearah Guntur lalu kembali menatap kearah orang-orang yang hilir mudik tak jauh dari mereka duduk.
" Serangan bom dan tembakan yang tiba-tiba datang. "
Dini menggeleng, " sebagai pribadi tentu saja takut , tapi karena ini merupakan bagian dari resiko pekerjaan maka rasa takut itu dianggap tidak ada. "
Guntur tersenyum tipis, dan bergumam dalam hati, " pantas saja Rendy bersikeras mempertahannya, ternyata dia seorang gadis yang mandiri juga sangat berani dan berintegritas tinggi, selain cantik dan cerdas tentunya . "
" Istirahatlah, besok kita akan mulai berpatroli. Siapkan kondisi fisik dalam keadaan baik. " Guntur menoleh wanita cantik yang selalu terlihat tenang itu.
" Terima kasih kapt, dan anda juga harus beristirahat dengan baik dan cukup, karena banyak nyawa yang bergantung keselamatannya pada anda ."
Guntur kembali tertawa lirih, " tentu saja, dok. "
Setelah mengantar Dini ke tendanya, Guntur kembali ke barak untuk memgetahui informasi keamanan selanjutnya.
Rianty menyambut Dini dengan senyum lebar, dan keinginan untuk menggoda dokter cantik itu pun muncul dikepalanya.
" Sepertinya ada yang sedang pendekatan ya. "
Dini tentu saja menatap asistennya itu dengan tatapan bertanya, " siapa? Kamu? "
" Aku sih, naksir sama wakil si kapten itu loh dok. Tampan dan humble banget. "
" Yaa, sudah. Ajak bicara, sapa tau jodoh. "
" Dokter sendiri gimana? "
" Kenapa dengan saya ?" Dini menarik selimut dan merebahkan dirinya diranjang lipat khas prajurit itu.
" Sepertinya pak kapten suka sama dokter. "
" Kamu sendiri juga suka kan sama saya. "
" Bukan suka yang seperti itu dok. "
" Sudah, istirahatlah , besok jadwal kita untuk berkeliling. "
Rianty sedikit menyebik sebelum menutupi tubuhnya dengan selimut dan mencoba untuk tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Salminah Burhanuddin
aishhh Kapten..langsung cuusss Kapt..1 thn tugas bareng ..
2022-03-07
0
Nur Hayati
kapten yoo si jin versi indonesia ni
2021-08-08
1
Fatimah Alfian
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2021-06-13
0