Perjalanan mengantar papa ke Wonogiri membuat Priandini bisa bersantai sejenak , apalagi saat bertemu dengan 2 bocah lucu yang menjemput mereka dibandara .
Tampak mas Brama berdiri didepan pintu keluar bandara Adi Sucipto Yogya di dekatnya 2 bocah lucu tengah sibuk memperhatikan orang yang lalu lalang didepan mereka .
Pria itu semakin tampan diusianya yang ke 35 tahun .
" Kakek , auntie Dini , uncle Danu ." seru dua bocah itu yang langsung menghambur kekakek mereka pak Mahesa Subrata dan Priandini .
" Yaaaa kok uncle ngga ikutan dipeluk sich , uncle marah nich ." ucap Danu pura - pura merajuk membuat dua bocah lucu itu menoleh kearahnya .
Serta merta dua bocah itu menarik celana Danu untuk berjongkok dan seperti biasa dua bocah itu akan meminta gendong Danu , satu didepan dan satu dibelakang .
" Apa kabar pa , sehat saja kan ." ucap Brama sembari memeluk pria paruh baya itu dengan sayang , pak Mahesa mengangguk ,diciumnya kedua pipi papanya sebelum memeluk Dini adik perempuannya .
" Kau tambah cantik saja bu dokter ." ujarnya sembari mengacak rambut Dini seperti biasa dia lakukan .
" Ihhh mas ini loh , selalu aja bikin rambut Dini berantakan ." sungut Dini dengan mencibirkan bibirnya .
Queen dan King nama dua bocah itu tertawa melihat rambut Dini yang berantakan .
" Rambut tante Dini kayak salang bulung ." tunjuk Queen sambil tertawa memamerkam deretan gigi susunya .
" Iya salang bulung geleja ." sahut King yang berada dipunggung Danu yang berjalan melewati Dini .
Dini hanya menyebik kesal ditertawakam kedua ponakan lucunya , dengan gemas dicubitnya kedua pipi bocah itu .
" Kita langsung kerumah dulu ya , kasihan mbak Sofie sudah memasak untuk kita ." ucap Mas Brama sembari menjalankan mobil menuju rumahnya didaerah kaliurang .
Mereka berhenti disebuah rumah bertingkat 2 dengan halaman luas yang ditumbuhi tanaman pohon buah sebagai pagarnya .
Seorang wanita cantik berkerudung lebar menyambut mereka dengan senyumnya .
" Assalamualaikum , bagaimana kabar papa semoga sehat ya , Sofie senang papa berkunjung kesini ." ucap wanita cantik itu sambil mencium tangan pak Mahesa takjim .
" Papa sehat nak , papa hanya kangen dengan kalian ." sahut papa sembari mengelus kepala menantunya .
Sofie lalu menyalami Danu dan memeluk Dini erat .
" Kamu sejak menjadi dokter sudah nga pernah kesini lagi Din , mba kangen , ngobrol via vidcall itu nga puas ." ujar mba Sofie dengan raut wajah senang , Dini juga membalas pelukan hangat kakak iparnya .
" Iya mbak , Dini sibuk banget apalgi Dini kan dokter spesialis bedah dan sebentar lagi lulus spesialis neurologi , tapi kalau libur panjang Dini usahain bisa main kesini , apalagi nanti papa tinggal di Wonogiri ." Jawab Dini menyenangkan kakak Iparnya , Sofie tersenyum lalu memimpin mereka semua keruang makan ,berbagai macam hidangan khas jawa terbentang dihadapan mereka .
" Sambel goreng krecek dan telur pindang ini kesukaan papa kan ." sebut Brama yang dibalas anggukan senang pak Mahesa .
" Papa boleh makan itu kan Din ?." tanya mbak Sofie pada Dini , Dini mengangguk ," Boleh mbak asal tidak terlalu sering ."
Dan mereka pun menikmati makan siang mereka dengan gembira , seakan melupakan acara resepsi pernikaham Hesti di Jakarta .
Danu tak hentinya bercerita lucu membuat kedua ponakannya tertawa riang ,
Setelah makan siang Brama mengajak keluarganya mengunjungi tempat wisata disekitar kota Yogya sebelum esok hari mengantar papa ke Wonogiri sekalian ziarah kemakam mama mereka .
" Papa , mas Brama, sebenarnya ada yang mau Dini sampaikan ke kalian semua ." ucap Dini saat mereka menikmati makan malam direstoran masakan yogya .
" Mau ngomong apa Din ? Kamu mau nikah juga ? Atau mau kuliah lagi diluar negeri ?." pertanyaan beruntun disampaikan Brama membuat Dini terkekeh .
" Ngga mas , Dini cuman mau minta izin , Dini bulan depan ditugaskan mengabdi di daerah konflik ." jawab Dini perlahan , baik papa , mas Bram , mba sofie dan Danu menghentikan aktifitas makannya , semua mata menatap Priandini horor , Dini hanya nyengir melihat ekspresi kaget , khawatir dari keluarganya .
" Kemana ? papua ?." tanya Mas Brama , Dini menggeleng .
" Dini bersama 50 orang tim medis lainnya yang terpilih oleh WHO akan bergabung dengan Kontingen Garuda (Konga) United Nations Interim Force In Lebanon (Unifil) Lebanon selama 1 tahun ."
" Lebanon ? Kamu ngga salah kan mbak , itu kan daerah perang ." ujar Danu tak percaya , ya dia ngga percaya kakak perempuan kesayangannya akan pergi kedaerah perang .
" Iya Din , apakah tak bisa hanya ke papua saja ." mbak Sofie ikut bicara , dia ngeri membayangkan setiap hari hidup dibayangin suara peluru dan bom yang mengancam nyawa .
" Selain perang saudara disana juga ada pemberontak Din , tak bisakah berganti tujuan negara atau cukup kepedalaman Indonesia saja ." Mas Brama bertanya dengan penekanan disetiap kalimatnya terlihat sekali kakak laki-lakinya sangat tak rela adiknya pergi .
" Tidak bisa mas , karena Dini sendiri yang memilih ." jawab Dini , ya memang dia sendiri yang mengajukan diri untuk menjadi relawan kesehatan untuk daerah konflik .
" Kalau kepergianmu ini membuat hatimu tenang dan bahagia , papa izinkan ." ucapan papa membuat Brama , Sofie juga Danu menoleh serentak .
" Tapi pa.." protes Danu tak selesai karena langsung dipotong oleh Mahesa .
" Izinkan kakakmu pergi Dan , mungkin ini cara dia untuk memgobati hatinya yang hancur ."
Danu hanya menghela nafas , ditatapnya papa , mas Brama juga Dini bergantian , lalu dipeluknya Dini yang duduk disebelahnya erat.
" Berjanjilah untuk pulang bersama nyawamu mbak , dan jangan sampai terluka disana nanti ."
" Akan kuingat pesanmu brother ." sahut Dini sembari menepuk punggung adiknya .
" Kalau tekadmu sudah bulat , mas hanya bisa merestui juga mendoakan dirimu seperti yang dibilang Danu tadi , dan semoga kamu mendapatkan bahagiamu ." akhirnya mas Brama berkata dengan suaranya yang berat , dia berdiri dari kursinya lalu berjalan kearah Dini dan memeluk adiknya itu bersama Danu .
Pak Mahesa dan Sofie hanya menyaksikan sembari menghapus airmata mereka, wanita cantik itu memeluk lengan ayah mertuanya untuk saling menguatkan.
Sememtara putra kembar Brama hanya menatap semuanya dengan tatapan bingung .
" Besok pamitlah pada alm mamamu juga kakek dan nenekmu ." ujar pak Mahesa .
" Iya pa ." sahut Dini menghapus airmatanya lalu melepas pelukan dua pria tampan itu .
" Kenapa ngga dipapua aja sich Din kan nga terlalu jauh ." sela mbak Sofie dia masih ngga rela adik ipar teman curhatnya harus pergi bertugas .
" Kalau di Papua ntar mbak Sofie nyusulin bawain Dini sambel goreng krecek ama telur pindang donk ."sahut Dini membuat yang lain terkekeh .
" Kamu Din , ya ngga apa donk namanya juga kakak sama adik ." Mbak Sofie mencubit tangan Dini gemes .
" Ya udah mbak Sofie anterin aku aja tapi ditambah ayam semur ya mbak , masalahnya ditempat kost suka kering ngga ada makanan ." seloroh Danu yang langsung kena jitak Dini.
" Wani piro ." sahut Sofie .
" Wani akeh mbak .. Ntar bayarannya minta sama mas Brama ya ." jawab Danu yang langsung mendapat delikan maut sang kakak .
" Ntar kamu tinggal dirumah mbak aja Dan , sayang kalo kosong ntar mba suruh bi marni dan pak yusuf untuk menemanimu ." ucap Dini dan dijawab dengan anggukan oleh Danu
" Kamu Dan , mulai sekarang harus lebih serius mengelola perusahaan papa , jangan main terus , ntar setelah kamu wisuda lanjutin sekolah bisnismu di London ." ucap Brama , karena selain Danu tak ada lagi yang bisa diandalkan untuk meneruskan MD Corp dan hanya Danu saja yang mampu dan berani menolak rongrongan materialistis mamanya juga kakaknya Hesti .
" Iya mas , tapi mas Btama tetap bantu ya , Danu belum seberapa paham dengan bisnis ."
" Iya mas akan tetap dampingi kamu dari sini , karena usaha mas disini juga ngga bisa ditinggal ." sahut Brama dengan gayanya yang tenang .
Akhirnya mereka menyelesaikan makan malam mereka lalu segera kembali kerumah kecuali Dini dan Danu yang masih ingin menikmati malam di alun-alun .
****
" Dini , tak bisakah kau batalkan keikut sertaanmu dalam misi kemanusiaan ini ." ucap Rendy saat mereka berada diruang kerja pria itu Dokter Rendy Wijaya adalah putra pendiri rumah sakit Persada Humanity sekaligus Direktur Rumah Sakit .
Kejadian ini terjadi dua minggu sebelum keberangkatan Dini.
" Tak akan kubatalkan walau kau sebagai atasanku tak mengizikan ." jawab Dini tegas membuat Rendy frustasi , dia meremas rambutnya , lalu menatap Dini dengan tatapan memohon .
" Aku tak mau kehilangan kamu Din ."
" Apa maksudmu ? Bukankah sekaramg pun kau sudah kehilangan aku ? Jadi apa alasanmu menahanku."
" Karena aku mencintaimu Din , dan aku tak ingin kau pergi ."
" Mencintai ? Masih pantaskah kata itu diucapkan oleh pria yang sudah beristri ? Jangan mencintaiku lagi Ren , cintai dia yang sekarang menjadi pendampingmu yang sah ." sahut Dini dingin .
" Dan dengan memintaku untuk tetap disini itu sama saja kau ingin membuatku semakin terluka melihat kau bersama wanita lain walau wanita itu adikku tapi aku tak ingin itu terjadi ,aku tak mau menjadi bayang - bayang dirimu ."
Rendy hanya diam , dia hanya menunduk bergelut dengan perasaannya .
" Mohon tanda tangani formulir pernyataan mengizinkan ini , karena aku butuh hari ini untuk segera diserahkan kepada pimpinan rombongan medis ." ucap Dini sembari menyodorkan lembaran dokumen kearah Rendy , dengan berat Rendy menerimanya membaca sekilas lalu terdiam .
" Kalau kamu memang mencintaiku , tolong tanda tangani itu Ren ."
" Aku akan tanda tangan asal kamu berjanji untuk kembali dalam keadaan selamat ." ucap Rendy dengan suara pelan penuh penekanan .
" Akan kuusahakan ." jawab Priandini tegas ,dia menatap mata coklat pria berwajah Korea. itu dan tak bisa dipungkiri. Dini masih bisa melihat cinta dimata pria itu untuknya .
Setelah Rendy menanda tangani semua berkas yang diminta Dini. Dini segera meninggalkan ruang kerja Rendy yang tak lagi nyaman buatnya .
Sebelum Dini meninggalkan Rendy sendiri diruang kerjanya , pria itu meminta izin untuk memeluk dan mencium kening Dini , hal yang sering dia lakukan selama 3 tahun bersama Dini , Dia tak ingin melepas gadis itu, ingin rasanya membawa gadis itu untuk tetap dipelukannya .
Rasa cinta dan nyaman yang dia rasakan ketika bersama Dini sama sekali tidak dia rasakan saat bersama Hesti , justru dia merasa asing .
Dini segera pergi begitu Rendy melepas pelukannya , dia tak ingin kembali terjebak dalam belitan cinta Rendy walau dia sendiri pun masih mencintai lelaki itu .
Pergi menjauh adalah hal yang bijak yang dia ambil ,ini untuk ke baikan dirinya juga Rendy .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Rienandha Fuji
berperang bareng sang komandan
2021-08-08
0
Mala Mala Sdj
krg konsisten thor...rendi mrasa ga nyaman saat sm hesti tp pas kepergok di cafe lg peganga tangan n elus² mesra dan telp dini direject trsan..kan artinya ga mw diganggu..asik sm hesti..heum
2021-07-03
2
Heny Faza
nyesek pcr d ambil adik 😭😭
2021-07-02
0