Dua minggu sudah Al di luar kota. Dia sangat merindukan istrinya yang jauh darinya. Al hanya berharap segala kesalahpahaman ini segera berakhir. Sudah tak sabar rasanya Al ingin bertemu dengan istri yang sangat dirindukannya.
" Nayla... kurasa aku sudah mulai mencintaimu sekarang. Aku selalu merindukanmu, bahkan dalam setiap hembusan nafasku telah terukir namamu..." batin Alvano.
" Boss...." panggil Bima.
" Astaghfirullah... ngagetin aja lho Bim..." saut Al.
" Boss... ini masih pagi, ngelamun aja kayak ayam..." ledek Bima.
" Sialan lho... pergi sana...!"
" Hehehee... sorry Boss. Gue cuma mau nawarin sarapan aja..."
" Hmmmm...."
" Boss lagi mikirin apa sih...?"
" Nayla Bim...."
" Nayla kenapa lagi...?"
" Gue merasa dia masih marah walaupun dia masih ngasih gue kesempatan kedua..."
" Sabar Al... satu minggu lagi kita temui Nayla di desanya..."
" Tapi.... bagaimana dengan Neneknya...? Kalau neneknya tahu Nayla punya suami pasti beliau langsung shock Bim..."
" Ya.... nanti bilang saja kita temen Nayla di kota..."
" Memangnya kita masih pantes jadi teman seumuran Nayla...?"
" Bener juga ya... tapi gue masih kelihatan kayak anak sekolah, masih imut begini..." ucap Bima.
" Lho itu bukannya imut, tapi lumutan..." ledek Al.
" Sialan lho Al... gue mau sarapan dulu..." sungut Bima.
" Hahahaa... makanya cari istri biar nggak jomblo terus Bim..."
" Awas aja Al... kalau nanti ditinggalin Nayla baru tahu rasa lho..." ucap Bima.
" Haisss... jangan asal kalau ngomong..."
Al dan Bima keluar kamar untuk sarapan. Dua bodyguard yang berjaga di luar tetap waspada walaupun mereka sedang di rumah.
" Kalian nanti gantian sarapan sebelum kita pergi..." ucap Bima kepada para bodyguard.
" Baik Tuan... terimakasih..."
Bima melihat ke sekeliling di sekitar rumah dan melihat orang yang sedang berjalan di depan rumah. Pergerakan orang itu sangat mencurigakan karena hanya mondar - mandir saja.
" Kamu... awasi orang itu, sepertinya mencurigakan...!" perintah Bima.
" Baik Tuan..."
Bima kembali masuk dan menemui Al yang sedang memeriksa file di laptopnya.
" Al... ada yang tidak beres di luar..." ucap Bima.
" Ada apa...?" tanya Al.
" Ada yang mengawasi rumah ini..."
" Kalau begitu kita harus bersiap - siap. Siapkan semua keamanan di tempat pembukaan jalan nanti. Aku yakin mereka akan mengacaukan proyek kita..."
" Baik Boss..."
Al dan Bima segera berangkat menuju proyek pembangunan jalan bersama dengan dua bodyguardnya. Mereka membawa senjata masing - masing untuk berjaga - jaga.
Baru setengah perjalanan, mereka melewati jalan yang sepi karena sudah jauh dari pemukiman warga. Tiba - tiba ada yang menghadang mereka keluar dari balik semak - semak.
" Tuan... apa yang harus kita lakukan...?"
" Jalan terus, kita hindari dulu... kita tidak boleh menyerang kecuali dalam keadaan terdesak..."
" Tapi Al... kita harus melawan mereka..." ucap Bima.
" Tahan dulu, kita tidak tahu seberapa banyak musuh kita..."
" Tuan... sepertinya mereka mulai keluar dari persembunyiannya..."
" Baiklah, semuanya harus waspada dengan segala kemungkinan..."
" Siap Tuan...!"
Sampai di sebuah pertigaan jalan, mereka di hadang sebuah truk yang melintang di tengah jalan.
" Kalian semua waspada....!" perintah Al.
Tiba - tiba ada sepuluh orang preman yang mengepung mobil Alvano.
" Kita hadapi mereka sekarang...!" ucap Al.
Mereka berempat segera keluar dari mobil dan siap menghadapi para penjahat yang mengepungnya.
" Siapa yang menyuruh kalian..." teriak Bima.
" Lho tidak perlu tahu siapa yang menyuruh kami. Yang penting kalian harus mati disini..." saut penjahat itu.
" Sialan... beraninya kalian denganku..." teriak Bima.
" Serang...!!!" teriak pimpinan preman itu.
Akhirnya mereka berkelahi sepuluh lawan empat. Al melawan empat penjahat sekaligus. Sedangkan yang lain melawan dua preman. Mereka saling baku hantam hingga akhirnya para penjahat itu babak belur.
" Siapa yang menyuruh kalian...?" teriak Al.
" Walaupun harus mati, saya tidak akan memberi tahu kalian..." ucap salah satu preman.
" Sial...." Al menendang preman itu hingga tersungkur ke tanah.
" Sudah Al... sebaiknya kita segera pergi dari sini..." ucap Bima.
" Ayo... sebentar lagi acara pembukaan jalan dimulai..." saut Al.
Mereka segera pergi meninggalkan para penjahat yang babak belur itu.
" Sebenarnya siapa yang menyuruh mereka Al...?" tanya Bima.
" Saya tidak tahu Bim, tapi sepertinya mereka bukan orang yang bisa dianggap remeh..." jawab Al.
" Maaf tuan, tapi sepertinya mereka bukan orang dari daerah sini. Kemungkinan mereka sudah mengincar Tuan semenjak dari tempat asal Anda..." ucap salah satu bodyguard.
" Kalau benar begitu, kita harus segera kembali Bim. Aku takut orang rumah yang jadi sasaran..."
" Kita tidak bisa pergi sekarang Al, masih banyak urusan yang belum selesai disini. Begini saja, kita minta bantuan suaminya Sasya saja gimana...?"
" Jangan, aku tidak mau melibatkan Sasya. Ini terlalu berbahaya untuk keluarganya...".
" Lalu...? Apa kamu punya solusinya...?"
" Kita pikirkan sambil jalan..." jawab Al.
Akhirnya Al dan yang lain sampai di proyek. Disana sudah ada Pak Reza yang datang lebih dulu.
" Selamat siang Pak Reza... maaf kami terlambat. Ada sedikit masalah di jalan..." ucap Al.
" Tidak apa - apa Pak Alvano. Apa yang terjadi...?"
" Kami di serang lagi tadi waktu dalam perjalanan kesini..."
" Bagaimana keadaan di rumah...? Masih aman kan...?"
" Iya Pak Reza... tapi ada yang mengawasi pergerakan kami..."
" Tenang saja, mereka tidak akan berani menyerang disana. Karena itu adalah kawasan padat penduduk yang sangat beresiko bagi para penjahat itu. Oh iya Pak Al, saya lupa memberitahu Anda bahwa di rumah saya itu ada cctv di beberapa tempat. Silahkan Anda cek untuk berjaga - jaga. Ada ruang khusus di lantai atas kamar paling ujung untuk bisa memantau langsung keadaan di luar dari cctv..."
" Terimakasih Pak Reza... Anda sangat baik..."
" Sama - sama Pak Al, hanya itu yang bisa saya lakukan untuk Anda..."
" Boss... acaranya akan segera dimulai sebentar lagi..." ucap Bima.
" Baiklah.... Mari Pak Reza kita mulai sekarang..."
" Silahkan Pak Al..."
Acara pembukaan pembangunan jalan itu akhirnya dapat dilaksanakan dengan lancar. Alvano, Reza dan pihak dari pemerintah bekerjasama untuk pembangunan jalan yang menghubungkan antar kota di wilayah itu.
Setelah acara selesai, Al dan Bima berpamitan untuk undur diri karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
Sampai di rumah, Al menyuruh dua bodyguardnya untuk ke ruang cctv dan memantau keadaan dari sana. Sedangkan Al dan Bima masuk ke dalam kamar masing - masing untuk beristirahat.
Al segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri sehabis bertarung dengan para penjahat tadi dan juga meninjau proyek setelah itu sholat dhuhur karena waktunya hampir habis.
Setelah selesai, Al merebahkan dirinya di ranjang. Di saat sendiri seperti ini, dalam pikiran Al pasti hanya bayangan Nayla yang terlintas.
Al mencoba menghubungi Nayla karena sangat merindukan istrinya itu. Tidak tahu mengapa semenjak kejadian malam itu, Al selalu merindukan kehadiran Nayla dalam dekapannya. Al selalu membayangkan wajah polos Nayla yang cantik natural.
" Assalamu'alaikum Mas..."
Nayla yang sedang duduk di bawah pohon samping rumah sambil memikirkan suaminya yang jauh darinya merasa kaget karena suaminya menelfon di siang hari.
" Wa'alaikumsalam Nay... lagi ngapain...? Mas ganggu nggak...?" tanya Al.
" Nggak Mas... Nayla lagi di rumah aja..."
" Nay... jujur aku sangat merindukan kehadiranmu..." ucap Al.
" Mmmm.... maaf Mas, sepertinya Nayla belum bisa menemui Mas dulu. Akhir - akhir ini kesehatan nenek semakin menurun. Nayla tidak bisa pergi ke rumah Mas Al..."
" Tidak apa - apa Nay, biar nanti Mas yang datang ke desa ya..."
" Jangan Mas..."
" Kenapa Nay...?"
" Aku tidak mau semua orang tahu tentang pernikahan kita, terutama nenek..."
" Tapi Nay... aku sangat merindukanmu..."
" Nayla juga merindukan Mas Al, tapi keadaan tidak memungkinkan untuk kita bertemu dalam waktu dekat ini..."
" Sampai kapan kita seperti ini terus Nay...? Apa tidak ada sedikitpun keinginan dari hatimu untuk bertemu denganku...?" ucap Al sedikit kesal.
" Kenapa Mas bicara seperti itu...? Nay juga sudah berusaha untuk bisa ketemu dengan Mas Al..."
" Tapi Nay... tolong ngertiin perasaan aku... jangan egois dong..."
" Mas yang egois, harusnya Mas tahu posisi aku sekarang ini. Mas pikir mudah buat aku, setiap hari harus menjalani kehidupan seperti ini. Mas pikir Nayla seneng hidup seperti ini. Nayla lelah hidup kayak gini terus..."
Nayla langsung memutuskan sambungan telfonnya. Hatinya sangat sakit karena Al menganggapnya egois. Nayla juga sebenarnya tidak ingin hidup seperti ini. Semenjak menikah dengan Al, hidupnya semakin menderita. Neneknya yang sakit - sakitan, Ayahnya yang sudah tidak memberikannya uang lagi sehingga Nayla harus bekerja di perkebunan untuk biaya hidupnya dengan sang Nenek.
" Nay... kenapa kamu memutuskan telfonnya..." gumam Al.
" Apa aku salah bicara, kenapa kamu marah...? Harusnya aku yang marah, karena seharusnya kamu itu mengikuti kemanapun suamimu pergi, bukan malah hidup terpisah..." gumam Al lagi.
" Nay... apa aku egois bila punya keinginan untuk hidup berdua bersama denganmu saja tanpa ada orang lain diantara kita...?"
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Mana tanggungjawab Al sama Nayla??kenapa Nayla gak di kasih nafkah,apa dia pikir nikah mau nyenanginndia diranjang doang,,nafkah istri pura2 lupa,,,
2023-02-27
2
Sus Susyla
istrimu perlu duit al..kamu g ngerti
2023-01-15
0
Sus Susyla
suka was was ko baca novel ada msh saling tembak2
2023-01-15
0